Fiat Voluntas Tua

Salibkan Dia, Salibkan Dia

| 1 Comment

salib

Yoh 19:15 Maka berteriaklah mereka: “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!

Rata-rata wanita senang sekali menggunakan assesoris, mau yang tomboy sekalipun, pasti mereka menggunakan assesoris. Seolah-olah assesoris seperti gelang, kalung ,cincin dan anting2 adalah bagian dari identitasnya. Demikian pula para wanita yang amat religius ataupun ingin memberi kesan religius, menggunakan assesoris yang sesuai dengan ‘iman’nya. Saya ingat pernah punya beragam bentuk kalung salib, dari yang kayu, logam, emas,berlian sampai yang gede banget bergaya gotik. Tapi karena tidak tahan dengan apapun yang menempel di leher, rasanya gatal dan gerah kalau hari panas, akhirnya kalung itu tidak dipakai lagi. Bukannya malu lho.

Identitas kita sebagai pengikut Kristus kali ini juga perlu direnungkan kembali, khususnya dalam merayakan Tri Hari Suci ini. Bukan hanya sekedar orang lain tahu bahwa kita pengikut Kristus atau sanggup beli salib bertaburan berlian segede jagung. Tapi mungkin kita perlu merenungkan apa arti keberadaan kita sebagai pengikut Kristus ditengah-tengah dunia yang ‘bejat’ ini. Untuk apa Tuhan ijinkan kita hidup diantara carut marutnya  negara ini? Sejauh mana kita mengambil bagian dalam Karya Keselamatan Tuhan bagi dunia dalam mewartakan kasihNya? Apakah kita sungguh-sungguh mengimani dan menghayati korban penderitaan Kristus sampai wafat dan bangkitNya? Salib yang dianggap hina bagi bangsa Yahudi, yang hanya layak bagi orang yang paling jahat; telah diubahkan Yesus melalui penderitaanNya menjadi pembuka jalan kebahagiaan pada hidup yang abadi.Tidak cukup hanya dengan mengenakan kalung salib ataupun membuat tanda salib saat sebelum makan di resto atau foodcourt atau di dalam pesawat terbang; tapi juga dalam tindakan serta pemikiran dan ucapan kita sehari-hari. Sejauh mana kita juga berani mewartakan kasih Nya, berani menegakkan kebenaran dan keadilan paling tidak mulai dari lingkungan disekitar kita sendiri. Bagaimana pandangan suami dan anak-anak terhadap perilaku kita sehari-hari, apakah mereka melihat terang Kristus dalam diri kita?

Kalau tidak dipahami dengan sungguh-sungguh, maka pelan tapi pasti, kita bisa terseret menjadi salah satu dari orang-orang yang berbalik berteriak-teriak “Salibkan Dia, Salibkan Dia”. Kelakuan-kelakuan bahkan perkataan kita yang tak terpuji telah membuat Yesus disalibkan lagi. Seolah-olah kita menambahkan luka baru di TubuhNya lagi. Atau jangan-jangan kita termasuk murid-murid Kristus yang lari begitu iman kita ditantang dan berkata ” bukan, aku bukan pengikutNya”. Mari kita renungkan agar hidup kita selanjutnya tidak memberitakan  kematian dan hilangnya damai sejahtera, tapi justru semakin siap dan bersemangat memanggul salib pembawa kebahagiaan.

One Comment

  1. salah pengertian ente….manusia ko d jd kan tuhan

Leave a Reply

Required fields are marked *.