Fiat Voluntas Tua

Yesus Telah Bangkit !

| 0 comments

“Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid- Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.” (Matius 28:5-7)

Hari ini kembali kita mengenang ‘Yesus Yang Bangkit,’ fakta sejarah yang tidak terhindarkan sehingga Nama-Nya menjadi patokan sejarah dunia (BC & AD). Kisah Para Rasul dan kitab-kitab sejarah pada abad-abad awal mencatat bahwa segera setelah kebangkitan Yesus, terjadi sesuatu yang sangat fenomenal di Yudea dan meluas ke mana-mana. Namun sekalipun demikian sepanjang sejarah selalu ada penolakan akan kebangkitan Yesus seperti yang terjadi dalam pandangan teologi Liberal terutama Jesus Seminar, bahkan lebih ekstrim lagi kalangan penganut teori Mitos Kristus (Christ Myth) bahkan beranggapan bahwa Yesus tidak pernah hidup dalam sejarah!

Kebangkitan Yesus dari kematian bukan saja disaksikan oleh para murid yang banyak itu (Yoh.20-21; 1Kor.15:1-11) tetapi juga menjadi kesaksian musuh-musuh kekristenan. Menarik untuk diketahui bahwa sejarawan Yahudi/Romawi pada abad pertama, Josephus, sekitar tahun 60-an, menulis secara eksplisit tentang Yesus yang mati disalibkan dan bangkit pada hari ketiga.

“Sama seperti waktu ini, Yesus adalah seorang bijak, yang secara hukum bisa disebut orang. Karena Ia melakukan mukjizat-mukjizat, guru semacam itulah yang menerima kebenaran. Ia mengumpulkan banyak pengikut orang Yahudi dan kafir. Ia adalah Kristus. Ketika Pilatus, atas usul pemimpin Yahudi, menghukum-Nya untuk disalib, mereka yang mencintai-Nya tidak meninggalkan- Nya karena Ia menampakkan diri dalam keadaan hidup tiga hari kemudian, seperti yang dinubuatkan banyak nabi dan sepuluh ribu kejadian ajaib mengenai-Nya. Adapun suku Kristen, yang dinamakan dari nama-Nya, suku itu tidak lenyap sampai sekarang.” (Antiquities, XVIII, 3, 3).
Selain Josephus, seorang sejarawan Romawi bernama Cornelius Tacitus (ca 116 AD) menyinggung ‘berita kebangkitan’ yang dituduhnya sebagai ‘tahyul yang paling jahat’!

“Nero melemparkan kesalahan dan melakukan penyiksaan yang hebat terhadap suatu kelas yang sangat dibenci, yang disebut orang-orang Kristen oleh penduduk. Kristus, dari nama itu sebutan Kristen itu berasal, menderita hukuman yang luar biasa selama pemerintahan Tiberius di tangan salah satu prokurator kita, Pontius Pilatus. Adapun takhayul yang paling jahat, yang dihentikan kala itu, sekali lagi pecah tidak hanya di Yudea, sumber pertama kejahatan itu, tetapi juga di Roma, yang menjadi pusatnya dan menjadi populer, semua yang tersembunyi dan memalukan dari seluruh dunia. Sehubungan dengan itu, penangkapan pertama-tama dilakukan atas semua yang dituduh bersalah. Setelah itu, dari informasi mereka, sejumlah besar orang kemudian dihukum, bukan karena kejahatan membakar kota, melainkan karena kebencian terhadap umat manusia. Segala macam cercaan ditimpakan atas kematian mereka. Dengan dibungkus kulit binatang, mereka dicabik-cabik oleh anjing-anjing dan binasa atau dipaku disalib atau dimasukkan ke dalam api dan terbakar, sebagai nyala yang menerangi malam hari bila sinar siang hari berakhir.” (Annals, XV, 44, 116 M).

Sekalipun ada yang meragukan bahwa Tacitus menyinggung soal kebangkitan Yesus, banyak yang mendukung bahwa tulisan itu memang menunjuk ‘Yesus Yang Bangkit,’ apalagi, Tacitus menulis penganiayaan atas umat Kristen secara mendetail, termasuk tentang pembakaran Kota Roma oleh Nero. Adapun ungkapan “takhayul yang paling jahat”, itu jelas menyiratkan kebangkitan Yesus.

