Fiat Voluntas Tua

Buah Kerendahan Hati: Iman Yang Besar

| 1 Comment

“Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai”

Yang namanya perintah komandan didalam budaya militer adalah perintah yang tidak dapat dibantah dan diragukan. Sehingga kalau ada seorang kolonel mengkritik atasannya secara terbuka, hal ini dianggap tidak etis – melanggar norma ‘budaya’ kalangan militer. Maka tidak mudah bagi seorang yang berkarir di militer dapat tunduk dan mematuhi orang-orang lain diluar jalur komandonya. Bahkan bagi mereka yang sudah pensiunpun hal ini sulit dilakukan karena sudah mendarah-daging dalam keseharian mereka. Sangat sulit bagi seorang perwira untuk bisa menghormati orang lain yang bukan atasannya, apalagi secara terbuka, kalau bukan disebabkan karena kekaguman yang luar biasa ataupun disebabkan karena kerendahan hatinya. Sekali ia sudah memiliki kepercayaan maka ia akan dengan teguh memegang keyakinannya.

Demikianlah yang terjadi dengan seorang perwira Roma, yang bukan orang Yahudi. Kok bisa-bisanya tentara yang menjajah orang Yahudi, mengagumi Yesus sedemikian rupa sehingga ia mau-maunya mencari Yesus  – orang Yahudi. Lagipula alasan untuk mencari Yesus bukan untuk menyembuhkan keluarganya, tetapi untuk hambanya, untuk pembantunya yang notabene adalah orang upahannya. Apa tidak ada orang lain yang dapat diperintahkannya sebagai seorang perwira? Mengapa ia mau turun tangan sendiri bersusah-payah mencari Yesus demi sang pembantu? Dengan posisinya, ia seharusnya bisa saja memerintahkan anak buahnya menjemput Yesus dan membawanya kerumahnya untuk menyembuhkan pembantunya. Namanya juga perwira. Tapi hal inipun tidak dilakukannya sebagai penguasa wilayah tersebut.

Sang perwira juga tidak malu menghadapi resiko akan ‘ketahuan’ oleh orang-orang romawi lainnya bahwa ia mencari-cari Yesus – orang Yahudi. Ia juga tidak malu dan gengsi ikut membantu pembangunan rumah ibadah orang Yahudi – yang berbeda keyakinan dengannya. Tindakan ini tentnya bisa berujung pada rusaknya kredibilitasnya sebagai perwira penjajah bangsa Yahudi. Ia mempertaruhkan posisinya untuk bertemu Yesus. Jangan-jangan memang ia sendiri yang juga ingin bertemu Yesus , karena selama ini  ia hanya mendengar  tentang kemashuran Yesus.

Rupanya ia bukan orang egois, bukan termasuk pejabat serta penguasa yang ingin dilayani (umumnya kan begitu?). Ia juga tidak mau merepotkan Yesus untuk datang kerumahnya hanya untuk melayani pembantunya seorang, sementara ia melihat banyak orang sakit dan lumpuh berkeliling-keliling desa dan kota mencari Yesus. Ia hanya percaya pada kekuatan sabda Yesus,  sehingga ia merasa cukup dengan meminta Yesus berkata-kata saja. Ia percaya sekali bahwa perkataan Yesus memang memiliki kuasa yang dahsyat, tanpa diperlukan lagi kehadiran fisikNya.

Coba bandingkan dengan kita sendiri – bagaimana kita sering ‘rebutan’ untuk minta seorang pastor memimpin Misa di rumah kita, atau ada lagi yang maunya beberapa pastor sekaligus – bahkan Uskup-Uskup didatangkan- untuk memberkati pernikahan anaknya. Nyata benar bedanya dibandingkan cara pandang sang perwira roma ini ya? Atau kita kurang percaya pada Sabda Yesus yang sudah ditinggalkan dalam InjilNya dan mengatakan ah… itu kan kisah jaman Yesus masih ada. Kita kurang percaya kekuatan SabdaNya yang bertahan dari dulu, sekarang dan selamanya – padahal kita selalu katakan AMIN – ya aku percaya, aku setuju.

Tidak heran kalau Yesus melihat kerendahan hati dan keteguhan iman sang perwira yang luar biasa – yang cukup meminta Yesus berkata saja, tanpa perlu menjamah, tanpa perlu hadir.  Dengan sepatah kata saja, keajaiban terjadi di rumah sang perwira. Yap, sebenarnya dengan sepatah kata sabda Tuhan pun bisa terjadi sampai saat ini. Semua sabdaNya sudah dituliskan dalam Injil. Tetapi kenapa tidak terjadi mujizat dalam kehidupan kita? Rahasianya ada pada kerendahan hati dan keteguhan iman – kalau saja kita memiliki kerendahan hati dan keteguhan iman yang sama seperti sang perwira Roma tadi. Maka dengan sepatah kata yang diucapkan sesuai dengan Sabda Tuhan, pastilah terjadi sesuai dengan iman si pemohon seperti yang diminta sang perwira ini. Marilah kita belajar memiliki kerendahan hati dan keteguhan iman yang tidak tergoyahkan seperti sang perwira yang yakin bahwa perintah dan sabda Yesus adalah Ya dan AMIN, tak ada kata …. tetapi….. cuma…… walaupun… dsb.

Semoga ucapan yang sama saat kita menerima hosti pada Sakramen Ekaristi juga terwujud seketika itu juga. “Ya Tuhan, bersabdalah saja maka saya PASTI sembuh”   Apa yang kita inginkan agar Yesus menyembuhkan kita? Sembuh dari kemalasan, kemarahan, sulit mengampuni? kebimbangan ? atau kekecewaan dan luka hati yang mendalam? Saat itu juga sebenarnya mujizat bisa terjadi, kalau saja kita memiliki iman seperti sang perwira. Kalau saja….

===============================================================================================

Bacaan Injil Luk 7:1-10
“Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati.Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: “Ia layak Engkau tolong,sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.” Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!” Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.”

One Comment

  1. yaah, begitulah…namanya rendah hati..Alangkah indahnya bangsa ini kalau saja yg ngurusin negara ini bnyk yg mempunyai sifat rendah hati.. tdk egois..dan tdk mempunyai sifat2 “aji mumpung”…Mumpung JADI PEJABAT, KAPAN LAGI

Leave a Reply

Required fields are marked *.