Fiat Voluntas Tua

Saat Akhir Zaman Datang – Sudah Siap, Ragu, Wait ‘n’ See atau EGP?

| 0 comments

Di akhir masa liturgi gereja katolik bacaan-bacaan Kitab Suci bertemakan tentang kiamat, mengajak kita mempersiapkan diri memasuki masa adven persiapan kelahiran Sang Penebus. Kiamat memang tidak ada yang tahu kapan akan datang. Sudah dinubuatkan para nabi ribuan tahun lalu, sampai sekarangpun masih misteri. Bahkan kiamat kecil, hari kematian kitapun hanya Tuhan yang tahu. Semoga renungan minggu ini mengajak kita berpikir kembali tentang tujuan akhir hidup kita. Sama seperti saran Steven Covey “Begin with the end in mind” – dengan mengetahui tujuan akhir masa depan kita, kita bisa melihat kembali sejauh mana kita melenceng dari tujuan tersebut. Dengan demikian kita senantiasa melangkah setapak demi setapak dengan hati teguh tanpa bimbiang. Selamat menikmati renungan dari romo Hans dari Bali dan selamat berakhir pekan!

Bacaan Kitab Suci hari ini nampaknya bicara tentang Akhir Zaman. Sepanjang sejarah Gereja, orang sangat suka dengan Akhir Zaman. Mereka membahasnya dengan sangat mendalam. Dengan memakai kitab Daniel dan Wahyu mereka mencocokkan semua tanda yang disebut untuk mencari tahu kapan Akhir Zaman akan datang. Dan setiap pergantian abad, selalu ada gerakan yang menyatakan sekarang ini saatnya akhir jaman. Gerakan itu dalam Gereja disebut Milleniarisme, dari kata milenium, 1000 tahun.

Pewartaan tentang akhir Jaman seringkali merupakan pesan yang menakutkan: akan ada bencana yang mengerikan, lekas bertobat supaya tidak masuk neraka! Padahal pesan Kitab Suci itu bukan sekedar janji untuk Masa depan yang entah kapan, tapi pesan untuk saat ini.

Pesan Kitab Suci hari ini ialah untuk mereka yang pada saat beban hidup menekan dan nampaknya tiada jalan keluar, menemukan ada tanda-tanda harapan yang memberi kita kekuatan untuk bertahan dan setia kepada Tuhan. Jadi jangan sibuk mencari kapan waktunya, karena tentang hari atau saat itu tidak ada yang tahu. Malaikat di surga, Putra Manusia tidak tahu, hanya Bapa saja yang tahu.

Nasrudin sedang merangkak-rangkak mencari sesuatu. Tetangganya yang melihat lalu membantu mencari. “Apa yang hilang?” “Kunciku, jatuh.” Setelah beberapa saat ia bertanya lagi: “Jatuhnya dimana?” “Di rumah.” “Astaga, kenapa mencarinya disini?“ “Karena disini lebih terang.”

Orang yang sibuk dengan mencari kapan Akhir Jaman, tidak menangkap pesan Kitab Suci. Mereka mencari kepastian untuk masa depan mereka. Mereka tidak menemukan bahwa Tuhan hadir disini, sekarang ini, tetapi mereka butuh ancaman di masa depan untuk mengatur hidup mereka sekarang.

Tetapi apa yang sebenarnya dikatakan Kitab Suci tentang Akhir Jaman itu? Nabi Daniel menulis untuk orang Yahudi di pembuangan yang sudah puluhan tahun hidup sebagai jajahan bangsa Babel, Media, Persia dan Yunani. Mereka kehilangan iman mereka kepada Allah yang Mahaesa dan Maha kuasa.

Pada saat Markus menulis Injilnya, Gereja sedang mengalami penindasan kaisar Roma. Banyak orang Kristen ditangkap, disiksa dan dibunuh sehingga banyak orang menjadi goyah imannya. Terhadap situasi tersebut, Daniel dan Markus menegaskan hal yang sama: Allah tidak tinggal diam. Allah perduli akan penderitaan umatNya. Dan siapa yang setia dan bertahan akan diselamatkan. Bagaimana cara Allah bertindak? Dengan mengutus PuteraNya, Yesus. Apa yang dilakukan Yesus?

Mengajarkan pertobatan Mrk 1:15a. Langkah berikutnya, mendengarkan, memandangi, mengikuti Yesus sebagai Mesias yang diutus Allah. Yesus sendiri memakai ungkapan Anak Manusia untuk menjelaskan ke-Mesias-annya. Ia mendekatkan kembali manusia dengan Allah, ia bukan Mesias politik.

Kedatangan kembali Yesus dalam kemuliaannya digambarkan oleh Markus (juga oleh Matius dan Lukas) dengan memakai gambaran dari Dan 7:13, yakni tokoh Anak Manusia yang datang menghadap Allah untuk memperoleh anugerah kuasa atas seluruh alam semesta.

