Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel , dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?
Pengajar bukanlah pendidik, pengajar berasal dari kata ‘ajar’ ditambah awal ‘peng’ yang berarti orang yang bertugas mengajar atau memberi pengajaran. Dalam pengertian lebih lanjut, pengajar adalah orang yang bertugas memberi tahu (ajar) cara atau ilmu atau paham atau sesuatu yang baru kepada peserta ajar (pelajar) atau mendampingi untuk belajar, hingga bisa melaksanakan hal yang baru tersebut. Biasanya peserta ajar sudah memiliki dasar pengetahuan (tidak dari nol), maka segala akibat positip atau negatif dari hasil ajar tersebut bukan lagi menjadi tanggung jawab pengajar.
Sedangkan pendidik berasal dari kata ‘didik’ ditambah awalan ‘pen’ yang berarti orang yang bertugas mendidik untuk sesuatu yang baru (ilmu/paham/ pengetahuan/ ajaran), dimana peserta didik tersebut tidak memahami sama sekali, sehingga pendidik juga berkewajiban memberi tahu asal ilmu, sebab akibat dan tujuan dari pendidikan yang diberikan. Karena itulah seorang pendidik bertanggung jawab atas hasil yang dicapai anak didiknya termasuk perkembangan dalam menerapkan pengetahuan tersebut, ada nilai pendampingan.
Hal ini ditekankan oleh Yesus kepada Nikodemus, agar tidak berlaku sebagai pengajar, tetapi berbuatlah sebagai pendidik, karena dengan mendidik kitapun harus belajar untuk menambah pengetahuan serta terus meningkatkan kemampuan hingga memahami filsafat dan teologi dari ilmu yang diberikan tersebut, jadi bukan sekedar mengulang-ulang materi ajar saja.
Banyak juga diantara para guru atau dosen di Republik ini hanyalah seorang pengajar, sehingga orientasinya lebih kepada tugas atau pekerjaan, maka guru/dosen yang demikian tidak akan memiliki nilai (value) lebih atau sesuatu yang patut dibanggakan oleh anak didiknya, tentu berbeda jika mereka yang tergolong pendidik, karena lebih menggunakan hati. Hanya kita yang memiliki hati yang bersih yang dapat memahami dan mempercayai segala sesuatu tentang surgawi dan Yesus sudah mendidik kita.
Saya hanya mengingat guru/dosen yang mendidik saya dengan hati yang penuh kasih, walau sikap mereka kadang kala keras dan tegas, sedangkan disisi lain saya lupa sama sekali dengan guru/dosen saya yang hanya berorientasi mengajar. Saya yakin banyak diantara kitapun merasakan hal yang sama, hanya memiliki kenangan yang baik kepada para pendidik, seperti halnya dilakukan oleh Yesus sebagai Guru yang agung.[Samsi Darmawan]
=================================================================
Bacaan Yoh 3:7-15
“Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”
Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?”
Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel , dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi?
Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”