Fiat Voluntas Tua

Antara Taat dan Percaya

| 1 Comment

“Jadilah kepadamu menurut imanmu”

Tanpa usaha apapun setiap orang akan bertambah tua setiap harinya… eh, tahu-tahu sudah Desember menjelang tutup tahun. Tidak terasa usia bertambah dari kepala 2 jadi 3, 4, 5 dst. Betapa waktu itu berlalu begitu cepat. Tapi saat menghitung rencana kerja 6 bulan saja rasanya masih lama sekali. Tetapi menjadi tua belum tentu menjadi dewasa. Seorang menjadi dewasa karena ia belajar mengambil keputusan-keputusan setiap harinya dan belajar mengambil dan menghadapi resiko dari setiap keputusan yang diambilnya. Termasuk juga resiko akibat TIDAK mengambil keputusan.

Bayangkan saja kita mendapat kesempatan untuk menjadi ketua perayaan Natal di kantor atau di paroki, tetapi kita tidak memberi jawaban dengan alasan nanti masih lihat jadual tugas dsb. Akhirnya kesempatan itu akan lewat begitu saja karena ada tenggat waktu dimana persiapan harus segera dilakukan. Kesempatan beralih berpindah kepada yang lain. Pupuslah sudah kesempatan untuk menambah pengalaman berorganisasi, kesempatan untuk mengenal orang lain lebih jauh lagi, dan kesempatan untuk belajar juga dari orang-orang lain. Rugi? Tergantung kita melihatnya dari sisi mana. Mungkin tidak rugi juga kalau memang kegiatan kita tidak memungkinkan melakukan beberapa hal sekaligus. Tetapi kalau setiap kali kita melakukannya, membiasakan menunda-nunda memberikan keputusan, maka akibatnya kepercayaan orang lain kepada kitapun luntur. Rugi kan?

Injil hari ini mengajak kita merenungkan sejauhmana kita membangun ‘trust’, kita percaya kepada Tuhan, tetapi juga sebaliknya bahwa kita bisa menjadi orang yang bisa dipercaya. Trust atau kepercayaan tidak otomatis datang dalam sesaat. Kepercayaan antara dua orang dibangun dari setiap perjumpaan sejauhmana komitmen bisa dipenuhi oleh keduabelah pihak.  Sebagai orang buta yang sering mendengar kabar berita tentang Yesus, tentu ada harapan menggebu-gebu agar ia bisa disembuhkan dan bisa melihat. Mungkin dia berusaha mengikuti kemana Yesus pergi dan bahkan menunggu Yesus dipintu keluar selesai acara makan-makan. Mereka berteriak-teriak meminta perhatian Yesus agar menyembuhkan mereka.

Tetapi manakala pada satu kesempatan yang langka itu Yesus meminta satu hal saja, agar mereka sungguh-sungguh merahasiakan apa yang telah dilakukanNya pada mereka. Yesus maha tahu apa yang akan terjadi disekitarnya. Tentu Ia memiliki alasan kuat dengan meminta mereka merahasiakan apa yang dilakukanNya. Ada saatnya dimana Yesus meminta orang-orang yang disembuhkanNya untuk bersaksi, ada kalanya mereka disuruh mengikutiNya atau ada juga yang disuruh pulang. Naah… perintahNya memang macam-macam kan? Bukannya Ia tidak konsisten, tetapi Ia tahu yang terbaik yang harus kita lakukan demi kebaikan kita.

Terkadang kita memang seperti si buta ini. Ngotot banget kalau kita memiliki satu permohonan yang ‘harus’ dijawab dan dikabulkan Tuhan. Tetapi kita kurang taat atau tepatnya kurang mengenali apa yang Tuhan inginkan selanjutnya. Sehingga kita tetap memaksakan diri pada apa yang kita mau. Kita tidak hendak bertanya lebih jauh, apa yang Tuhan inginkan aku lakukan selanjutnya? Sama seperti si buta yang telah disembuhkan, mereka tidak taat akan perintah Yesus. Kelihatannya akibat kesaksian itu baik, nama Yesus semakin tersohor.  Mereka tidak bertanya ” lalu kami harus kemana?” Ketidaksabaran membuat si buta tidak peka akan perintah Yesus.

Menjadi taat dan percaya memang tidak bisa instan. Perlu dilatih dengan berbagai cara. Layaknya latihan fisik, latihan rohani perlu dilatih terus menerus. Tidak cukup dengan berdoa dan merenungkan Kitab Suci, tetapi dalam setiap proses pengambilan keputusan kita melatih diri kita dan bertanya sejenak ” Apa yang Tuhan ingin aku lakukan melalui peristiwa ini?” Inilah salah satu proses discernment, mengenali kehendak Allah dalam diri kita dan mana yang menjadi kehendak kita ataupun kehendak orang lain.

Menjadi dewasa dalam iman membuat kita mengenali rencana Allah sedikit demi sedikit. Kita tahu kapan harus berkata “ya”, “tidak” ataupun “nanti”. Kitapun siap dengan segala resiko dari keputusan yang kita ambil. Bisa saja jawaban pilihan kita salah, namanya juga latihan menjadi dewasa rohani. Tidak apa. Yang penting terus lakukan sehingga kita tidak pernah menyesal akan setiap keputusan yang kita ambil karena kita percaya bahwa Allah beserta kita dalam segala situasi. Pasti Allah tahu apa yang terbaik bagi kita. Dan umumnya memang Allah tidak akan memberikan ‘makanan bayi’ untuk melatih pengenalan kita akan Dia.

Selamat menikmati hari-hari akhir di bulan Desember, dalam ekaristi pada Jum’at pertama ini mari kita renungkan  masa adven dengan semakin mengenal Dia dan melatih rohani kita agar semakin dewasa dalam iman. Ad Maiorem Dei Gloriam.

 

=======================================================================================================

Bacaan Injil Mat 9:27-31
“Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.” Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Maka meleklah mata mereka. Dan Yesus pun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: “Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu”

One Comment

  1. Â Mari kita tambatkan harapan pada Nya untuk memudahkan kita melalui hari hari penuh dengan ketaatan kepada Nya.

Leave a Reply to Alexander Xuzyxis Cancel reply

Required fields are marked *.