Hanya satu kata kunci dalam kebingungan menyikapi hidup ini, yaitu: Percaya.
Dalam perjalanan menuju kantor, dibutuhkan waktu tempuh kira-kira 2 jam, dan seperti biasa kalau tidak ada yang mengajak bicara, saya akan mendengarkan radio kemudian menikmati musik sambil tidur.
Saat itu yang saya dengar adalah radio KBR 68H, sedang mewawancarai pak Idin, atau Khaeruddin. Penjaga dan perawat sekaligus pemelihara kali Pesanggrahan di wilayah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tahun 1992-1993 pak Idin datang ke Pesanggrahan, kecewa dan jengkel melihat kali tersebut kotor dan penuh dengan sampah.
Bermodalkan cangkul, golok dan Percaya, pak Idin mulai membersihkan kali tersebut. Pada awalnya dia dianggap gila oleh penduduk sekitar kali, dan banyak yang menganggap dia sedang memperdalam ilmu kebatinan, bahkan dipersoalkan oleh Pemda setempat dengan menanyakan SKnya, tetapi dijawab SK saya dari langit. Pak Idin percaya bahwa air adalah sumber kehidupan, maka dia meneruskan proyek pribadinya membersihkan kali tersebut tanpa peduli dengan sikap dan perkataan orang-orang sekitar.
Saat ini, setelah 15 tahun kali tersebut bersih dan rindang, menjadi objek wisata bagi semua orang, banyak yang memanfaatkannya untuk memancing, rekreasi dan memetik buah melinjo serat buah-buahan lainnya, sudah beberapa kali mendapat penghargaan dari instansi pemerintah. Apakah pak Idin yang tidak memiliki gelar sarjana ini bangga dengan itu semua, ternyata belum, yang dituju pak Idin adalah kesadaran kolektif dari semua umat manusia untuk menjaga dan memelihara kebersihan kali dan aliran air, jika kita semua peduli maka niscaya banjir akan berkurang.
Inilah yang diteladani pak Idin, begitu percaya, sehingga hasilnya tampak jelas bermanfaat. Jika tidak, maka akan percuma saja, seperti orang Yahudi yang masih mempertanyakan eksistensi Yesus sang juru selamat bahkan menanyakan pengakuan, tanda-tanda dan nubuat, seperti pegawai pemda yang menanyakan SK kepada pak Idin.
Catatan:
Salam,
Samsi Darmawan