Fiat Voluntas Tua

Potret Keluarga Masa Kini

| 0 comments

“Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat”

Keluarga dikatakan sebagai Gereja terkecil dimana terdiri dari orang-tua dan anak-anak yang secara bersama-sama menghadirkan Tuhan ditengah kehidupan dan kesehariannya. Tentunya peran orang-tualah yang pertama-tama mengenalkan dan menghadirkan Tuhan kepada anak-anak sejalan dengan janji perkawinan di altar. Tidak mungkin anak dibiarkan mencari ‘jalan kebenaran’ dan dibebaskan memilih sendiri tanpa pengarahan orang-tua. Anak-anak belajar mengenal Tuhan Sang Pencipta, yang tidak terlihat, melalui kehadiran orangtuanya. Mereka mengenal kasih Tuhan yang tak terbatas melalui kasih dari orangtuanya.

Hari ini secara khusus diperingati Pesta Keluarga Kudus, kita diajak melihat potret keluarga ideal dalam diri Yesus, Maria dan Yosef melalui bacaan hari ini. Mereka merupakan keluarga yang taat menjalankan ibadah seperti layaknya keluarga Yahudi dimana anak-anak diajarkan mengenal Taurat sejak masih usia dini. Kebiasaan beribadah bersama keluarga juga masih tampak pada kebiasaan keluarga yahudi saat ini dimana mereka bersama-sama menuju sinagoga di hari Sabat. Hal ini juga menjadi ciri dan tradisi masyarakat timur dalam beribadah.

Dalam perayaan Natal yang baru saja kita lalui, dapat kita amati pula bagaimana potret keluarga katolik masa kini. Saat bertugas menjadi panitia Natal mendampingi 4 x Misa Natal memberikan saya kesempatan mengamati potret keluarga katolik di paroki saya. Masih cukup banyak terlihat rombongan keluarga kecil yang menghadiri perayaan Natal bersama-sama. Tidak hanya ibu, bapak dan anak-anak tetapi nampak juga keluarga besar yang membawa serta kakek-neneknya.

Seakan tidak  ingin ketinggalan banyak juga yang sudah hadir sejam sebelum Misa dimulai. Agak kasihan juga melihat para pinisepuh harus menunggu sejam sebelum Misa mulai. Sengaja mereka datang lebih pagi agar bisa duduk mengikuti misa bersama-sama. Mereka menolak untuk duduk terpisah saat ditawarkan kursi khusus di deretan paling depan yang disediakan bagi lansia dan umat yang berkebutuhan khusus. Mereka memilih duduk agak dibelakang asal bisa bersama-sama. Yang juga terlihat lelah adalah anak-anak kecil yang ‘terpaksa’ diajak serta mengikuti Misa Malam Natal yang cukup panjang. Tidak heran kalau mereka gelisah dan rewel sepanjang Misa yang nyaris 2 jam ditambah sejam menunggu.

Khusus perayaan Natal selain diadakan 2 x Misa malam natal, juga disediakan Misa Natal jam 7 pagi yang dapat dihadiri para lansia serta Misa Natal anak-anak pada jam 9 pagi. Sehingga umat bisa memilih mengikuti Misa Natal yang sesuai. Tetapi seperti kejadian tahun-tahun sebelumnya Misa Natal pertama jam 18 selalu penuh tumpek bleg sampai ke selasar… dan ini terjadi di semua paroki. Para lansia dan balita diajak menunggu dan duduk berjam-jam di Misa Natal pertama agar bisa pergi beribadah bersama-sama. Umumnya umat memilih datang Misa pertama karena selesai sekitar jam 19 atau 20 sehingga masih ada waktu untuk melanjutkan makan malam bersama keluarga di malam Natal. Usai acara ibadah dan makan malam, tidak perlu pagi bangun pagi-pagi ke Misa Natal pagi antar oma-opa dan datang lagi ke Misa Natal Anak.

Tidak luput dari pengamatan juga beberapa keluarga hadir dengan anak-anak hanya didampingi ibunya baik di misa malam natal maupun misa natal anak. Hhmm kemana bapaknya dan mengapa tidak hadir di saat istimewa seperti Natal ini? Tidakkah mereka belajar dari santo Yusuf yang membawa keluarganya menghadap Bait Allah?

Mengikuti misa Natal sampai 4 kali memang membawa arti tersendiri untuk saya, tetapi yang paling saya nikmati justru saat mendampingi Misa Natal Anak. Anak-anak dilibatkan aktif dalam Sakramen Ekaristi oleh Romo Adi Prasodjo dari awal hingga akhir. Mereka tidak hanya duduk diam mendengar dan mengikuti Misa, tetapi juga diajak mengenal dan menghormati Sakramen. Anak-anak yang duduk memenuhi setengah kursi di gereja diajak naik ke altar menjelang konsekrasi. Ternyata mereka bisa juga tenang dan dengan khusuk ikut menunduk bersama pastor saat koknsekrasi. Saat salam damai anak-anak lari turun dari altar menyalami orang-tuanya. Pada saat berkat penutup anak-anak diajak mengangkat tangan mengikuti Romo Adi untuk saling memberkati. Dan tentunya acara yang ditunggu anak-anak adalah mendapatkan berkat romo di akhir Misa Natal sekaligus mendapatkan hadiah natal. Semua anak kebagian, tidak ada yang terlewat termasuk putra altar.

Natal merupakan momen keluarga. Yesus hadir melengkapi keutuhan pasutri Yusuf-Maria, seharusnya pula kehadiran Yesus di hati kita juga menyatukan keluarga satu sama lain. Bukan sekedar mengikuti ibadah bersama-sama, tetapi juga nampak dalam keseharian bagaimana setiap anggota keluarga saling memperhatikan dan melayani satu sama lain.

Selamat Natal dari kami sekeluarga, semoga potret keluarga kudus Nazareth tetap menjadi teladan bagi keluarga katolik masa kini. Walau masing-masing anggota keluarga memegang BB ataupun HP tetapi kesempatan tatap muka dan saling memeluk, bersentuhan dan bergandengtangan tetap menjadi kebutuhan dan pengikat tali kasih keluarga. Kebutuhan untuk beribadah bersama merupakan wujud syukur kita akan kehadiran Yesus dalam keluarga kita.

 

==============================================================================

Bacaan Injil Luk 2:36-40
“ Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya”

Leave a Reply

Required fields are marked *.