Fiat Voluntas Tua

HR Hati Yesus Yang Mahakudus

| 0 comments

“Aku lemah lembut dan rendah hati”

Bacaan hari ini hanya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama (Mat 11:25-27) berisikan tentang misteri Kerajaan Allah, keterkaitan Yesus yang sangat erat dengan Bapa di Surga, yang disembunyikan bagi para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, tetapi dinampakkan oleh Yesus bagi murid-murid-Nya. Bagian yang kedua (Mat 11:28-30) berisikan tentang undangan Yesus kepada semua orang yang letih-lesu dan berbeban berat untuk melaksanakan ajaran-ajaran-Nya agar beban yang berat itu menjadi ringan. Saya tertarik untuk merenungkan bagian yang kedua ini.

Setiap orang mesti memikul sendiri bebannya yang berat itu, tidak ada satu manusia pun yang terbebas dari tugas memikul beban berat itu.   Adakah di antara kita yang tidak memikul beban? Seringkali setelah selesai memikul beban yang satu, telah menunggu pula beban lain, bahkan beban lainnya itu muncul sebelum menuntaskan beban sebelumnya. Kesusahan ini datang silih-berganti. Seringkali tak cukup waktu untuk istirahat dan memulihkan tenaga, sehingga kita menjadi letih lesu, merasa tak berdaya, atau bisa jadi berputus-asa. Lalu kita berpikiran bahwa Tuhan tidak adil, merasa beban sendiri lebih berat dibandingkan orang lain. Lebih celaka lagi, bisa jadi kita merasa hidup terkutuk, sebagai warisan dari leluhur, menganggap kesusahan itu sebagai “suratan takdir”, sudah nasib seperti itu.

Seringkali kita meminta orang lain agar mau mengerti tentang beban berat yang tengah kita pikul, tetapi kita lupa bahwa orang lain itu juga mesti memikul bebannya sendiri, sehingga kemudian timbul iri hati yang berlebihan, merasa bernasib sial, menyesali ibu kandung sendiri yang telah “salah” melahirkan kita.

Yesus mengetahui akan hal ini, lalu meminta kita datang kepada-Nya. Lalu Yesus memasang “kuk” pada diri kita. Kuk adalah alat berupa kayu lengkung bercabang dua yang dipasang pada kerbau, sebagai alat bantu agar kerbau itu mampu menarik beban yang lebih berat.  Tanpa menggunakan kuk, kerbau itu tidak akan mampu menarik beban se berat itu, akan menjadi letih-lesu karena beban berat itu.     Dengan menggunakan kuk maka beban akan menjadi lebih ringan, membuat kita mampu memikul beban yang lebih berat dari yang semestinya mampu kita pikul. Kuk yang dipasang Yesus itu memberikan kelegaan dan ketenangan jiwa, memulihkan semangat kita, dan membuat kita merasa lebih “enak”.

Alat bantu “kuk” yang dimaksud Yesus adalah ajaran-ajaran Yesus sendiri, bukan se batas teori semata, tetapi juga menjadi suri-tauladan bagi kita, dengan keteladanan yang terbesar adalah mengorbankan diri sendiri demi menyelamatkan manusia. Sudahkah kita menggunakan alat bantu yang dipasang oleh Yesus itu, untuk meringankan beban kita masing-masing? Ataukah selama ini kita menggunakan kuk yang dipasang oleh orang lain atau yang kita pasang sendiri?

Datang kepada Yesus bukan berarti Yesus akan meniadakan beban yang mesti kita pikul. Yesus tidak menghapuskan kesusahan yang mesti kita hadapi. Jika ini yang kita harapkan dari Yesus, bersiap-siaplah untuk kecewa. Setiap orang mesti memikul salibnya sendiri.
Dengan menggunakan kuk yang dipasang oleh Yesus, beban yang mesti kita pikul itu akan terasa lebih ringan, dan kita terhindar dari letih-lesu karena beban itu.

Datang kepada Yesus, sesuai undangan-Nya, melalui doa-doa yang kita panjatkan, dan yang lebih penting, menaati dan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya. Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya karena Yesus sangat berkeinginan untuk memasangkan kuk itu kepada setiap orang, karena dengan demikian, beban Yesus-pun menjadi lebih ringan. Ketika menghadapi beban-Nya, Yesus datang kepada Bapa-Nya, bersujud dan berdoa kepada-Nya, berharap Bapa-Nya akan memasangkan kuk pada pundak-Nya untuk meringankan beban-Nya.
Tengoklah ketika Yesus bersujud dan berdoa saat menjelang ajal-Nya, ketika Ia mesti mengorbankan jawa-Nya, dengan rendah hati Yesus meminta, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Mat 26:39).

Itulah yang diajarkan Yesus kepada kita, dan itulah yang semestinya kita perbuat. Janganlah berdoa untuk meminta “apa yang kita mau”, tetapi patuhlah kepada “apa yang menjadi kehendak-Nya” atas diri kita, sekalipun itu bukan yang terbaik menurut kacamata kita, tetapi pastilah yang terbaik bagi kita menurut kacamata Tuhan. Janganlah menjadi khawatir Tuhan tidak mendengarkan doa-doa kita, sebab Tuhan mengetahui kedatangan kita sebelum kita datang kepada-Nya, dan kasih karunia-Nya akan menyambut kedatangan kita.

Peringatan Orang Kudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus
Hari Raya Darah Yesus Yang Mahakudus mau mengarahkan hati kita kepada makna peristiwa “Sengsara Kristus”, yang diwarnai dengan pertumpahan DarahNya yang kudus demi keselamatan umat manusia. Seluruh umat diajak untuk merenungkan tentang mahalnya harga bayaran yang harus ditanggung oleh Kristus, sekaligus tentang rahasia cinta kasihNya demi penebusan dosa umat manusia. Akhirnya umat juga diajak bersyukur dan berterima kasih kepada Kristus atas kerelaanNya untuk menderita demi keselamatan umat manusia.
Dalam doa sesudah komuni, Gereja berdoa: “Kami menimba air dari sumber Penyelamat kami dengan sukacita. Kami mohon, moga-­moga darahMu menjadi bagi kami sumber air yang memancarkan ke­hidupan yang kekal”.
Pesta ini diresmikan oleh Sri Paus Pius IX (1846-1878), sebagai tanda syukur atas peristiwa kembalinya Sri Paus ke Roma setelah  pemberontakan dikalahkan. Ketika Paus Yohanes XXIII naik takhta, beliau tidak saja meningkatkan pesta ini menjadi satu hari raya Gereja, tetapi juga menunjukkan devosi yang besar kepada Darah Yesus yang Maha­kudus itu. (Sandy Kusuma)

===============================================================================================

Bacaan Injil, Mat 11:25-30
Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.