Fiat Voluntas Tua

FILM SOEGIJA, JASMERAH

| 0 comments

Senin (21/5) di E-Plaza Semarang telah berlangsung nobar perdana film Sogija. Hadir dalam nobar, uskup agung Semarang, tokoh umat, perwakilan media, tokoh-tokoh lintas  agama, para provinsial, bahkan sutradaranya sendiri Garin Nugroho hadir ikut menonton. Acara dimulai pk. 09.00 dengan sharing  pengalaman dan dilanjutkan pemuturan filmnya sampai pk. 11.55.

Mengawali pemutaran perdananya, Uskup Agung Pujasumarta mengucapkan terima kasih kepada para donatur, sutradara dan produser. Tepatlah ucapan terima kasih ini karena film ini dari dan untuk bersama. Setelah mengalami jatuh bangun dalam proses pembuatannya, akhirnya film ini selesai. Dan memang film Sogija luar biasa bagus. Film berdurasi 110 menit mampu mengaduk-aduk rasa hati penonton. Penonton dibuat menahan nafas, tertawa karena lucunya hidup ini, dan menangis, bahkan kendati tidak ingin menangis, tetapi air mata jatuh sendiri.

Menurut beberapa penonton, Film berlatar belakang perjuangan kemerdekaan merupakan film  bagus  karena manusiawi banget. Realita kehidupan disuguhkan dalam film buatan Puskat Yogyakarta ini. Hidup adalah othal-athil, kegembiraan, perjuangan, perpisahan, kekerasan, kesedihan, menangis, juga cinta. Cinta itu tergambar dalam diri seorang anak desa yang “kurang sak ons”. Kendati dinilai tak pandai, ia tahu cinta. Dengan bantuan temannya, ia memetik seuntai rambutan, untuk diberikan kepada kekasih dambaannya yang sedang menjadi pejuang kemerdekaan. Tetapi yang terpenting film ini sesungguhnya mau menegaskan keteguhan memperjuangkan nilai-nilai universal, nilai-nilai yang mampu mengantar manusia pada kesejahteraan  dan  keselamatan.

Ada penonton yang nyeletuk, ‘jangan sekali-sekali melupakan sejarah’. Tentu yang dimaksud bukan sejarah tokoh-tokohnya, tetapi sejarah akan nilai-nilai kehidupan yang dengan tekun telah dihidupi oleh manusia di jamannya. Film secara jelas dan gamblang, memaparkan bagaimana orang-orang, sampai titik darah penghabisan, memperjuangkan nilai-nilai universal itu. Nilai telah menjadi darah daging manusia karena diperjuangkan. Dengan demikian nilai itu tidak pernah lagi berada di awang-awang, tetapi membumi bersatu dengan jiwa raga kehidupan manusia, dan dengan demikian pula nilai itu menjadi kebenaran.

Film Soegija layak ditonton oleh siapapun. Bagi orang tua, film yang berbiaya mahal ini  pasti mampu manjadi api membangun kehidupan yang makin manusiawi. Sebagai pribadi yang pernah menjadi pendidik, saya menganggap film Soegija amat layak ditonton oleh anak, remaja, dan muda belia karena nuansa pedagogis film buatan tahun 2012 ini amat kuat. Film yang akan dijual dengan harga tiket murah ini menunjukkan contoh orang yang berkarakter karakter unggul atau juga sebaliknya. Apalagi apabila setelah menonton, peserta didik dibantu oleh para pendamping untuk berefleksi  guna membangun pengetahuannya sendiri tentang karakter yang unggul, film Soegija dapat menjadi media pembelajaran yang bermutu tinggi.
Dalam film itu, peserta didik dapat belajar banyak hal. Mereka bisa belajar bagaimana rekan sebaya bertanggung jawab pendidikan rekan sebayanya. Dan lebih dari itu semua, film bernuansa multikultur ini telah mampu menegaskan inti sari pendidikan. Seperti diucapkan oleh seorang anak yang terkesan amat bodoh dalam film ini, “sekarang saya bisa membaca kata merdeka”. Hakikat pendidikan apa pun tiada lain adalah membantu peserta didik mampu mengatakan ‘merdeka!’
yang telah menonton,
p. supriya pr, gunung ungaran

Leave a Reply

Required fields are marked *.