Fiat Voluntas Tua

Mutiara Jiwa

| 0 comments

“Ia pun pergi lalu membeli mutiara itu”

Setiap orang memiliki impian dan tentunya ingin mewujudkannya semasa ia hidup. Untuk membuat impian jadi kenyataan, banyak hal diusahakan agar terwujud. Ingin sekolah tinggi, maka dari muda sudah rajin belajar. Ingin kerja di luar negeri, dari muda sudah belajar bahasa asing. Ingin jadi dokter, masuk fakultas kedokteran. Kalaupun gak lulus siapa tahu dapat pasangan dokter… wealaah…Ingin kaya? kalau gak mau kerja keras, banting tulang, ada juga yang mencoba mencari jalan pintas dengan pergi ke dukun atau ’tilep sana tilep sini’. Tapi betulkah berani menjalani dengan tetap damai dihati?  jauh didalam hatinya adakah sedikit ‘peace of mind’ , adakah kebahagiaan akan apa yang dicapainya? Atau jangan-jangan kita mengejar impian yang fana, kita bermimpi akan kebahagiaan yang semu yang hanya dinikmati sesaat.

Untuk saya pribadi kesempatan mengikuti retret adalah hal yang terindah. Saya sangat mendukung romo paroki yang berencana mewajibkan lingkungan mengadakan rekoleksi bersama setahun sekali. Why not? Retret atau retreat itu mundur, berhenti sejenak. Menarik diri 1-2 hari dari rutinitas, dari kesibukan dan tugas-tugas seabreg. Kita semakin kurang menghargai waktu ‘tenang’. Coba perhatikan disekeliling anda. Siapapun yang sendiri pasti sudah sibuk dengan BB dan HPnya. Sibuk diantara kesendirian.

Saat retret adalah saat kita melakukan perhentian sesaat. Mungkin impian dan cita-cita kita tertunda sejenak. untuk kembali menyelaraskan diri dengan kehendakNya, sambil bertanya “apakah ini yang diinginkanNya?” atau sekedar bertanya ” inikah hidup yang kuinginkan?”. Kita hendak menyenangkan siapa sih sebenarnya? Sejauhmana kita menikmati ‘peace of mind’ kedamaian ditengah kesibukan, bisakah saat kita dijepit rutinitas bisa tetap merasa bahagia? Wah, kalau sudah menemukan Sumber Kedamaian, mungkin yang lain itu tidak penting selama kita bisa menemukan ‘Sang Mutiara Jiwa”.

Maka bila kita sudah menemukan Sang Mutiara Jiwa, apapun pasti kita pertaruhkan. Kalau kita sungguh memahami apa arti pengorbanan Kristus bagi kita, sungguh mendalami karunia penyelamatanNya sehingga kita beroleh hidup kekal karenaNya, pasti kita akan menyerahkan segala-galanya sebagai rasa syukur. Tidak ada lagi artinya kekayaan dan kehormatan di dunia ini dibandingkan dengan rahmat kebangkitanNya. Memahami pengorbananNya pasti juga mensyukuri rahmat yang kita terima setiap kali mengikuti Ekaristi.

Marilah berlomba-lomba mengenal Dia dan mensyukurinya dengan melakukan yang terbaik bagi Dia, dengan melayani orang-orang disekitar kita, dengan mensyukuri apa yang kita hadapi. Jangan sampai karena kebodohan kita justru ‘menjual’ dan menukar mutiara jiwa – Sang Kristus – demi kehormatan dan kekayaan yang fana sifatnya.

============================================================================================

Bacaan Injil Mat 13:44-46
 “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.

Leave a Reply

Required fields are marked *.