Teman-teman di segala penjuru dunia…
Selamat beradvent – menjelang Hari Raya Natal.Saya berkesempatan menuliskan pengalaman pendampingan yang sangat berkesan selama persiapan Natal 2011 ini. Semoga berkenan.
Hari ini saya mendapat kesempatan yang luar biasa dalam hidup pribadi pun sebagai seorang imam. Saya berkesempatan mempersiapkan diri merayakan Natal bersama siswa/i SMA Surya Atambua bertempat di Aula St. Dominikus Emaus Atambua. Acara rekoleksi bersama siswa-siswi KLS XII ini berlangsung menarik dan dinamis. Seru karna anak anak remaja ini berlomba lomba mengekspresikan pemahaman mereka yang unik tentang NATAL bagi seorang remaja SMA. Anak anak remaja ini berebutan untuk berbagi “apa sich keistimewaan dan daya “magis” natal dalam hidupnya yang sangat muda ini?”.
Rekoleksi natal ini dikemas dalam dinamika kelompok yang sangat apik. Saya menemukan dan menyadari ternyata anak anak ini merindukan sesuatu yang sudah lama hilang dari kehidupan mereka. Anak Anak rindu untuk melihat, merasakan, dan mengalami kembali kenangan-kenangan indah semasa kecil dulu…ketika merayakan natal bersama ayah dan ibu. Dalam sharing ada anak yang dengan tegas menyatakan: saya pingin melihat papa dan mama menggenggam tangan saya yang kecil memasuki Gereja yang besar dan sesak oleh umat yang hadir. Anak yang lain bilang: saya kangen untuk mengulangi lagi pengalaman kecilku ketika ayah dan ibu setia menemaniku mengagumi memandang bayi Yesus kandang natal dengan lampu kerlap kerlip. Anak yang satunya berujar saya rindu berkumpul bersama kaka dan adik berebutan kue natal yang dibuatkan ibu…dan ada seorang yang berseru lirih….aku kangen untuk dipeluk hangat dan erat oleh ayah dan ibuku….air mata menetes karna keduanya telah memilih untuk bercerai….
Akankah kerinduan anak anak remaja ini akan terjawab di hari Natal ini? Pemahaman yang sederhana tentang Natal dan peristiwa Inkarnasi membawa mereka pada kerinduan akan kelahiran kembali – kelahiran baru situasi damai – tenang – akrab – hangat dan intim yang mereka rasakan bersama orang tua dan sanak saudara mereka.
Saya sadar dalam tataran inilah keluarga memainkan peranan yang sangat penting dan mendasar bagi pertumbuhan dan pemahaman seorang anak akan apa itu Natal dan peristiwa Inkarnasi itu sendiri serta pertumbuhan iman pada umumnya. Ada seorang anak dengan lantang bertanya: “Romo: apakah kami masih boleh bernyanyikan lagu “damai di bumi bagi semua orang yang berkenan kepadaNya”…” lagu Gloria in excelcis Deo”…sedangkan kami haus, kami rindu akan kehadiran suasanan Natal di rumah..rumah kami gersang…hanya ada kandang natal tapi tak ada ayah dan ibu di sana. Ada banyak kue, tapi kakak dan adik sibuk dengan hp dan laptop mereka…ada baju baru, sepatu baru…tapi tak ada senyum dan canda tawa lagi. Semuanya datar…formal…ah..sedih. Romo tolonglah kami…apa yang harus kami perbuat?
Saya tak menjawab, lebih tepat saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang sarat, pertanyaan yang sangat mendasar dari seorang remaja yang rindu…yang pengen…mengalami Natal di rumah, natal di dunianya…natal dalam kacamatanya. Dinamika rekoleksi hari ini ternyata cukup membantu anak-anak remaja ini untuk berani bertindak nyata sebagai tindak lanjut dari rekoleksi ini. Saya terkejut dan terkagum-kagum ketika masing masing mereka diam-diam menuliskan surat cinta Natal buat papa dan mamanya…mereka mencurahkannya dalam lembaran-lembaran surat Cinta Natal buat papa dan mama yang ditulis di atas kertas yang penuh dengan bercak-bercak tetasan air matanya. Saya tahu mereka mereka menuliskannya sepenuh hati…dengan seluruh perasaannya….dengan seluruh kerinduanya…dengan seluruh dirinya….
Saya hanya berdoa dalam hati…Tuhan semoga kerinduan anak anak remaja ini…doa doa yang paling jujur dari anak anak ini boleh KAU jawab dalam kehendak dan caramu yang ajaib…semoga Natal yang mereka rindukan memampukan mereka menemukan dan menyadari kelahiran-kehadiran Yesus sang Imanuel dalam hidup pribadi – dalam rumah mereka – dalam keluarga mereka – dan semoga dalam Perayaan Natal yang akan mereka rayakan.
Shalom dan Damai Natal dari Atambua
Rm. Yance Laka, Pr.
TOR Lo’o Damian Emaus Atambua