Fiat Voluntas Tua

Syarat #1: Setia dan Bijaksana

| 1 Comment

Siapakah hamba yang setia dan bijaksana
Rasanya tidak ada Manager HRD yang menolak proses promosi karyawan yang setia dan bijaksana. Ia bakal menjadi pemimpin yang bisa diharapkan berkontribusi bagi perusahaan. Karyawan juga senang kalau para bosnya itu setia dan bijaksana. Wow banget! Juga bahagianya para orangtua yang dapat menantu yang setia dan bijaksana, pasti anak dan cucunya terpelihara masa depannya. Impian para jomblowan dan jomblowati juga sederhana, dapat pasangan yang setia dan bijaksana. Siapa sih yang tidak ingin punya teman yang setia dan bijaksana?
Semua orang maunya terima ‘jadi’ dijamin setia dan bijaksana, tetapi tidak semua orang mau bertahan mengalami proses untuk menjadi setia dan menjadi bijaksana. Injil hari ini mengingatkan kita untuk terus berupaya menjadi setia dan menjadi bijaksana, karena kita tidak tahu sampai kapan kita mencapai garis finish. Game over. Susah ditebak, apalagi kalaupun bisa ditebak masa iya hanya setia dan bijaksana pada hari tersebut saja? Hanya satu hari setia dan sisanya bisa tidak setia, kadang-kadang setia dan mungkin juga seing tidak bijaksana atau kadang-kadang saja bijaksana.
Mother Theresa mengingatkan kita bahwa Tuhan menciptakan kita bukan untuk menjadi sukses, tetapi untuk menjadi setia. Menjadi setia 100 % tentu melalui proses yang amat panjang karena kita pasti menjumpai berbagai godaan dan kesempatan untuk menjadi agak kurang setia, kalaupun belum jatuh menjadi tidak setia. Entah setia pada pasangan kita, setia pada pekerjaan dengan tidak korupsi waktu atau ‘moon lighting’. Setia pada janji terhadap anak-anak. Setia menjadi 100 % katolik 100 % Indonesia. Setia pada setiap komitmen yang telah dibuat termasuk setia pegang janji sesederhana seperti untuk hadir meeting dan janji untuk menelpon. Saat disadari kita kurang setia, apakah kita meminta maaf atas kekurang setiaan kita? atau memilih ngeles.com? Kalau hal yang kecil dan sederhana saja kita tidak setia, apakah bisa kita dipercaya untuk hal-hal yang lebih besar?
Menjadi bijaksana lebih sulit lagi daripada menjadi setia. Kalau menjadi setia sudah ada garisnya, ada aturannya, ada komitmen dan perjanjian yang sudah dibuat antara beberapa pihak. Maka menjadi bijaksana membutuhkan kombinasi antara empati, kepedulian atau perasaan dan logika. Menjadi bijaksana berarti bisa mengambil keputusan yang paling tepat, tepat untuk semua pihak kalau bisa. Tepat dengan mengandalakan resources yang ada, mungkin belum sempurna, tetapi the best available. Kalaupun tidak bisa sempurna maka kita tetap harus mengambil keputusan dan memahami resikonya, serta berani menghadapi dampak keputusan tersebut.  Seorang yang bijaksana pasti bisa mengontrol emosinya, memiliki penguasaan diri sehingga kepala tetap dingin dan tangan tetap hangat menjabat. Seorang bijaksana tidak pernah lempar batu sembunyi tangan. Ia bahkan berani mengambil alih tanggungjawab demi kebaikan bersama pada saat orang lain menolak mengerjakannya. Wew!
Menjadi setia dan bijaksana adalah proses yang harus kita latih dari hari ke hari lewat berbagai keputusan dalam bertindak, bersikap dan berkata-kata. Roh Kudus akan membantu kita memilih mana yang benar sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan, tetapi kita memiliki kehendak bebas untuk memutuskan apa pilihan kita: ya, tidak, atau nanti? kiri, kanan atau lurus?
Terimakasih untuk suami dan anak-anakku, yang telah mengajari saya bagaimana menjadi setia dan bijaksana dari hari kehari sampai tanpa terasa sudah dijalani 25 tahun. Ada kalanya saya kurang setia dan kurang bijaksana, tetapi kalian selalu memiliki ruang bagiku untuk menyempurnakannya hari lepas hari. Proud of you guys! Terima kasih juga untuk teman-teman dan para sahabat yang telah mengirimkan salam dan doa, bahkan mengajukan intensi misa sebagai ungkapan syukur kami mengarungi bahtera keluarga 25 tahun. Semoga berkat doa anda semua, kami sekeluarga bisa menapaki sisa-sisa hari yang Tuhan berikan dengan semakin setia dan bijaksana sampai saatnya tugas penziarahan ini selesai. Berkah Dalem.
===========================================================================================
Bacaan Injil Mat 24:42-51

“ Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.Akan tetapi apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.”

One Comment

  1. Salam,
    Saya Valentinus Franky eryanto. 32 tahun di Tangerang dan dari paroki hati Maria tak Bernoda-tangerang.
    Saya mendapatkan profile Ibu dari Info gembala baik KAJ edisi 08 tahun ke1 2012.
    Saya pikir Anda adalah sosok yang diberkati : Ibu sebagai pewarta, penulis dan aktif di kerawam KAJ, juga politik dan profesional.

    Jadilah berkat untuk sesama.

    Amin

Leave a Reply

Required fields are marked *.