Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya.
Bagi mereka yang terbiasa hidup dalam hirukpikuk kota, terjepit ditengah kebisingan kendaraan dibawah terik panas matahari, menemukan sepotong taman hijau penuh pohon laksana oase yang memberikan kesegaran sejenak. Sering ditemui beberapa kendaraan roda dua memilih menyingkir berteduh sejenak, menikmati rindangnya pohon sambil mengisap rokok dan sebotol minuman dingin yang ditawarkan penjaja disekitar taman. Jangankan orang dewasa, anak-anakpun memerlukan pelampiasan atas kejenuhan mereka menghadapi tumpukan PR dan pelajaran yang bikin para ibu garuk-garuk kepala. Ilmu apakah yang sedang ‘dijejalkan’ di kepala anak-anak yang sedang bertumbuh ini?
Laksana setiap mesin produksi yang telah dibeli mahal, pada saat tertentu tetap dibutuhkan ‘down time’ untuk maintenance agar umur mesin dapat dipelihara. Tidak ‘mati’ sebelum waktunya. Demikian pula kita manusia yang tentu saja bukan termasuk mesin produksi, tetapi telah dibeli ‘mahal’ oleh Kristus, tentu sungguh berharga dimata Allah Sang Pencipta. Kita mahluk yang percaya bahwa semua diatas bumi ini adalah hasil ciptaanNya, termasuk orang-orang yang kita jumpai dalam keseharian, termasuk semua kejadian dalam kehidupan kita, semuanya pasti ada maksud dan tujuannya. There is always a purpose in life.
Sayangnya, kita sering membuat tubuh kita layaknya mesin produksi yang terus bekerja tidak kenal waktu, selalu mencari peluang buat ‘produksi’ lebih banyak kekayaan, pangkat dan jabatan. Lupa bahwa ada saatnya bahwa itu semua tidak ada gunanya. Maka saya selalu salut dengan mereka yang ditengah kesibukannya tetap meluangkan waktu untuk berdoa, setiap saat mengucapkan syukur dan berharap bahwa semua ada didalam tanganNya. Orang-orang seperti ini percaya bahwa semua dalam kehidupan ini tidak ada yang ‘kebetulan’, tetapi disisi lain juga ada campur tangan Allah dan juga kerja sama manusia. Apakah kita mengijinkan Allah bekerja melalui orang lain, atau bahkan mau menggunakan talenta kita untuk menjadi pembawa rahmat bagi orang lain. Tidak ada kata penyesalan, pun tidak ada kata “why me Lord?” saat menghadapi kesulitan.
Renungan Injil hari ini mengajak kita melihat dan berkaca pada diri sendiri, masuk kategori manakah kita selama ini? Atau kadang-kadang kita seperti Maria hanya kalau sedang mengalami kesulitan. Begitu sedang ada rejeki, kita sibuk seperti Marta sehingga lupa bahwa Tuhanpun bisa hadir dalam kesibukan kita. Betul, saat Misa berakhir dengan berkat romo, kita diutus untuk memberitakan Kabar Baik. Ite Misa Est. Tetapi esensi sakramen tidak berakhir disana saat kita menyanyikan lagu penutup.
Bukankah kita telah menerima hosti yang telah dikonsekrir oleh Imam, dan dengan demikian diubahkan menjadi Tubuh dan Darah Kristus? Dimanakah Ia bersemayam sesudah kita menerima komuni? Setelah kita menerima komuni kudus, Ia ada bersatu bersama kita. Maka tubuh dan kehidupan kita yang menyatu denganNya adalah sakramental. Roh Kudus sebenarnya telah dimeteraikansaat kita dibaptis dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Maka Ia bersemayam dalam hati sanubari kita yang paling dalam. Ia mengingatkan betapa rindunya Ia untuk bisa membangun relasi yang dekat dengan kita. Tetapi sayang kita kurang mendengar bisikanNya yang lembut, karena kita sibuk dan heboh dengan urusan perut.
Untuk bisa menemukan keteduhan hati ditengah kegaduhan, diperlukan kemauan dan latihan. Layaknya seorang pelari maraton, ia akan terus berlatih untuk berlari walaupun hari hujan. Demikian kitapun perlu melatih diri untuk disiplin meluangkan waktu untuk mencari keteduhan hati, berkomunikasi dengan Sang Pencipta tanpa terpengaruh dengan keadaan di sekitar kita. Orang-orang yang bisa meluangkan waktu demikian tentu terlatih untuk memiliki kepekaan mana tindakan-tindakan yang sejalan dengan rencanaNya. Mereka memiloiki jadual retret pribadi setiap tahunnya. Mengikuti misa bukanlagi sekedar ritual, tetapi sebagai retret mingguan. Bahkan setiap harinya selalu menemukan saat-saat teduh bersama Tuhan ditengah kegaduhan pekerjaan. Orang seperti ini tidak akan menyesal atas setiap pilihan yang diambil, juga tidak akan mencari-cari kesalahan diri maupun kesalahan orang lain apabila menemukan tantangan dan hambatan dalam kehidupan.
Ora et labora, memang sungguh diperlukan bagi mereka yang ingin menikmati setiap detik kehidupan sebagai rahmat Allah.
===================================================================================================================================