“Ikutlah Aku”
Yesus telah turun dari bukit setelah menyelesaikan kotbah-Nya di bukit, dan orang-orang masih berbondong-bondong mengikuti Dia, menyaksikan banyak mujizat yang dilakukan Yesus. Tak ubahnya seperti seorang selebritis, orang-orang mengerumuni Dia. Salah satunya adalah seorang ahli Taurat yang berkeinginan untuk mengikuti Yesus. Tidak banyak ahli Taurat yang mau mengikuti Yesus, umumnya mereka malah merasa terancam akan kehadiran Yesus. Semestinya Yesus bergembira dengan keputusan ahli Taurat itu, tetapi jawaban Yesus mengatakan lain, seolah-olah menyuruh ahli Taurat itu untuk kembali ke komunitas-nya, serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang. Yesus tentu mempunyai alasan mengapa Ia melakukan hal itu.
Bisa jadi saja ahli Taurat itu sebetulnya hanya ingin “nebeng nge-top”, atau ingin bisa melakukan mujizat seperti yang dilakukan Yesus sehingga bisa nge-top seperti Yesus. Mungkin saja ahli Taurat itu telah “mendengar” kotbah Yesus di bukit, tetapi ia tidak “mendengarkan” sehingga Yesus menyarankan agar ia kembali ke liangnya karena ia masih tetap serigala atau kembali ke sarangnya karena ia masih tetap seekor burung, tidak terjadi perubahan rohani pada ahli Taurat itu, lalu bagaimana ia bisa melaksanakan sesuatu yang tidak didengarkkannya itu? Memang, percuma saja kita banyak-banyak membaca Injil dan banyak-banyak berdoa tetapi tidak melaksanakan ajaran-ajaran yang kita baca dari Injil itu.
Sebaliknya, salah satu murid-Nya meminta ijin untuk mengurusi penguburan ayahnya. Secara tegas Yesus menolak permintaan murid-Nya itu. Murid-Nya itu nampaknya belum betul-betul memahami persyaratan untuk menjadi murid Yesus. Ia tidak menyadari bahwa ia mesti meninggalkan sanak-saudaranya dan seluruh harta bendanya jika hendak mengikuti Yesus.
Sampai sekarang masih saja ada murid yang belum benar-benar meninggalkan keluarga dan harta duniawinya. Seandainya dilakukan survey terhadap kaum klerus di Indonesia, saya tidak tahu ada berapa banyak yang berasal dari keluarga yang mampu secara finansial? Saya tahu ada imam yang berasal dari keluarga kaya, dan imam itu betul-betul meninggalkan keluarga dan harta bendanya itu untuk mengabdikan hidupnya untuk Tuhan.
Memang tidak mudah untuk memutuskan akan mengikuti Yesus. Saya sendiri belum sanggup memenuhi persyaratannya. Seringkali keluarga dan segala urusan jasmaniah menghambat pelayanan saya, sehingga malu juga untuk mengaku sebagai murid Yesus, apalagi murid yang benar-benar murid.
Bagi saya, Yesus adalah fore-rider saya. Saya memasrahkan diri kemana pun saya dibawa oleh “pemandu jalan” saya itu. Cukup dengan mengikuti sinar terang yang berasal dari-Nya, maka saya pun akan berada di bawah terang itu, terhindar dari kegelapan yang membuat saya menjadi buta. Satu hal yang memang menjadi keinginan saya, yaitu saya ingin tetap berada dalam rombongan terang itu, yaitu dengan terus menerus memperhatikan langkah kaki saya apakah sudah berjalan se arah atau sudah mulai memisahkan diri dari rombongan itu.
Saya tidak ingin kekhawatiran Yesus terjadi pada diri saya, yaitu mengikuti rombongan yang salah, rombongan yang seolah-olah membawa terang padahal tidak, yang terangnya hanyalah fata-morgana. Saya ingin ikut di dalam rombongan yang asli, tetapi tidak seperti orang Farisi yang berusaha untuk menemukan kepalsuan, melainkan berusaha untuk menemukan keasliannya, karena dari keasliannya saya menjadi yakin bahwa saya telah berada pada rombongan yang benar. (Sandy Kusuma)
================================================================================================
Bacaan Injil, Mat 8:18-22
Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Yesus berkata kepadanya: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: “Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.”