“Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan”
Anak durhaka demikian lah nama lain dari hikayat si Malin kundang. Seorang anak yang tidak tahu berterima kasih bahkan malu mengakui ibunya yang miskin di hadapan anak buahnya. Akibatnya pun fatal bagi Malin kundang karena menyangkal dan mengusir ibunya.
Perasaan sakit dikhianati mungkin juga pernah kita rasakan saat orang yang kita paling percaya, yang kita cintai justru menelikung kita. Menusuk kita dari belakang. Jangan-jangan pernah juga kita mengucapkan perkataan serupa Yesus:” Lebih baik mati aja deh tuh orang..” Maksudnya tentu kalau bisa orang seperti itu tidak diberikan kesempatan hidup, dari pada menjadi biang kerok sesamanya. Daripada mendatangkan sengsara tanpa nikmat.
Masalahnya kita bukan termasuk malaikat pencabut nyawa yang bisa seenaknya menyingkirkan orang-orang yang menyakiti kita itu. Bahkan Yesus, yang kalau Dia mau, bisa menahan Yudas pun, tidak melakukannya. Ia memilih taat pada perintah Bapa, setia menghadapi penderitaanNya sampai titik darah penghabisan. Apakah kita bisa memilih tetap setia pada rencana Allah, tetap beriman saat diingkari oleh orang lain?
Dengan pimpinan Roh Kudus, kita berdoa agar tidak terjerumus menjadi pengikut Kristus yang “durhaka”, tidak tahu berterima kasih atas rahmat baptisan. Kita bisa saja tergoda seperti Yudas untuk menggadaikan “Yesus” yang telah kita miliki demi 30 keping perak di jaman ini seperti fasilitas, jabatan, kedudukan, harta, bahkan status.
Apakah kita siap mempertanggungjawabkan seluruh kehidupan kita sehingga tidak ‘menyakitkan’ hati Tuhan kita? Maukah kita menyerahkan seluruh kehidupan kita bagi kemuliaan Tuhan? Karena untuk itulah kita hidup dan hidup kita berharga di mata Tuhan. Semoga tidak seorang pun mengucapkan kalimat penyesalan di atas akan ‘keberadaan’ kita.
Bacaan : Mat 26:14-25
“Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid- Ku.” Lalu murid-murid- Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?” Ia
menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: “Bukan
aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya. “