Anak Manusia di situ dipakai melukiskan kemanusiaan baru yang hidup merdeka di hadapan Allah. Di situlah kebesarannya. Bila diterapkan kepada Yesus, kedatangannya kembali mewujudkan kemanusiaan yang baru ini. Kemanusiaan baru itulah wujud utuh Kerajaan Allah.

Manusia tidak lagi buta, tidak lagi lumpuh, tidak lagi sakit, tidak kerasukan roh jahat, tapi yang merdeka di hadapan Allah, seperti Yesus sendiri di hadapan Allah, Bapa yang maharahim itu. Seperti dalam Kitab Daniel tadi, kehadiran manusia baru itu berkontras dengan zaman kekacauan yang mendahuluinya.
Jadi Kerajaan Allah yang akan hadir sempurna pada Jaman Akhir, oleh Yesus telah dihadirkan di dunia. Manusia diundang untuk mengalaminya dengan bertobat, percaya dan mengikuti Yesus, sehingga menjadi manusia baru yang bebas merdeka di hadapan Allah.

Jack sedang berjalan di pinggir tebing yang curam, ia terpeleset dan jatuh ke jurang yang dalam. Utung dia dapat meraih sebuah cabang yang menghambat kejatuhannya. Ia melihat ke bawah, batu-batu menunggunya belasan meter di bawah. Dia sadar, tidak mungkin ia kuat bergantung pada cabang itu, tetapi ia juga tidak dapat memanjat tebing yang curam itu. Jack mulai berteriak-teriak minta tolong, berharap ada orang lewat yang dapat menolongnya. “Tolong! Tolong! Ada orang diatas sana?” Tidak ada jawaban.

Ia sudah hampir putus asa. Tiba-tiba ia mendengar suara: “Jack, Jack, kamu bisa dengar saya?”

”YA! YA! Saya dibawah sini.”

“Saya bisa lihat kamu. Apa kamu baik-baik saja?”

“Ya. Tapi anda ini siapa? Ada dimana?”

“Saya ini Tuhan. Saya ada dimana-mana.”

“Tuhan? Beneran?”

“Ya, itu saya.”

“Tuhan, tolong saya! Saya janji, kalau saya dibebaskan dari sini, saya akan berhenti berdosa. Saya akan sungguh jadi orang baik. Saya akan melayani Tuhan seumur hidup saya.”

”Janji itu gampang, Jack. Tapi, ayo, saya turunkan kamu dari sana, habis itu kita bisa bicara. Sekarang, dengar baik-baik apa yang akan saya minta dari kamu.”

“Saya akan lakukan apa saja, Tuhan. Katakan saja apa yang harus saya perbuat.”

“OK. lepaskan cabang itu.!”

“Apa?”

“Saya katakan, lepaskan vabang itu. Percaya lah pada saya. Lepaskan.”

Lama tidak ada jawaban. Akhirnya Jack teriak lagi: “TOLONG! TOLONG! ADA ORANG LAIN DIATAS SANA?”

Terkadang hidup kita seperti Jack. Kita ingin tahu kehendak Tuhan. Tetapi ketika kita menemukan kehendakNya, kita tidak berani menerimanya. Terlalu menakutkan, terlalu sulit, terlalu berisiko; dan kita mencari di tempat lain.

Ketika Tuhan meminta: “Lepaskan hal-hal yang menghabat hubungan antara Aku dengan kamu; percayakan hidupmu kepadaKu.”

Kedengarannya sangat menakutkan. Tetapi jika kita berani melepaskan, kita menikmati damai dan keamanan dalam TanganNya.

Bagi orang Yahudi, Yesus berharap mereka bertobat dengan melepaskan diri dari kewajiban ibadat dan hukum Taurat yang menekan. Kepada kita, Yesus mengajak kita melepaskan kecenderungan untuk berpusat pada kepentingan diri; sebagai gantinya menjalani hidup dalam kasih kepada Allah dan sesama. Hidup dijalani dalam kebersamaan dan di dalam Yesus. Sehingga kasih itu membebaskan kita dari kecemasan, keputus asaan dan beban hidup sehari-hari yang rasanya tak tertanggungkan. Hidup yang berpusat pada Yesus, hidup yang terarah pada mewujudkan kasih kepada Allah dan sesama adalah hidup yang membuat kita bebas, hidup sebagai manusia baru yang sepenuhnya di hadapan Allah.

Tetapi kadang kita takut; kita tidak percaya, kita tetap ingin mendahulukan masalah, kesulitan dan kepentingan kita. Sehingga kita tergoda untuk tidak mau mengikuti Yesus dan mencari jalan-jalan lain di luar Tuhan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan kita. Hari ini kita diajak berani melepaskan pegangan keamanan dan kenyamanan diri; hidup berpasrah pada Allah. Itulah pertobatan, mengikuti Yesus dan menjadi manusia baru yang merdeka di hadapan Allah. Itu adalah cara hidup yang terarah pada Akhir Jaman, yang membuat kita semakin tumbuh dan semakin dekat dengan Allah. Amin.

Romo Hans Handrianto Widjaja Pr
Pastor diosesan Keuskupan Denpasar, Bali, Indonesia

 


 

Leave a Reply

Required fields are marked *.