Fiat Voluntas Tua

Tetaplah Berbuat Baik

| 0 comments

“Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”

Disaat menjelang lebaran seperti ini semua orang sudah memilah-milih siapa saja yang akan dikunjungi. Ehm, juga tidak terlupa yang jauh-jauh tempat tinggalnya siap dikirimi kartu lebaran. Sekarang sudah lebih canggih lagi, tanpa repot-repot beli dan tulis kartu satu persatu, tanpa repot ke kantor pos, banyak yang memilih telpon langsung atau SMS. Bahkan sekarang tinggal bikin foto digital sebentar,  dengan sedikit kreativitas lalu siap di upload dan dikirim via email dan fesbuk. Semakin irit lagi ya? Semua ini dilakukan tentu dengan harapan untuk menjaga talisilaturahmi memanfaatkan momentum yang datang setahun sekali. Tidak ada yang salah dengan hal ini, bahkan yang tidak berlebaranpun juga mempersiapkan acara lebaran dengan mengatur siapa saja yang akan dikunjungi hari pertama dan kedua. Juga ikutan kirim kartu lebaran dan SMS kemana-mana.

Tapi pernahkah saat anda memilah-milih siapa yang patut dikirimi kartu dan SMS, ada beberapa nama yang dihindari? Ah, si ini gak usah, dia kan masih begitu, nanti kalau tidak dibalas gimana? Ada lagi yang tidak dikirimi karena ada hal yang dirasakan masih belum ‘terselesaikan’ dengan baik. Lho? Jadi momentum lebaran ini untuk apa ya sebenarnya? Apakah kita hanya memperhatikan orang-orang yang selama ini berbaik hati kepada kita? Atau kita mengharapkan sesuatu dengan mengirimkan ucapan “selamat berlebaran” melalui parcel yang berbagai bentuk rupa dengan harapan suatu saat nanti kita tetap ‘diingat’?

Memang mudah memperhatikan orang yang baik hati kepada kita. Tidak ada resiko apa-apa dan kita sekedar menjaga tali silaturahmi yang memang sudah baik. Tetapi tidakkah kita ingin meningkatkan relasi yang lebih berkualitas?  Apakah kita berani mengambil resiko ditolak kepada mereka yang belum tentu membalas perbuatan baik kita,  bahkan tidak memberikan ucapan “terima kasih” sekalipun? Beranikah kita memberikan sesuatu pertolongan atau pemberian kepada mereka yang tidak mampu membalasnya sekalipun?

Injil hari ini mengajarkan kita betapa kekuatan kasih yang berasal dari Sang Sumber Kasih memampukan kita untuk mengasihi orang-orang yang membenci kita. Kita belajar mendoakan ‘musuh-musuh’ kita atau orang-orang yang berseberangan dengan kita. Bahkan kita memintakan berkat melimpah bagi mereka.  Kita diajarkan untuk tidak membalas cacian, tapi justru mendoakan orang yang mencaci kita. Bahkan mereka yang menzolimi kita pun perlu didoakan. Dari manakah kekuatan itu?  Hal ini hanya bisa dilakukan bila kita senantiasa memohon kekuatan kepada Tuhan untuk senantiasa mengampuni orang-orang yang menyakiti hati kita.

Allah sang Maha Kasih memberikan kasihNya sehabis-habisnya bagi seluruh manusia, terlepas mereka membalas cintaNya atau tidak.  Ia tetap memberikan hujan bagi manusia baik yang beribadah maupun tidak beribadah. Ia tetap memberikan nafas kehidupan kepada yang jahat dan yang berbuat baik. Bahkan kepada yang menolakNya pun Ia tetap memberikan kesempatan senantiasa.  Pelangi diberikan kepada manusia bahwa Ia tetap memegang janjiNya kepada manusia sekalipun manusia tidak mentaati perintahNya.

Marilah kita belajar dari Sang Maha Kasih, untuk senantiasa berbuat baik kepada siapapun yang memerlukan pertolongan kita tanpa mengharapkan suatu apapun. Tulus menolong dan membantu, sama seperti kita juga ingin diperlakukan satu sama lain. Kita tidak membeda-bedakan perbuatan baik bagi yang satu dan yang lainnya. Tidak dengan harapan adanya balas budi suatu saat nanti. Perbuatan baik itu kita lakukan hanya dengan satu harapan, semoga setiap orang melihat kehadiran Allah yang maha baik dalam kehidupannya. Semoga setiap orang dalam perjalanan hidupnya mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah Sang Maha Kasih.

===============================================================================================

Bacaan Injil Luk 6:27-38
“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.