Fiat Voluntas Tua

Full Time VS Full Heart

| 0 comments

Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Semakin sering kita terlibat dalam pelayanan, semakin hari kita diajarkan bagaimana rendah hati dan sering memohon rahmat Tuhan agar dapat mengasihi orang lain. Mengasihi orang yang kita kenal dan kita sayangi memang mudah, tanpa beragamapun setiap orang dapat melakukannya. Tetapi mengasihi orang yang menolak kita, yang menjauh dari kita… weeew… disitulah kita memohon tambahan kekuatan extra untuk dapat mengasihi mereka. Walaupun kelakuakn mereka terkadang menyakitkan hati, kita percaya Tuhanpun mengasihi mereka. Sama halnya saat kita jatuh dalam dosa, menyakiti orang lain, Tuhan tetap mengasihi kita sampai akhirnya kitapun bertobat.

Itulah yang saya lakukan bilamana bertemu dengan orang-orang yang menolak dan menghindar bahkan tidak menyukai saya (entah apaalasannya). Bisa jadi karena pemikiran saya dianggap melawan kemapanan, atau dianggap mengurangi eksistensi ybs. Saya sadar kalau beberapa orang mengatakan bahwa saya terkadang bisa tegas. Bahkan sahabat saya mengatakan saya mirip singa betina sedang hamil :D Tetapi sebenarnya saya juga melatih diri untuk diam, menahan diri untuk berbicara saat mengamati orang lain berbicara. Kehadiran kita  harus memberikan nilai tambah bagi orang lain.

Beberapa kali saya alami kejadian ditolak/dihindari orang-orang tertentu. Sebagai prodiakon, saat sedang membagikan komuni saya bisa melihat sampai ke barisan bagian belakang. Saya memperhatikan kira-kira masih berapa banyak umat yang harus dilayani. Beberapa kali saya mengenali ada umat yang seharusnya  berada di jalur saya, ia memilih pindah kejalur sebelahnya dimana dilayani prodiakon pria. Sudah lebih dari tiga tahun ada prodiakon wanita di gereja tetapi tetap saja ada umat yang belum bisa menerimanya. Dalam hati saya hanya bisa berdoa “Ya Tuhan, ijinkan saya menunjukkan kasih baginya. Semoga Tubuh Kristus yang diterimanya menyembuhkan dia.”

Ada juga orang yang tidak bersedia salaman dengan saya, menolak tersenyum saat saya lebih dulu tersenyum. Sampai saya bingung mencari tahu kapan saya bertemu dengannya dan apa yang telah saya katakan sehingga ia bersikap demikian. Karena tidak menemukan alasan yang tepat, saya kembali berdoa hal yang serupa ” Ya Tuhan, ijinkan aku menunjukkan kasihMu kepadanya”.
Sampai suatu saat ada yang menyampaikan kabar bahwa ia  sakit parah sampai tidak sadarkan diri. Saya berdoa agar Tuhan memberikan kesempatan pada saya kali ini.

Akhirnya saya dapat bertemu di Rumah Sakit bersama kerabat yang menemaninya. Walaupun dalam keadaan tidak sadar, saya tetap membisikkan doa di telinganya sambil memegang tangannya. Saya katakan ” Tuhan Yesus mendengarkan jeritan hatimu, Ia mengerti kerinduanmu. Tuhan jugalah yang akan memberikan kelegaan bagimu. Ia mengampuni segala kesalahanmu dan ingin melimpahkan kasihNya bagimu. Maafkan juga perkataan dan kelakuan saya yang mungkin kurang berkenan bagimu. Percayalah, Bunda Maria selalu mendoakanmu. Semua pasti indah pada waktunya. Salam Maria,….”  Setelah saya selesai membisikkan doa Salam Maria, saya bertemu dengan para kerabat dan keluarganya. Mereka justru meminta saya memimpin doa bersama mereka dan anak-anaknya. Tentu saja saya sanggupi karena inilah kesempatan yang saya tunggu-tunggu, kesempatan yang diberikan Tuhan untuk berbuat baik baginya.
Esok paginya saya mendapat berita duka. Malam itu ia meninggal tanpa pernah sadar lagi. Saya bersyukur Tuhan telah menjawab doa saya dengan memberi kesempatan mendoakannya serta bertemu seluruh kerabatnya sekalian.   Saya yakin ia sudah bersama dengan Bapa di Surga, karena Yesus telah mendamaikan saya dengannya. How Great Thou Art!

Kita telah dibebaskan dari dosa… for free… maka janganlah hitung-hitungan lagi kalau kita terlibat dalam pelayanan. Sering harus berkorban waktu, korban uang dan sering juga berkorban perasaan … itu adalah bayaran yang tidak sebanding dengan apa yang kita sudah terima dariNya. Ya, kita sudah diselamatkan dengan bayaran yang begitu mahal, darah Kristus Putra Tunggal Allah telah tercurah di kayu salib. Jangan lagi kita berbuat dosa apalagi memilih-milih pelayanan dan menghakimi orang lain.

Mungkin kita bukan termasuk pelayan Tuhan yang bekerja full time, yang menyerahkan seluruh hidup dan penghidupannya bagi Tuhan. Masih banyak tugas dan tanggungjawab lainnya yang Tuhan percayakan kepada kita. Tetapi kalau kita sadar betapa mahalnya darah penebusan yang telah kita terima, apapun yang kita lakukan bagi kemuliaan Tuhan, kita lakukan dengan sepenuh hati. Apapun yang kita lakukan, kita berikan bagi kemuliaan Tuhan dengan FULL HEART, sepenuh hati sepenuh kasih.
=================================================================================================

Bacaan Injil Mat 10:7-15
“ Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.