Fiat Voluntas Tua

Sabda Bahagia

| 0 comments

Berbahagialah kita yang mendengar sabda bahagia ini, karena tidak dimiliki oleh agama lain, tetapi sayangnya sabda ini hanya menjadi kebanggaan semata, apalagi ketika Mahatma Gandhi begitu terinspirasi dengan Sabda ini, bahkan dia mengatakan, kira-kira demikian: “Ini adalah sabda seorang suci yang pernah ada, beruntunglah orang Kristen yang memiliki guru yang demikian hebat. Dan seandainya semua orang Kristen mengikuti perkataan ini dengan baik, saya yakin sekali 90% manusia di dunia ini akan menjadi Kristen, termasuk saya.”

Coba kita jujur dengan dalam diri sendiri, apakah bahagia meneruskan perjuangan Yesus yang  mewartakan Kerajaan Allah? Jika menjadi miskin ketika memperjuangkan Kerajaan Sorga, jika berakhir dengan duka cita, jika harus terus lemah lembut, menahan lapar dan haus, selalu murah hati, siap untuk dianiaya untuk kebenaran, dicela, difitnah dan dianiaya? Dalam perjalanan hidup saya, rasanya belum pernah bertemu dengan dengan orang demikian.

Umumnya jika ditanya demikian, kita akan menunjuk orang lain, misalnya Bunda Teresa dari Kalkuta atau Paus Yohanes Paulus atau orang-orang hebat lainnya, yang tentunya kita tidak tahu persis perjuangan dan pribadi masing-masing dari orang-orang hebat itu, semua berdasarkan cerita. Namun tidak pernah kita berusaha untuk memulai itu sendiri, untuk menjadi orang yang berbahagia seperti yang disabdakan Yesus, bahkan tidak jarang kita ikut melecehkan janji Yesus: “Upahmu besar di Sorga” kepada yang mau berjuang tersebut.
Jika kita telaah lebih jauh, sebelum Yesus mengucapkan Sabda bahagia ini, Dia mengajak para murid untuk mendaki bukit yang tinggi, bukan hanya sekedar jauh dari keramaian tetapi juga untuk menguji kesungguhan para murid yang mau mendengar rahasia menjadi penghuni Surga, artinya untuk mendengar saja sudah diperlukan usaha yang tidak main-main, tekat yang kuat dan kemauan yang sungguh-sungguh, maka berbahagialah kita yang tidak perlu mendaki bukit.

Benarlah apa yang dikatakan banyak orang, bahwa semakin mudah kita mendapatkan sesuatu, semakin mudah juga melupakannya, seolah-olah tidak berharga. Akan berbeda jika hal tersebut didapat dengan penuh perjuangan dan usaha keras, pasti harganya mahal sekali, apalagi dengan penuh perjuangan, pengorbanan keringat, darah dan nyawa, maka semakin tak ternilai harganya.
Samsi Darmawan

===============================================================================================

Bacaan Injil Mat 5:1-12

Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.