Fiat Voluntas Tua

Sabat Untuk Manusia

| 0 comments

“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat”

Beberapa tahun lalu sempat juga merasakan suasana magis Hari Sabat  di Jerusalem. Begitu sepi dan sunyi, tidak ada suara apa-apa dan tidak ada kegiatan publik dimana-mana. Semua orang Yahudi besar kecil, tua muda, kaya miskin pergi beribadah berjalan kaki ke sinagoga terdekat. Tidak ada suara motor dan mobil di jalan. Yang terdengar suara orang melagukan mazmur disana sini. Dua kali seminggu mereka berpuasa, tidak wajib sifatnya; tetapi kalau hari Sabat adalah hari wajib dimana setiap orang dewasa harus berpuasa.

Banyak lagi aturan lain yang berlaku pada hari Sabat sebagai saat yang digunakan untuk memuliakan Yahwe. Sampai sekarang tradisi Yahudi memelihara hari Sabat sungguh dilakoni disetiap komunitas Yahudi dimanapun mereka berada diseluruh dunia. Mereka begitu taat melaksanakan salah satu dari Sepuluh Perintah Allah dalam Kitab Taurat. Sebagian tradisi ini dilakukan oleh pengikut Advent Hari KeTujuh, yang mengambil hari Sabtu sebagai hari Sabat; hari dimana Tuhan beristirahat setelah enamhari menciptakan dunia beserta segala isinya.

Beda sekali kalau dibandingkan hari Minggu di kota besar, di pagi hari jalanan masih sepi sekali karena orang memilih untuk beristirahat atau digunakan untuk olahraga. Nanti lebih siang lagi orang-orang mulai memadati mall-mall yang ada. Gereja-gereja disini masih penuh setiap minggu pagi, tetapi di berbagai negara barat kehidupan memuliakan Tuhan sudah mulai meredup. Padahal dalam Perjanjian Baru, hari Minggu adalah hari yang digunakan merayakan kemenangan dan kebangkitan Tuhan atas maut. Walaupun cuma sekitar satu jam di Gereja, tidak banyak yang bisa menikmati indahnya Sabda Tuhan. Ada yang sibuk ngobrol dan bahkan ber SMS, FB dan  BBM. Praktis yang satu jam inipun belum berdiam diri merenungkan Sabda Tuhan apalagi kalau diminta sepanjang hari berdiam diri di hari sabat – saat untuk mengagungkan Tuhan.

Sebenarnya Tuhan tidak pernah berhenti bekerja, Ia bekerja tidak mengenal waktu bahkan bekerja mengatasi waktu yang ada, tak terbataskan. Dari pagi sampai pagi , dari dulu sampai sekarang sepanjang dunia masih berputar pasti Ia sibuk mendengarkan doa milyaran orang. Mana bisa Ia berhenti dan beristirahat? Yang membutuhkan waktu untuk berhenti dari kesibukan adalah manusia, agar ia menyadari keberadaannya. Perlu waktu diam, silentium, untuk mensyukuri apa yang telah diterimanya. Tetapi ternyata untuk melaksanakan satu hari saja mensyukuri nikmat Allah setelah seminggu itu susah sekali ya, jangankan sehari, sejam dalam seminggu pun perlu perjuangan extra. Banyak kesaksian bahwa manusia yang kurang bersyukur tidak pernah mengalami kepuasan dalam hidupnya. Tidak ada kata ‘cukup’ baginya, selalu kurang dan tidak pernah puas. Selalu jago menilai orang lain, dan lupa bahwa iapun belum  sempurna. Ah, itu mungkin bukan kita yaaaa…

==============================================================================================

Bacaan Injil Mrk 2:23-28

“Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Jawab-Nya kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu — yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam — dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.