Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.
Sebagai orang tua kita bisa memperhatikan bahwa perkembangan anak-anak sungguh unik antara satu dan yang lainnya. Anak yang pendiam ternyata memiliki kelebihan lainnya dan baru terlihat saat ia besar. Anak yang waktu kecilnya begitu posesif, selalu memulai keributan dengan saudaranya ternyata setelah remaja bisa juga menjadi anak yang bertanggungjawab. Beruntunglah para orang tua yang dengan sabar dan penuh kasih bisa memahami dan mendampingi anak-anak, memberi kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang positif.
Seorang rekan guru di daerah pedalaman mengeluh karena keinginan anak-anak sekolah hanya untuk jadi PNS yang bisa merubah hidup mereka dengan korupsi. Ia merasa hanya membesarkan serigala. Tapi saya sampaikan untuk tetap tulus mengabdi bagi masa depan yang lebih baik bagi mereka, siapa tahu satu diantara dua puluh anak menjadi martir bagi orang sekampungnya. Kesempatan untuk menumbuhkan kebaikan harus tetap ada ditengah segala ancaman.
Injil hari ini sama dengan bacaan hari Minggu lalu, masih seputar benih dan ilalang yang tumbuh bersama. Para pekerja tentu juga punya pertimbangan ekonomi dengan mengusulkan perlunya membuang ilalang dan bunga rumput yang ada disekitar gandum. Jangan sampai pemilik lahan gandum rugi akibat lalang yang menghambat pertumbuhan gandumnya. Disisi lain pemilik ladang gandum juga cukup kontroversial, ia tidak mau mengambil resiko akan tercabutnya gandum yang sedang bertumbuh atau terganggu pertumbuhannya. Ia tahu sekali bahwa gandum tersebut juga rapuh. Maka ia memilih mengijinkan ilalang tetap tumbuh bersama dengan gandum.
Kita diingatkan agar dalam setiap pengambilan keputusan, terutama bila melibatkan banyak pihak, selalu mempertimbangkannya dengan matang. Tidak hanya memperhatikan hal-hal yang prinsip tapi juga hal-hal yang kecil sekalipun perlu diperhitungkan dan jangan diremehkan. Memang sulit mendapatkan hal yang sempurna dan ideal dalam pengambilan keputusan, tapi Yesus telah memilih yang terbaik dengan mengambil resiko terkecil. Ia tidak mau gandum ikut tercabut, dan tetap memberi kesempatan gandum untuk bertumbuh dan berbuah diantara ilalang. Siapa tahu nantinya tetap bisa menghasilkan banyak juga.
Apakah kita juga memberi kesempatan kepada orang lain terutama mereka yang tersisih dan miskin kesempatan untuk berkembang dengan mengambil resiko paling sedikit, minus malum, sehingga hal yang baik pun bisa terus berkembang dengan penyertaan Ilahi? Lebih baik kita tetap berusaha menumbuhkan kebaikan dimana-mana, walau kejahatan rasanya mengurung kita. Siapa tahu panenan nanti juga menghasilkan kebaikan yang berlipatganda karena dilakukan bersama-sama. Lebih baik memilih bertindak mengambil satu langkah positif, dari pada tidak bertindak sama sekali dan hanya merasa kasihan atau berkeluh kesah melihat keadaan yang buruk dengan ilalang disekitar kita.
===================================================================
Bacaan Mat 13:24-30
13:24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.
13:25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.
13:26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.
13:27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?
13:28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?
13:29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.
13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.