Fiat Voluntas Tua

Seni Memberi

| 0 comments

“Janda ini memberi dari kekurangannya”
Dalam sebuah seminar leadership seorang motivator dari Singapura, David Wong, mengatakan bahwa segala hal yang kita pertahankan dan kita pegang erat-erat sebenarnya menunjukkan tingkat “security” kita. Semakin kita berusaha memegangnya, maka semakin jelas bahwa tingkat keamanan kita terganggu. Contohnya bila seseorang berusaha mempertahankan kekuasaannya, maka sebenarnya ia adalah pemimpin yang ‘tidak merasa aman’ manakala ia tidak ada dalam posisi tersebut lagi. Ia akan berusaha melanggengkan posisinya, dan tidak akan pernah siap untuk lengser. Walhasil, banyak pemimpin dunia terpaksa dilengserkan oleh rakyatnya karena justru setelah berada diatas sekian lama mereka tergoda menjadi diktator. Demikianlah kita lihat banyak pejabat publik justru kehilangan posisinya bahkan dipaksa mundur  karena  mereka berusaha mempertahankan posisinya dengan segala cara; mereka  lupa bahwa posisinya justru harus digunakan untuk melayani publik. Jabatan lebih dinilai sebagai ‘status’.

Demikian halnya bila kekayaan dan kepandaian merupakan hal yang senantiasa berusaha diproteksi, justru disitulah arogansi akan menguasai dan kita akan gagal menggunakan kekayaan dan kepandaian untuk digunakan secara bijaksana. Kita merasa ‘aman’ kalau menumpuk kekayaan dan kepandaian, kita lupa bahwa kekayaan dan kepandaian adalah bagian yang diberikan dari sang sumber rahmat itu sendiri.

Belajar berbagi dari apa yang kita miliki adalah suatu upaya mendisiplinkan diri dalam mensyukuri apa yang telah diberikan oleh yang maha Kuasa. Memiliki tangan terbuka untuk memberi justru membuat tangan kita siap untuk menerima berbagai hal yang baru lagi. Tetapi memiliki tangan tertutup karena memegangi apa yang kita miliki, justru membuat kita tidak siap untuk menerima  rahmat yang baru yang disediakan bagi kita.

Maka bacaan hari ini justru menjadi pelecut bagi kita. Tidak mudah memberi dari apa yang kita telah miliki, karena kita merasa justru disitulah tingkat keamanan kita. Apalagi kalau melakukan apa yang diajarkan Yesus bahwa kita diminta untuk memberi dari kekurangan. Wuaduh… memberi dari apa yang kita miliki saja kita masih banyak pertimbangan, apalagi memberi dari kelemahan atau kekurangan kita. Dalemmmm banget euy…. karena untuk bisa memberi dari kelemahan, berbagi dari kekurangan maka kita sudah harus mematikan keinginan diri sendiri dan mengutamakan orang lain bahkan membutuhkan kepasrahan kepada tangan Tuhan diatas segala keterbatasan kita.

Seorang janda, yang secara status adalah warganegara kelas tiga – perempuan adalah warga negara kelas dua dalam adat Yahudi, janda lebih rendah lagi – apalagi dia miskin, wah nasib buruk banget deh. Tetapi dalam segala keterbatasannya tidak memiliki status sama sekali, tidak punya nilai ditengah masyarakat, ia tetap menyerahkan keberadaannya pada Sang Khalik. Apa yang ada padanya, yang seharusnya membuat ia bertahan untuk makan hari itu, justru dikembalikan kepada Tuhan sebagai persembahan syukurnya dan cintanya kepada Yahwe.

Mampukah kita mempersembahkan semua yang kita miliki, apalagi menyerahkan dan mengakui keterbatasan kita sebagai ucapan syukur kita karena kita telah begitu banyak menerima rahmat dari Allah yang telah memberikan jaminan keselamatan bagi kita? Hal ini hanya bisa dilakukan dengan kerendahan hati luar biasa karena kita menyadari kita pun tidak bisa berusaha menambahkan satu detik extra bagi nyawa kita, maka apapun yang kita miliki kita tidak ada kontrol atasnya.

Dengan penuh syukur mari kita berdoa dengan tangan terbuka, inilah aku Tuhan, ambillah apa yang ada padaku bahkan segala kekuranganku dan keterbatasanku untuk dipersembahkan bagi kemuliaan Tuhan bagi semakin besarnya Kerajaan Allah… di bumi seperti didalam Surga.

=============================================================================================

Bacaan Injil Mrk 12:38-44

“Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.” Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.