Fiat Voluntas Tua

GERAKAN PAN-TIK-FOAM (Pantang Plastik dan Styrofoam )menjelang Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Jakarta

| 0 comments

Tanpa terasa kita sudah mendekati masa pra paskah yang ditandai dengn Misa Rabu Abu pada tanggal 13 Februari 2013. Berikut ini adalah himbauan bagi umat katolik di KAJ yang tertera dalam booklet Gerakan Pan-Tik-Foam sebagai pilihan kita untuk menjalani masa pantang dan puasa. Semoga masa puasa ini sungguh menjadi masa pertobatan kita dalam menyikapi kehidupan iman ditengah keseharian….

pantikfoam kajDalam iman Kristen (termasuk Katolik tentunya), manusia adalah citra dan mitra Allah. Citra Allah berarti bahwa manusia diciptakan dalam gambar dan rupa Allah (bdk. Kej. 1: 26). Manusia mempunyai keunggulan dibanding makhluk ciptaan lain. Manusia diberi akal-budi dan nurani. Jika mereka baik adanya (Kej. 1: 1-25), manusia dikatakan ‘sungguh amat baik’ (Kej. 1: 31).
Keunggulan manusia itu memang dikatakan untuk ‘menguasai’ bumi (Kej. 1: 26-28), tetapi bukan untuk merusaknya. ‘Menguasai’ disini berarti ikut menjaga, merawat, dan ikut mengembangkannya. Itulah makna manusia sebagai mitra Allah. Diyakini bahwa Allah tidak berhenti mencipta dunia, dan manusia diajak menjadi mitra penciptaan itu.
Dalam hal ini perlu diingat bahwa ‘citra’ mendahului ‘mitra.’ Artinya, manusia ikut mencipta dunia yang baik bukan agar dicintai Allah, melainkan karena sudah dan sungguh dicintaiNya. Manusia dipanggil untuk ikut menyebarkan warta cinta-kasih itu kepada seluruh dunia, termasuk kepada segala makhluk, bukan hanya kepada manusia (bdk. Mrk 16: 15).

Bahwa dalam kenyataan dalam beberapa sisi bumi dan alam ini malah makin rusak, itulah akibat dosa. Dosa adalah situasi ketika manusia memisahkan diri dari Allah. Manusia mengingkari panggilannya untuk menjadi mitra-Nya. Manusia justru mau menjadi ‘allah’ atau penguasa dunia sendiri. Rencana dan kehendak Allah dikesampingkan.

Sangatlah masuk akal, kemudian, jika tidak peduli pada bumi, apalagi merusaknya, juga dengan perilaku yang tampaknya kecil dan sepele, termasuk dosa juga. Jika dicermati, sikap tidak peduli pada bumi berarti juga tidak peduli pada Tuhan. Jika Tuhan meminta kita mencintai sesama, terutama yang menderita, sebagai wujud cinta pada Tuhan (bdk. Mt. 22: 37-40 dan Mt. 25: 31-46), gampang dipahami juga bahwa cinta kita pada bumi seisinya adalah wujud cinta kita pada sesama.
Ujungnya jelas, yaitu mencintai Tuhan juga.

Masa Pra-paskah adalah salah satu masa dalam tradisi Gereja Katolik dimana kita bersama berusaha kembali kepada Allah. Itulah pertobatan, dan upaya itu dilakukan selain dengan doa-doa dan jalan salib, juga dengan pantang, puasa dan berderma. Upaya-upaya itu, sekali lagi, bukan untuk ‘menyuap’ Allah agar kita dicintai dan selamat, melainkan karena kita mau kembali membuka diri terhadap panggilan Allah sebagai mitra-nya.

Tema APP (Aksi Puasa Pembangunan) Keuskupan Agung Jakarta tahun 2013 ini adalah “Makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa.” Termaktub di dalamnya bahwa iman, yang berarti meyakini cinta Tuhan pada manusia, akan mengalir dalam persaudaraan dengan sesama dan akan menumbuhkan belarasa pada yang menderita. Pantang, puasa dan derma bisa dilihat dalam upaya untuk mengasah belarasa itu. Artinya, pantang dan puasa juga dipahami sebagai upaya lebih menghemat dan dengan kemudian memberikan hasil penghematan itu pada yang lebih menderita.

