Fiat Voluntas Tua

Iman Yang Menyembuhkan

| 0 comments

“Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.”

Orang Yahudi menganggap bahwa mereka adalah umat pilihan Tuhan, sehingga memandang rendah bangsa lainnya, yang mereka sebut sebagai kafir, yang “disamakan” dengan anjing. Yesus yang keturunan Daud itu terkesan mendukung pandangan rasialis ini. Ia bukan saja menolak permohonan perempuan yang bukan Yahudi itu, tetapi juga “menghina” perempuan itu. Ia berkata, “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” [Mat 15:24] Bahkan Yesus tega berkata, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Dalam kesusahan karena anaknya kerasukan setan, lalu perempuan itu meminta tolong kepada Yesus, tetapi malah mendapat hinaan, disamakan dengan anjing.  Ada sebagian orang berkeyakinan bahwa Yesus sedang “menguji” iman perempuan itu. Untuk apa Yesus mengujinya, bukankah Yesus telah mengetahui iman perempuan itu? Masih perlukah diuji lagi? Bagaimana kalau ujiannya gagal, perempuan itu menjadi marah lalu pergi meninggalkan-Nya? Bukankah itu sama artinya Yesus telah berbuat dosa?

Yesus tidak sedang menguji perempuan itu. Ia ingin menunjukkan kepada semua orang contoh kerendah-hatian dari seorang perempuan yang bukan Yahudi, yang tetap tegar meskipun mesti menghadapi penolakan dan penghinaan, yang sedang berkesusahan karena anaknya kerasukan roh jahat. Yang dilakukan oleh perempuan itu adalah contoh betapa ia sangat mengasihi anaknya. Meskipun hanya sisa makanan yang “dilemparkan”, ia tetap menganggap makanan baginya.

Kasih Allah yang diumpamakan sebagai makanan itu bukan hanya untuk orang Yahudi, melainkan untuk semua orang. Iman inilah yang ingin dipaparkan Yesus kepada orang banyak, termasuk kepada murid-murid-Nya yang jengkel karena perempuan itu mengganggu dengan terus berteriak-teriak memohon.

Seringkali kita merasa Tuhan tidak mendengarkan doa-doa kita, apalagi di saat-saat kita memang sangat membutuhkan pertolongannya. Kita merasa Tuhan sedang menguji kita. Tidak jarang iman kita menjadi goyah atau bahkan pergi meninggalkan-Nya untuk mencari “Tuhan” lain. Karena lemahnya iman kita sehingga membuat kita tidak mampu untuk melihat apa yang sesungguhnya terjadi. Kita tidak dapat melihat bagaimana sesungguhnya jawaban Yesus kepada perempuan Yunani itu. Bukan maksud Yesus untuk menghina perempuan itu, bahkan Yesus mengagumi iman yang besar dari perempuan itu. Pada Injil Matius kita bisa membaca bagaimana Yesus menyapa perempuan itu, “Hai, Ibu”, bukan “Hai, perempuan kafir”. [bdk Mat 15:28] Sebutan “Ibu” itu adalah wujud dari suatu penghormatan.

Seandainya kita mampu menggunakan mata hati kita untuk melihat, maka kita akan tahu bahwa Tuhan selalu mendengarkan kita. Oleh karenanya, memohonlah hanya kepada-Nya, jangan kepada “Tuhan” yang lain. (Sandy Kusuma)

===============================================================================================

Bacaan Injil, Mrk 7:24-30

Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Maka kata Yesus kepada perempuan itu: “Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.

Leave a Reply

Required fields are marked *.