Fiat Voluntas Tua

Dari Nobody Menjadi Somebody

| 0 comments

“Bukankah Ia ini anak Yusuf?”

Setelah dua hari mengikuti rekoleksi Dewan Paroki, Minggu sore saya turun ke Jakarta. Tidak biasanya yang menjemput kali ini suami bersama anak-anak. Wah, jarang-jarang dijemput sak ‘omah’ begini, senang juga bisa menikmati sisa weekend bersama anak-anak. Selesai memindahkan barang-barang beserta oleh-oleh jamur, pisang dan alpokat masuk ke bagasi mobil, suami mencium sambil berkata “Happy Anniversary Bunda!”…. *gguuubbrraag… pantesan tadi saat disampaikan ujub Misa serasa ada yang lupa, tapi apa ya? Ya ampyuuun… kok bisa sih saya lupa hari ulang tahun pernikahan?  Sampai ada teman menaruh pesan di wall saya ” Maklum d faktor “U”. Pelayanan di gereja ..ok, pelayanan partai..ok, jgn lupa pelayanan di rumah ya bu.. Happy aniversary ya. Semoga selalu berbahagia dan rukun selalu sampai selama2nya. Amien”. Mea culpa, mea culpa.

Kealpaan saya jadi bahan godaan di fesbuk, masalahnya saya barusan posting tentang seorang suami yang mau pesan bunga untuk istrinya. Dengan muka sedih masuk ke toko bunga, tentu ditawari sang penjual beberapa contoh rangkaian bunga duka cita. Tetapi yang dipesan adalah bunga untuk wedding anniversarynya. Ditanya sang penjual, lho saya kira sedang berduka cita. Jawabnya: betul saya lagi sedih, karena hari ulang tahun pernikahan kami kemarin…..*guubrraag…

Begitulah akhirnya kita juga harus menyadari siapa diri kita sebenarnya. Dari yang bukan siapa-siapa menjadi apa seperti sekarang, tentu bukan karena usaha sendiri. Ada orang-orang yang menemani, ada orang-tua yang membimbing dan mengarahkan, ada pasangan dan keluarga yang senantiasa mendoakan dan menemani. Kita bisa pergi kemana saja, bertemu siapa saja tapi yang  membuat rasa lelah kita hilang adalah keluarga dirumah.

Selain itu dari ‘bukan siapa-siapa’ menjadi ‘seseorang’ juga tidak lepas dari Roh Tuhan yang menyertai kita. Roh yang kita terima saat kita dibaptis adalah Roh yang sama dengan saat Yesus membaca nats Alkitab 2,000 tahun lalu. Sama dengan Roh Tuhan yang sudah ada jauh sebelum dunia dijadikan. Roh yang sama itulah yang memampukan kita melakukan banyak hal, kalau saja kita menyadari kekuatan dari penyertaan Tuhan atas diri kita.

Yesus yang dikenal sebagai anak orang kampung biasa, anaknya Yusuf, dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekampungnya. Apa sih yang bisa dilakukan anak orang biasa? Ternyata mereka tidak menyadari bahwa dibalik kehidupan Yesus sebagai ‘orang biasa’ ada Roh Allah yang memampukan Dia melakukan perkara-perkara yang besar. Karena ketidakpercayaan mereka, maka tidak terjadi mujizat disana.

Kita sering melakukan hal serupa, jangan kan menghakimi orang lain – apa yang bisa dia lakukan dia kan cuma…. Tapi kita sering menghakimi diri sendiri. Ah, mana bisa saya melakukan seperti itu. Saya kan cuma…. biasa-biasa aja. Kita lupa bahwa didalam kita telah diberikan Roh yang luar biasa yang memampukan kita melakukan misi dan karyaNya melalui kehidupan kita. Roh yang sama juga berkarya di sekitar kita untuk mengingatkan kita agar terus berupaya memberikan terbaik dalam setiap kesempatan.

Dengan kealpaan saya kemarin, sayapun menyadari saya ini hanya orang biasa-biasa yang ternyata tetap bisa salah dan bisa lupa HUPnya  juga. Jadi jangan kecil hati dan merasa bahwa kita ini bukan siapa-siapa, lha memang bukan siapa-siapa kok – cuma ciptaan Tuhan yang maha luar biasa. Tapi yang membuat luar biasa adalah Roh Tuhan yang ada padaku, ada pada anda dan kita semua yang akan memampukan kita berkarya bagi banyak orang, menjadi somebody – menjadi orang yang berarti – at least for someone, bagi seseorang yang mencintai kita.

Kita bisa menjadi somebody yang membawa kabar sukacita bagi orang miskin – memberi kabar bahwa sebentar lagi mereka tidak miskin lagi, bisa bayar uang sekolah dan bayar biaya pengobatan yang sakit. Menjadi somebody bagi para tawanan – bukan hanya mereka yang ada dibalik terali penjara, tapi juga yang terperdaya dan tertawan karena pekerjaannya, tertawan dengan kebiasaan buruknya. Kita bisa menjadi somebody bagi mereka yang buta dan tidak melihat rahmat dan kasih Allah yang menyinarinya. Menjadi somebody bagi mereka yang tertindas karena ketidakberdayaan, terperangkap dalam lingkaran masalah tanpa harapan apalagi tertindas karena ketidakadilan. Kita masih bisa menjadi somebody asal saja kita peka dan peduli akan Roh Tuhan yang mengajak kita bergerak menyapa mereka yang ada disekitar kita.

==============================================================================================

Bacaan Injil Luk 4:16-30

“Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.