Fiat Voluntas Tua

Kebesaran Lahir dari Kerendahan Hati

| 1 Comment

“Yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya”

Tiada seorangpun yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis, karena rasul Yohanes ini sangat rendah hati, maka hendaklah kita yang semakin tinggi derajatnya karena pekerjaan, pangkat, martabat, pendidikan atau hal lain, hendaknya tetaplah rendah hati dan mau menyapa atau disapa oleh siapapun. Bagaimana orang lain menghargai kita sebagai manusia, pada saat kita menderita, karena saat itulah penilaian yang paling jujur dari sesama, bukan pada saat kita jaya atau kaya atau di posisi punya jabatan penting, dimana penilaian sesama cenderung munafik.

Saya sendiri heran bin bingung dengan teman-teman yang sudah sukses atau sedang menuju keberhasilan secara ekonomi, makin hari makin sulit di hubungi. Dulu demikian mudah untuk dihubungi, bahkan begitu bangganya ketika telpon genggamnya berbunyi, seolah-olah orang penting atau sedang dapat bisnis besar, padahal yang menelpon adalah keluarganya atau teman-teman yang hanya ingin berbasa-basi.

Saya sendiri agak menghindari untuk menghubungi teman-teman yang sudah sukses secara ekonomi atau yang merasa derajatnya diatas manusia karena status politik atau pengetahuan kecuali terpaksa sekali, karena pengalaman pribadi yang  beberapa kali menghubungi telpon mereka tidak pernah diangkat walaupun diawali dengan SMS terlebih dahulu, bahkan”miscall” 3 atau 4 kali pun tidak pernah di telpon kembali, ini yang kenal baik dan mereka yang penting, apalagi yang kenal biasa saja, baru kenal atau tidak kenal sama sekali.

Ternyata semakin orang-orang menjadi terkenal atau ”sukses” ini, merasa sangat bangga jika mereka susah dihubungi dan selalu menempatkan diri yang dibutuhkan, padahal mereka yang butuh. Mungkin ini yang dinamakan Kesombongan Manusia Modern, model ini tidak saja terjadi pada kaum awam, tetapi juga kaum berjubah (Pendeta atau Biarawan/biarawati) , seolah-olah yang menelpon hanya akan merepotkan saja tetapi tidak untuk sebaliknya. Saya hanya berdoa kepada Tuhan, untuk tidak memiliki kesombongan seperti ini, dan mohon maaf kepada teman-teman semua jika pernah mengalaminya

Ketika saya terlibat dalam pelayanan sosial, kebetulan seorang sangat kaya menjadi ketua panitia, dan karena itulah dia merasa tidak perlu mengontak panitia lain jika perlu. Sebaliknya melalui orang lain yang dipercayanya, meminta kita untuk menghubunginya, Ini sungguh lucu dan kebetulan saya beberapa kali diminta menghubungi beliau, hanya sekali saya lakukan karena jengkel. Demikian juga ketika terjadi kesalahan, seolah-olah mereka yang derajatnya melebihi manusia ini harus dimaklumkan, harus dipahami oleh kita dan akan banyak kaki-tangannya mengingatkan kita untuk melupakan kejadian tersebut, tanpa perlu mereka mengklarifikasi atau minta maaf, karena itu sudah sewajarnya. Semoga perkataan yesus diatas mengingatkan kita semua, bahwa manusia tetaplah manusia yang dihormati dan dikenang adalah sikap dan perbuatan kita, bukan baju atau pangkat atau gelar.

Ketika seorang teman mengingatkan untuk memaafkan kesalahan ”orang kaya” tersebut, saya hanya menjawab, ”Perkataan maaf yang tulus itu mudah sekali diberikan/diucapkan , semudah dia mengulangi  kesalahan tersebut, tetapi sulit untuk melupakannya, semata-mata agar kesalahan itu tidak terulang kembali pada saya.” – Untuk menjadi manusia yang dihormati dan dihargai oleh sesama dengan jujur, tidak ada jalan lain kecuali dengan kerendahan hati seperti rasul Yohanes Pembaptis yang membaptis Tuhan Yesus. [Samsi Darmawan]

==============================================================================================

Bacaan Injil Mat 11:11-15

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan — jika kamu mau menerimanya — ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

One Comment

  1. klo mnurutku, kita tak perlu mengambil hati sikap smacam itu… hak orang mau angkat telfon kita ato tidak… spanjang kita emang “good enough”, ga masalah orang mau apa… gitu ko aku.. Tq. :)

Leave a Reply

Required fields are marked *.