Setiap tahun, tepatnya tanggal 11 Februari, Gereja merayakan liturgi peringatan Bunda Maria dari Lourdes. Pada saat yang sama pula dirayakan Hari Orang Sakit Sedunia. Biro Nasional KKI mengolah Sapaan Paus Paus Benediktus XVI, pada peringatan Hari Orang Sakit Sedunia 2007. Tak(belum) ada Sapaan Paus Hari Orang Sakit 11 Februari 2009. Kiranya sapaan Paus ini dapat menjadi Sabda yang menyembuhkan orang-orang sakit, menguatkan hati para perawat dan pelayan kesehatan. [Br Yoanes FC]
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Saudara-Saudari terkasih,
Gereja memberikan perhatian khusus pada orang-orang yang menderita sakit berat. Mereka ditemukan di berbagai belahan benua, khususnya di tempat-tempat, di mana kemiskinan dan kekerasan hidup yang menyebabkan penderitaan dan kemalangan. Sadar akan penderitaan yang mereka alami, saya dalam roh, hadir khususnya pada Hari Orang Sakit Sedunia, bersatu dengan mereka yang berkumpul dan berdiskusi tentang pemberantasan penyakit yang belum tersembuhkan di dunia saat ini dan mendorong berbagai upaya komunitas Kristiani untuk memberikan kesaksian tentang kelembutan dan belas kasih Allah.
Keadaan sakit, jelas membawa orang masuk ke dalam suatu momen krisis dan pergulatan batin yang mendalam dengan keadaan pribadinya sendiri. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan tentang kesehatan sudah menyediakan sarana yang mendukung untuk mengatasi masalah ini, paling tidak menangani aspek fisiknya. Akan tetapi, kehidupan manusia memiliki keterbatasan dalam dirinya sendiri, dan cepat atau lambat, kehidupan itu akan berakhir dengan kematian.
Ini merupakan suatu pengalaman, yang pada waktunya semua manusia akan sampai ke sana. Terhadap kematian itu kita harus selalu mawas diri. Kendati terjadi kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan tentang kesehatan, pengobatan belum dapat ditemukan untuk setiap jenis penyakit. Oleh karena itu di rumah sakit, rumah perawatan, dan rumah-rumah kediaman di seluruh dunia, kita menjumpai penderitaan begitu banyak saudara-saudari kita yang tidak tersembuhkan dan sering mencapai tahap ajal yang sangat memprihatinkan. Tambahan pula, jutaan manusia di seluruh dunia mengalami kondisi sanitasi yang buruk dan tak ada akses ke sumberdaya kesehatan yang sangat diperlukan, sekalipun pada tingkat dasar, dengan akibat bahwa jumlah manusia yang dianggap tidak “tersembuhkan” semakin besar.
Gereja bertekad mendukung orang sakit yang tak tersembuhkan dan mendekati ajal dengan menyerukan kebijakan sosial yang adil, yaitu “kebijakan yang membantu menghilangkan sebab-sebab dari berbagai penyakit dan dengan mendesak perbaikan pengobatan bagi mereka yang sekarat dan mereka yang belum tersedia obat-obatannya’ .
Ada suatu kebutuhan besar untuk mendorong kebijakan yang menciptakan situasi di mana manusia dapat merawat orang-orang sakit yang tak tersembuhkan dan mati dengan cara yang lebih manusiawi. Di sini perlu ditekankan sekali lagi kebutuhan akan pusat perawatan yang lebih meringankan penderitaannya, menyediakan perawatan yang menyeluruh, para perawat memberikan kepada orang sakit bantuan yang lebih manusiawi dan kebutuhan akan pelayanan rohani. Ini merupakan suatu hak azasi yang menjadi milik setiap orang, suatu hal yang harus kita perhatikan.
Di sini saya hendak meneguhkan usaha-usaha mereka yang bekerja hari demi hari untuk memastikan bahwa mereka yang sakitnya tak tersembuhkan dan menjelang ajal, bersama dengan keluarga mereka untuk memperoleh perawatan yang memadai dan penuh cinta. Gereja, dengan mengikuti teladan “Orang Samaria” yang Baik Hati”, telah menunjukkan perhatian khusus bagi mereka yang lemah dan tak berdaya.
Melalui anggota perorangan dan lembaganya, “Orang Samaria yang Baik Hati”, itu terus berdiri di sepanjang jalan penderitaan dan mengunjungi orang-orang yang kegelapan, mendekati ajal, kelaparan, untuk memelihara martabat mereka pada saat-saat yang sangat penting dari keberadaan manusia. Banyak orang seperti itu-para petugas perawatan kesehatan yang profesional, petugas pastoral, dan sukarelawan dan lembaga-lembaga di seluruh dunia tanpa kenal lelah melayani para penderita, di rumah sakit, unit perawatan yang meringankan penderitaan, di jalan-jalan kota, di perumahan-perumahan rakyat dan paroki-paroki.
Saya menaruh perhatian kepada kalian, saudara-saudari yang terkasih, yang menderita sakit tak tersembuhkan dan menjelang ajal. Saya mengajak kalian semua untuk merenungkan Penderitaan Kristus yang tersalib, dan dalam persatuan dengan Dia, menyerahkan diri dengan penuh kepercayaan kepada Allah Bapa bahwa seluruh hidup berada di tangan-Nya. Percayalah bahwa penderitaanmu, dalam persatuan dengan penderitaan Kristus, akan menjadi sangat berguna bagi Gereja dan dunia. Saya berdoa kepada Tuhan untuk menguatkan imanmu dalam cinta-Nya, khususnya selama masa percobaan yang Anda alami saat ini. Harapan saya, di mana pun kalian berada, kalian akan selalu menemukan kekuatan rohani dan daya batin yang diperlukan untuk mengembangkan iman dan membawa Anda semakin dekat dengan Allah Kehidupan. Melalui para imam dan petugas pasrotalnya, Gereja ingin membantu kalian dan berada di samping kalian, menolong kalian pada saat-saat yang sangat membutuhkan, dan menghadirkan belaskasih Tuhan kepada semua orang yang menderita.
Akhirnya, saya menyerukan kepada semua umat beriman di seluruh dunia, dan khususnya mereka yang membaktikan diri pada pelayanan kepada orang-orang yang lemah, untuk terus menerus memohon bantuan Bunda Maria, Salus Infirmorum, untuk memberikan kesaksian tentang perhatian penuh cinta dari Allah Bapa kita. Semoga Santa Perawan Maria, Bunda kita, menggembirakan hati orang yang sakit dan memelihara semua orang yang telah mengabdikan diri sebagai “Orang Samaria yang Baik Hati”, untuk menyembuhkan luka-luka fisik dan luka-luka batin dari mereka yang menderita.
Bersatu dengan kalian semua, dalam pikiran dan doa, saya dari lubuk hati yang paling dalam memberikan Berkat Apostolik sebagai tanda peneguhan dan kedamaian jiwa dalam Tuhan.
Pesan Paus Benediktus XVI
Hari Orang Sakit Sedunia ke-15.
11 Februari 2007