Di sekolah dekat Bruderan Karitas tempat saya tinggal, pada hari Jumat dan Sabtu ini diadakan acara kerja bakti dan juga lomba-lomba untuk anak-anak SD dan SMP. Ada lomba membawa kelereng dalam sendok, ada lomba sepakbola lapangan kecil, ada lomba ….
Indonesia telah merdeka selama ini, mulai tahun 1945 – 2008, tetapi ironisnya, saya masih menemukan (ini yang saya saksikan dan alami sendiri) ada anak-anak yang masih kesulitan dan tidak bisa masuk bersekolah, keluarga mereka miskin dan tak mampu membayar biaya sekolah. Lebih ironis lagi, masih ada anak-anak yang masih kekurangan makanan, bahkan lebih parah lagi kekurangan minum air yang layak minum karena kondisi kemiskinannya. Pada hari Jumat kemarin, saya didatangi seorang anak SMP yang menangis gara-gara kehausan, tidak ada air minum layak minum yang bisa diminumnya dan sudah sejak kemarin ia puasa makan dan minum. Anak itu badannya panas karena memang udara panas dan juga kekurangan air menimbulkan badan panas. Ini sungguh menyedihkan. Hal itu hanya ujung kecil dari gunung es pengalaman kemiskinan anak itu. Dan boleh jadi ujung kecil dari gunung es derita kemiskinan di Indonesia.
Mgr. Sugiyopranoto SJ yang juga pahlawan nasional, terkenal dengan kata-katanya: Kita itu Katolik seratus persen sekaligus Indonesia seratus persen. Semoga makna perayaan hari kemerdekaan RI tahun 2008 menggetarkan jala nurani hati kita semua untuk sesuai dengan semangat / spiritualitas Kongres Ekaristi KAS yang bertemakan, EKARISTI: BERBAGI LIMA ROTI DAN DUA IKAN.
Didalam arus orang semakin serakah memperkaya diri dengan korupsi dan bermain curang, masih adakah semangat Ekaristi di bumi Indonesia ini. Semangat Ekaristi perlu mengisi kemerdekaan Indonesia juga.
Salam : Br. Yoanes FC