Dalam hal ini, makin kita sadari bahwa penderitaan manusia juga diakibatkan oleh bumi yang makin rusak. Orang kehausan juga disebabkan oleh air bersih yang makin mahal. Orang kelaparan juga disebabkan oleh tanah yang kurang subur lagi dan tanaman yang rusak. Orang sakit juga disebabkan oleh udara dan air yang terpolusi. Orang dipenjara bisa juga karena berebut air dan/atau sumber-daya alam lain yang makin langka. Pendeknya, penderitaan manusia tidak lepas dari ‘penderitaan’ yang dialami bumi seisinya. Dengan kata lain, belarasa kita tidak hanya langsung pada sesama yang menderita, tetapi juga melalui belarasa pada ciptaan Tuhan yang lain.

Kepedulian pada lingkungan hidup, atau yang sering disebut ‘go green’ memang juga bersemangat kristiani, yaitu semangat menjaga ciptaan sebagai mitra Allah. Banyak upaya bisa dilakukan, tetapi sebagai upaya bersama, perlu dicarikan fokus yang lebih jelas. Sehubungan dengan hal itu, untuk tahun 2013 ini, dalam semangat sebagai mitra Allah tadi, kita mau bersama melakukan gerakan sederhana, yaitu pantang plastik dan styrofoam. Kita tahu bahwa pada jaman modern ini, salah satu yang mengotori dan merusak alam adalah plastik dan styrofoam yang tidak dikelola dengan baik. Karena itu, gerakan ini lebih mengajak umat Katolik agar lebih mampu mengelola pemakaian plastik dan styrofoam dalam semangat belarasa tadi.

Supaya pantang plastik dan styrofoam ini didasari oleh suatu pemahaman yang benar, booklet itu diterbitkan. Isinya adalah pengetahuan ringkas tentang plastik dan bahayanya bagi bumi dan manusia, lalu diakhiri dengan beberapa gagasan bagaimana kita bisa menghemat plastik dan styrofoam. Bagian akhir itu lebih berupa gagasan, bukan kewajiban, karena yang paling pokok adalah bagaimana dengan tindakan yang sederhana kita mewujudkan kepedulian dan cinta kita.

Tidak sedikit upaya dan kreativitas yang belum disebutkan disini, dan juga bisa berkembang lebih jauh. Karena itu, gagasan ini lebih bersifat pemancing, supaya bisa ditindaklanjuti dan dikembangkan sesuai konteks masing-masing. Pun, sebagai sebuah booklet sederhana, bukan teksbook, paparan yang ada di dalamnya sangat terbatas, hanya diambil dari sumber yang juga relatif terbatas, yaitu internet. Tujuan informasi itu bukan untuk pengetahuan semata, tetapi lebih
untuk mendorong dan memotivasi umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta. Dengan kata lain, booklet ini hanya untuk kalangan sendiri dan tidak diperjualbelikan, serta tidak ada copyright. Jika ada yang menginginkannya, soft-copy juga akan disediakan. (Untuk ini, terimakasih atas partisipasi aktif rekan Kartini dari paroki Don Bosco yang mengedit dan Jana Broto dari paroki St. Stefanus yang menata-letak booklet ini.) Karena itu, jika ada masukan untuk dikembangkan, atau juga sharing pengalaman bagaimana menghemat plastik dan styrofoam, atau bisa juga pertanyaan, sila menghubungi kami di pemukat@gmail.com.

Akhirnya, selamat kembali menjadi mitra Allah dengan hal yang sederhana, dan semoga upaya sederhana ini memang sungguh membuat iman kita bertumbuh dan berbuah, karena, seperti dikatakan oleh St. Yakobus, “iman tanpa perbuatanperbuatan adalah mati” (Yak 2: 26)!

Salam
Al. Andang L. Binawan, SJ
Koordinator Gerakan Hidup Bersih

Leave a Reply

Required fields are marked *.