Beberapa gejala pascakebangkitan yang fenomenal, yaitu di sekitar aktivitas Kristen pada abad pertama memperkuat kenyataan bahwa Yesus memang bangkit:

1. Terjadi perubahan hidup yang luar biasa dalam diri para murid.

Ini hanya mungkin terjadi kalau ada pendorong yang kuat, yaitu Yesus bangkit dan berkuasa mengubah hidup. Rasul Petrus yang semula ketakutan menghadapi orang-orang yang bertanya kepadanya sehingga ia menyangkali Yesus sampai tiga kali, berubah menjadi berani berbicara lantang di depan Mahkamah Agama (Kis.4). Rasul Paulus yang membunuh Stefanus (Kis. 7:54–8:1a) berubah menjadi rasul kebangkitan (1 Kor.15).

2. Para rasul rela mati sebagai martir bagi kesaksian kebangkitan itu.

Misalnya, ketika Polycarpus menolak untuk menyangkali Kristus dan menyembah kaisar, ia diikat di tiang kayu di atas pembakaran. Namun, ia berkata, “Selama 86 tahun Ia tidak pernah mengecewakan aku, bagaimana mungkin sekarang aku mengecewakan Dia!”

Kematian Yesus tidak akan menghasilkan para martir, tetapi kebangkitan- Nya menghasilkan para martir yang rela berkorban tanpa melawan. Kalau Yesus tidak bangkit dan kuburan-Nya ada di suatu tempat, di Talpiot misalnya, Mahkamah Agama Yahudi tentu tidak perlu repot menyuap tentara Romawi sambil menebarkan dusta. Mereka cukup menunjukkan di mana Yesus dikuburkan, dikuburan keluarga di selatan Yerusalem.

3. Terjadi perubahan dari “hari Sabat” (Sabtu) ke “hari Tuhan” (Minggu) sebagai pertemuan ibadat mingguan para murid.

Hari Sabat yang demikian teguh dipegang dalam tradisi Yahudi mengalami perubahan drastis menjadi hari pertama (Minggu), yaitu hari untuk mengenang kebangkitan Tuhan Yesus. Dalam tiga tahun pelayanan-Nya, Yesus berkali-kali disalahkan oleh pemimpin agama Yahudi karena dianggap melawan hari Sabat. Namun, faktanya kemudian adalah bahwa umat Kristen tidak lagi menjalankan hari Sabat segera setelah Yesus bangkit, yang diceritakan di dalam Kisah Para Rasul. Semua itu tentu hanya bisa terjadi karena fakta sejarah kebangkitan yang nyata secara kasatmata dan meyakinkan karena Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat.

4. Terjadi ledakan pekabaran Injil yang luar biasa ke seluruh dunia, dan Pekabaran Injil para murid itu bertumpu pada kesaksian kebangkitan Kristus (Kis.1:21–22; 4:2,33; 17:18,32;23: 6;24:15, 21).

Ketika Yesus disalibkan, para murid ketakutan dan menutup diri di rumah. Namun, kebangkitan Yesus itu mengubah mereka menjadi berani dan tampil bersaksi, termasuk berbicara di Mahkamah Agama, seperti dilakukan oleh Petrus (Kis.4).

Meskipun “kebangkitan Yesus dari kematian” tidak dapat dibuktikan secara memuaskan menurut akal manusia yang terbatas, setidaknya banyak bukti sosiologis dan sejarah sudah menunjukkan kemungkinan terjadinya kebangkitan secara daging yang dialami Yesus. Dan, kematian dan kebangkitan- Nya yang tetap dikenang sebagai Hari Paskah dan diberitakan keseluruh dunia sampai sekarang, bahkan terus-menerus ada yang berusaha membungkamnya, menunjukkan bahwa memang ‘Yesus Telah Bangkit !’ ***

Salam kasih dari YABINA ministry www.yabina.org.

Leave a Reply

Required fields are marked *.