Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.
Pernah dengar idiom “Muda senang-senang, tua foya-foya, mati masuk sorga” ? Rasanya masih bisa berlaku dimana hedonisme menjadi dewa dimana-mana. Bahasa tersebut ada ditemui di media lewat sinetron dan iklan juga di majalah2. Hal ini juga terbersit melalui diskusi sebuah milis dimana tergabung para praktisi SDM. Mereka mengeluhkan sulitnya mendapatkan lulusan sarjana yang berkualitas tapi umumnya terkesan mereka maunya gaji besar tapi tidak mau belajar dan kerja keras. Walhasil setelah lewat proses rekruitmen yang panjang, hanya bertahan beberapa bulan karena tidak mampu bertahan dalam kompetisi pasar yang berat. Kehidupan dunia kerja pun tidak bisa dimasuki karena terbiasa hidup senang dan mudah saat sekolah dan kuliah. Di sisi lain di media juga dtawarkan begitu murah nya kehidupan perkawinan, sehingga model kawin cerai begitu mudah karena tipisnya visi perkawinan yang hanya sekedar asal suka sama suka. Kehidupan saat tua pun menjadi tidak damai karena tidak tertata dengan baik.
Siklus kehidupan manusia sering membawa kita pada pertanyaan : apakah hidup itu hanya sekedar ‘itu’? hanya sekedar sekolah, bekerja, berbisnis, kawin, berkeluarga lalu mati? Baru mencari sekolah dan universitas kok sulit sekali dan mahal. Mencari pekerjaan pun bukan hal mudah walau ijazah S1 ditangan. Mau mulai bisnis terbentur modal dan birokrasi panjang. Mau menikah ternyata juga prosesnya panjang, harus mengurus macam-macam belum termasuk urusan dispensasi.
Injil hari ini mengingatkan kita bahwa Allah kita bukan hanya berurusan dengan kita setelah kematian, bukan hanya menghakimi apa yang telah kita lakukan saat kita hidup. Tapi Allah yang kita sembah adalah Allahnya Abraham, Yakub dan Ishak; Allah yang sama yang mendampingi bangsa Israel keluar dari Mesir. Allah yang menyertai kita mendampingi kita dalam suka duka kehidupan. Ia mengerti masalah kehidupan manusia, Ia pun mendampingi kita mengisi kehidupan kita, bukan sekedar menjalani proses alami : lahir,hidup, bekerja, usaha, kawin dan mati.
Semoga berapapun usia kita, kita tetap berpegang dan menyembah Allah yang hidup, Allah nya orang hidup yang menyertai kita dalam setiap tantangan kehidupan sampai kita siap menghadapi kehidupan selanjutnya.
=====================================================================
Bacaan Lukas 20:27-40
20:27 Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
20:28 “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.
20:29 Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak.
20:30 Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua,
20:31 dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak.
20:32 Akhirnya perempuan itu pun mati.
20:33 Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia.”
20:34 Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan,
20:35 tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
20:36 Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.
20:37 Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.
20:38 Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”
20:39 Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.”
20:40 Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus