“Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.”
Melihat acara ‘Travel & Living’ nya Discovery Channel, saya bisa terkagum-kagum. Ini pasti acara yang disuguhkan bagi para ‘workaholic’ dan kaum jetset. Hanya mereka lah yang mampu menukar kenyamanan dengan harga yang sangat mahal. Harga kamar hotel permalam yang ribuan dollar mungkin “peanuts” untuk mereka. Mungkin harga yang pantas untuk mereka para pekerja keras, untuk memanjakan dirinya, untuk menerjemahkan ‘work hard, play hard’ dengan liburan yang amat muahal untuk ukuran kita.
Ada sebuah restoran di “Inn” Hotel di Little Washington yang menyuguhkan makanan dan service yang istimewa. Tapi justru yang istimewa adalah menggunakan atribut keagamaan. Masuk ruangan disambut dengan hio yang dibawa pelayan. Mereka mengenakan baju misdinar dan ‘collar’ pendeta. Nama makanan penutupnya pun “7 deadly sins”. Kalau buka di Indonesia, sudah pasti didemo habis-habisan dengan alasan pelecehan agama. Padahal tujuannya juga untuk sekedar memberi “kenikmatan dan kenyamanan”.
Terminologi bekerja dan istirahat sudah jauh dari apa yang awalnya diberikan manusia. Allah bekerja 6 hari saat penciptaan dan hari ketujuh beristirahat. Diterjemahkan orang Yahudi menjadi 6 hari kerja dan satu hari Sabat, tidak boleh bekerja dan beraktivitas sama sekali, termasuk menyembuhkan orang sakit. Gimana kalau ada kecelakaan di jalan atau kebakaran, apa tidak boleh ditolong?
Demikian juga kita….
menguranginya lagi dengan 2 hari ‘istirahat’, sabtu dan minggu. Dapat dua hari libur pun belum tentu semua orang ke gereja untuk bersyukur dan beribadah berjamaah yang cuma makan waktu satu jam. Ada juga sih yang datang terlambat, dan pulang sebelum berkat….termasuk saya tapi duluuuu lho
Injil hari ini mengingatkan saya bahwa sebenarnya Tuhan tidak pernah berhenti bekerja, tidak pernah istirahat. Dia terus memberikan kasih karunia dan rahmatNya bagi kita. Coba bayangkan kalau jantung kita bekerja hanya 6 hari, istirahat satu hari. Otak bekerja 6 hari, istirahat satu hari… siapa yang bisa bertahan? Gimana kalau bulan dan matahari berhenti berputar setelah 6 hari kerja? Allah berhenti bekerja di hari ke tujuh, untuk menikmati semua ciptaanNya. Untuk mensyukurinya dan melihat segalanya sesuatu baik dihadapanNya. Tentunya manusia pun diharapkan juga demikian, hari ke tujuh bukan diterjemahkan untuk bermalas-malasan dan memanjakan diri sepuas-puasnya.
Yesus bekerja terus melakukan apa yang diperintahkan Bapa kepadaNya: melakukan Firman Allah yaitu mencari yang sakit dan menyembuhkannya, membuat si lumpuh berjalan, dan si buta melihat. ia terus memberitakan rahmat Tuhan telah datang. Hati, pikiran, perasaan dan tindakan kita pun seharusnya tidak pernah berhenti bekerja untuk mencari mereka yang ‘terhilang’, tertawan dan terpenjara. Melayani yang sakit, lumpuh tidak berdaya menghadapi tantangan hidup bahkan menuntun mereka yang buta akan rahmat Tuhan. Pekerjaan ini tidak ada berhentinya selama manusia tidak berhenti bernafas dan berpikir. Kita baru berhenti bekerja saat hati, pikiran dan perasaan kita sudah saatnya pensiun dari dunia fana ini.
Work smart, pray hard. Pilihlah pekerjaan dan tindakan yang bisa memuliakan Tuhan, yang membawa manusia kembali memuji Allah. Kita juga perlu senantiasa berdoa untuk bisa memilih mana yang baik dan sesuai dengan rencana Allah.
Kalau mata hati, pikiran dan perasaan kita sudah mati terhadap perintah Tuhan padahal kita masih bisa berjalan, bertindak dan berpikir, bisa -bisa kita dibilang zombie… mayat hidup yang mengerikan. Yang bisa memangsa sesamanya manusia, bahkan bisa lebih sadis dari binatang karena menghisap darah sesamanya. Bukankah banyak zombie di sekitar kita? Bisa dilihat di berita kriminal sehari-hari di media cetak dan televisi. Mari terus bekerja dengan cermat sambil senantiasa meminta pimpinan Roh Kudus agar apa yang kita lakukan hari ini senantiasa memuliakan Tuhan.
======================================================
Bacaan :Yohannes 5, 17-30
Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki- Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman- Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.