Fiat Voluntas Tua

Pentakosta – Film Soegija (Mgr Pujasumarta)

| 0 comments

Minggu, 27 Mei 2012, Hari Raya Pentekosta, di kapel Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan Yogyakarta diselenggarakan perayaan Ekaristi untuk pelantikan lektor dan akolit untuk 8 frater menjelang Tahun Orientasi Pastoral mereka. Pentekosta yang dialami Gereja perdana merupakan perayaan keragaman yang dipersatukan oleh Roh Kudus. Berbagai bangsa dengan bahasa mereka masing-masing karena Roh Kudus mampu mengenal pembicaraan yang terjadi.

Peristiwa Pentekosta adalah anti-Babel, yang menceraikan bangsa manusia, karena mereka tidak bisa memahami bahasa-bahasa. Pada kesempatan homili saya ceritakan bahwa Film Soegija masuk MURI kecuali karena jumlah pemain yang terlibat mencapai 2.275 juga karena ada 6 bahasa digunakan dalam pembicaraan di film tsb: Latin. Belanda, Inggris, Jepang, Jawa dan Indonesia. Berbagai bahasa itu bisa difahami karena bahasa yang mempersatukan, yaitu bahasa kemanusiaan. Kemanusiaan itu satu…… Saya cerita bahwa dalam film tersebu memang Soegija menjadi tokoh, bukan sebagai single fighter, tetapi tokoh yang menciptakan banyak tokoh yang lain. Saya terkesan seorang anak yang ditokohkan, yaitu seorang anak kecil kuncungan yang berseru kepada seorang prajurit pejuang, “Prajurit iku kudu isa maca! Tusuken!” Prajurit itu memang tetap salah menusuk huruf pada waktu latihan perang.

Ajakan untuk bisa membaca sangat mencerahkan, agar kita mampu membaca tanda-tanda zaman. Ajakan itulah yang disampaikan oleh Pak Besut, penyiar RRI Yogyakarta pada waktu agar masyarakat mampu memaknai peristiwa-peristiwa sebagai tanda-tanda zaman. Pesan itu menjadi relevan bagi para frater yang dilantik menjadi lektor (dari kata Latin ‘legere’), artinya membaca, agar mereka mampu membaca Firman Allah untuk menerangi peristiwa-peristiwa zaman, Mereka juga dilantik menjadi akolit, pembantu imam dalam perayaan Ekaristi.

Semoga Roh Kudus, Penghibur memampukan kita untuk menjadi pembaca tanda-tanda zaman, agar kita mampu merayakan keberagaman pada zaman kita sekarang ini. Akhirnya, saya juga menganjurlkan, agar menonton Film Soegija untuk merayakan keberagam bahasa dengan bahasa kemanusiaan! Refleksi ini ditulis dalam perjalanan dari Ganjuran menuju Kentungan, selesai pada jam 14.28.

Salam, doa ‘n Berkah Dalem, + Johannes Pujasumarta

Leave a Reply

Required fields are marked *.