Fiat Voluntas Tua

Bisakah 490 X Mengampuni ?

| 0 comments

“ Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?”

Kata orang keledai adalah binatang bodoh, ia bisa terjerumus pada lubang sama dua kali. Saya sendiri tidak yakin dimana dasar ilmiah yang mendukungnya. Apakah sudah ada test IQ atau karena ia hanya ‘lulut’ tanpa pernah punya inisiatif dikatakan ‘bodoh’? Idiom ini sering dipakai dalam peribahasa “keledai tidak akan jatuh dilubang yang sama dua kali”. Artinya saking bodohnya, keledai bisa terperosok tidak melihat lubang didepannya. Tapi sebodoh-bodohnya ia tidak akan jatuh lagi bila melewati jalan tersebut. Ia akan lebih berhati-hati. Jadi sebenarnya tidak bodoh kan? Herannya kita sering mengatakannya bila melihat orang lain berbuat kesalahan yang sama, berdosa akan hal yang sama dan berulang kali. Tapi kita juga sering lupa, bahwa kita sendiri sering melakukan kesalahan yang sama… berulang kali juga. Jadi apakah kita lebih bodoh dari keledai? Tidak juga karena manusia adalah ciptaan yang paling tinggi dan sempurna diantara ciptaan Tuhan yang lainnya. Tetapi yang membuat manusia terlihat ‘bodoh’ dihadapan Tuhan adalah karena kekerasan hati kita sendiri. Kita sudah tahu terlebih dulu bahwa perbuatan itu melanggar hukum Allah, kok justru berbuat berdosa, tapi setelah dilakukan bukannya bertobat… malah jadi ketagihan.

Mana ada sih dosa yang tidak enak? Menyontek itu enak, makanya doyan. Gak usah kerja keras dapat nilai lumayan. Korupsi sama juga, makanya bisa berkali-kali sebelum ketahuan. Tidak heran kalau kita marah kepada orang yang melakukan kesalahan yang sama berkali-kali, kita juga akan bertanya seperti Rasul Petrus : Berapa kali aku harus mengampuni? Apakah sekarang saya harus ampuni lagi? Atau kita sering katakan… Kok tidak ada kapoknya ya? Aturan agama Yahudi boleh mengampuni sampai maksimal 3 kali. Jadi kalau mengampuni sampai 7 kali maka Petrus sudah lebih longgar lagi bahkan lebih baik melakukannya dari pada aturan agamanya. Tapi ternyata Yesus menuntut kita untuk mengampuni lebih banyak lagi. Ampunilah terus menerus sampai saudara kita itu berhenti melakukannya. Halaaah.. berat bener ya?

Saya mencoba berhitung berapa banyak dan berapa lamakah 70 puluh kali 7 itu. Misalnya ada seseorang anggota lingkungan kita meminjam uang karena saudaranya sakit. Ternyata ketahuan ia berbohong, uang tersebut dipakai untuk membeli HP misalnya. Lain kali saat kita berjumpa dengannya ia berbohong lagi tentang hal lainnya. Dua kali, dan demikian seterusnya. Nah kalau saja kita bertemu dengannya setiap minggu saat mengikuti misa, maka 70 x 7 = 490 minggu atau setara dengan 9-10 tahun ! Kalau ketemu dua minggu sekali ya 20 tahun deh, tapi kalau sebulan sekali…40 tahun…gubrraaag… Wah lama sekali ya? tidak heran kalau menimbulkan luka batin yang mendalam bagi kita yang terluka karena tindakan orang lain.

Ternyata mengampuni memang butuh kesabaran luar biasa bagi kita sendiri yang mungkin ditipu atau disakiti agar secara terus menerus mau mendengarkan, tetap mengingatkan sang pembohong untuk tidak berbohong lagi, tetap menganggapnya teman dan … tetap mendoakannya. Hanya mereka yang memiliki kasih Allah lah yang mampu bertahan menghadapi orang seperti ini.

Disisi lain kita sering lupa bahwa kita juga sering melakukannya pada Tuhan kita sendiri? Menyakiti hati Tuhan dengan melakukan kesalahan yang sama berulang kali? Padahal tentu tidak kurang kita bertemu orang-orang yang secara langsung dan tidak langsung secara bergantian mengingatkan kita akan kesalahan kita tersebut? Bacaan Injil kemarin mengingatkan kita bahwa mereka pun digerakkan Roh Allah untuk menegur dan mengingatkan dengan kasih. Mereka menyatakan “Seseorang” diatas sana tetap sabar menanti dan mengingatkan kita akan kesalahan kita. Ia senantiasa memberi kesempatan kepada kita untuk berhenti dan bertobat dari kesalahan kita. Jadi kalau kita sudah mengalami kemurahan hati Allah yang begitu sabar mengingatkan kesalahan kita sampai ribuan kali, masa sih kita tidak bisa mengampuni orang lain sampai 7 kali, 20 kali, 50 kali, 100 kali?

Berapa sering kita perlu mengaku dosa? Paus Benedictus konon masuk kamar pengakuan dosa setiap minggu sekali. Wuaaah… apalagi kita yang bisa jatuh dalam pikiran berkali-kali. Kalau kita memiliki sedikit saja kerendahan hati, kapan saja kita bisa masuk ruang pengakuan dosa. Saat kita tidak merasa perlu mengaku dosa, justru saat itulah kita perlu mengakukan dosa dan kelemahan kita. Merasa tidak berdosa sudah merupakan kelemahan manusia.

Bila kita memiliki kerendahan hati sebaiknya kita juga siap mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita. Tetap tersenyum, tetap mengingatkan, tidak membicarakan keburukannya pada orang lain. Juga tetap mendoakan mereka dan menganggap mereka teman yang pasti juga dicintai Tuhan. Tetap memberi kesempatan dan memiliki pengharapan bahwa (siapa tahu) besok dia akan berhenti dari kesalahannya, karena banyak orang yang mengasihinya dan juga mendoakannya.

Bilamana kita disakiti dan dilukai begitu dalam, bisakah kita tetap berdoa BAPA KAMI dan mengatakan “ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami” ? Atau beranikah kita meneladani Jesus dengan berdoa dan mengatakan “”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” ? (Luk 23:34). Kita mungkin marah kalau ada yang mengatakan kita sama dengan keledai, tapi memang kenyataannya lebih sering kita bertindak tanpa sadar, mengulang kesalahan dan dosa yang sama lebih dari keledai … hiks…

=================================================================================================== Bacaan Injil Mat 18:21-35 “ Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.