Fiat Voluntas Tua

Selamat Paska 2010: Per Mariam Ad Iesum (Uskup Pujasumarta)

| 0 comments

Silakan click: http://pujasumarta.multiply.com/journal/item/181/SELAMAT_PASKA_2010

Saudari-saudara, teman-teman, rekan pastor, suster, bruder dan frater Ytk.,

Masa Pra-Paska dan Paska tahun 2010 ini saya alami secara istimewa, karena sakit. Tentu alasan kenapa sakit bisa diterangkan dari berbagai macam segi. Saya ingin menerangkannya dari segi pengalaman iman saya saja.

Dalam Surat Gembala Pra-Paska 2010 saya berharap,  ”Semoga kita semua – sesuai dengan tradisi Gereja secara pribadi maupun bersama – dapat menggunakan masa Pra-Paska tahun 2010 ini menjadi masa untuk ”Retret Agung”, untuk masuk ke dalam misteri hidup, sengsara dan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, pokok keselamatan dan andalan hidup kita.” Dalam pengembangan selanjutnya, ajakan itu menjadi lebih terarah menjadi ajakan untuk mengadakan ”Retret Agung Per Mariam Ad Iesum”. Maksud saya,  ”Selama retret ini kita didampingi, dan diantar oleh Maria agar semakin dekat mengikuti Yesus, semakin dalam mengenal-Nya, dan semakin mesra mencintai-Nya dengan berdoa ROSARIO.  Sebut saja retret jenis ini dengan nama “RETRET AGUNG  PER MARIAM AD IESUM”.  Sambil mendaraskan rosario, kita renungkan peristiwa-peristiwa hidup, sengsara dan kebangkitan Tuhan: Peristiwa Gembira, Peristiwa Terang, Peristiwa Sedih, dan Peristiwa Mulia. Sepanjang hidup kita pun kita alami peristiwa-peristiwa serupa. Dalam meditasi tentang peristiwa-peristiwa hidup kita, kita dapat menemukan, mengakui, melukiskan peristiwa-peristiwa tersebut dengan penuh syukur karena Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Lukisan peristiwa-peristiwa hidup dapat dikembangkan menurut cara seorang wartawan melengkapi berita, dengan menjawab WHAT ?, WHO?,  WHEN?,  WHERE?  WHY?, HOW?.”

Renungan tentang Peristiwa Gembira dan Peristiwa Terang dengan cara itu saya lakukan dengan lancar-lancar saja. Ketika mulai merenungkan Peristiwa Sedih dalam hidup saya, segera muncul peristiwa “Berdoa menyaksikan peristiwa sakratul maut”, saat-saat terakhir Bapak dipanggil Tuhan, 12 tahun yang lalu, 23 Maret 1998. Kemudian, saya bingung, ada peristiwa apa lagi? Pada saat itulah badan saya mulai terasa tidak nyaman. Suhu badan tidak menentu, dan panas tak turun-turun. Saya mulai sakit, dan sungguh sakit. Dokter Widiastuti kemudian menyatakan bahwa saya kena DP dan Typhus. Peristiwa itulah yang menjadi bahan renungan dan doa saya kemudian.

Didera oleh suhu badan yang tak menentu

Sekembali dari perjalanan ke Muntilan, kesempatan untuk mengunjungi tempat peziarahanan Gua Maria Lawangsih Pelem Dukuh – Paroki Nanggulan (Selasa, 9 Maret 2010), saya merasa tidak nyaman dengan badan saya. Suhu badan terasa tinggi, namun menggigil kedinginan. Saya dianjurkan untuk tidak langsung ke Green House, tetapi singgah sejenak sesiang itu (Rabu, 10 Maret 2010) di Susteran OP Cimahi untuk pijat. Sore hari baru sampai di GH. Ada janjian dengan Sr. Ancillina, CB untuk periksa lab esok harinya. Kamis, 11 Maret 2010, periksa lab, dan kemudian diperoleh hasil trombosit 130.000. Sore hari Suster berkunjung lagi, dan berpesan, “Bila malam nanti menggigil, telpon ya untuk mulai opname di RS!” Betul, dinihari 01.30 aku menggigil kedidingan lagi. Suster kukontak, dan saya bersiap diri diantar mas Chris meluncur ke RS Borromeus. Langsung masuk UGD, periksa ini itu, dan menunggu bisa masuk kamar rawat inap. Jam 03.00 saya bisa masuk kamar rawat inap RS Borromeus, di bawah pengawasan Dr. Widiastuti, yang ditemani oleh banyak malaikat.

Didera oleh suhu badan yang tidak menentu, antara 40.3 C dan 35.4 C, seluruh tubuh terasa lemah. Hasil lab menunjukkan bahwa saya terkena Demam Dengue dan Typhus. Saat-saat itulah saya mengalami ketidakberdayaan dalam segala hal. Saat-saat untuk mempercayakan hidup hidup pada orang lain dan pada penyelenggaraan Tuhan. Sakit ini diterima saja sebagai ganjaran dari Tuhan – begitu orang Jawa menyebut sakit sebagai “ginanjar sakit” -  untuk dapat berpartisipasi dalam sakit yang diderita-Nya.

Pada hari ke 16 di RS, Sabtu, 27 Maret 2010, saya dinyatakan sembuh. Namun, masih diperlukan waktu untuk pemulihan kesehatan. Untuk itulah Minggu, 28 Maret 2010, saya pindah dari RS Borromeus ke Susteran CB, Jl. Imam Bonjol 3-5 Bandung.

Tuhan Yesus, mengalami peristiwa-peristiwa sedih selama sakit telah Kauanugerahkan kepadaku. Tentu sangat tidak sebanding, bila dibandingkan dengan apa yang Kaualami sewaktu Kausandang derita-Mu. Ketika suhu panas mendera tubuhku, tentu Engkau lebih menderita karena suhu panas juga. Ketika mulut kering, aku rasakan, “Aku haus!” Namun, kehausan-Mu tentu lebih menyiksa-Mu. Terimakasih, bahwa telah Kauperkenankan aku ambil bagian sedikit pada penderitaan-Mu. Dengan salib suci-Mu telah Kautebus dosa-dosa kami, dan Kauselamatkan seluruh dunia. Amin.

Pengalaman tersebut mengantar saya untuk merayakan Paska 2010 secara istimewa pula. Terimakasih saya ucapkan kepada para dokter RS. Borromeus, yang bersama para malaikat: bruder dan suster yang ramah, cekatan dan profesional, telah bersedia menerima saya pada saat saya tak berdaya dan sungguh tergantung pada orang lain. Terimakasih kepada para rekan imam, frater, bruder, suster dan seluruh umat yang telah berdoa untuk kesembuhan saya, dan yang mengungkapkan perhatian dalam berbagai macam cara.

Dengan hati penuh syukur, saya mengucapkan SELAMAT PASKA 2010. Kebangkitan-Nya menjelaskan, bahwa Allah berpihak pada Dia yang dilukai, namun dengan demikian Yang Terluka telah menjadi Penyembuh Sejati.

Salam, doa ‘n Berkat Tuhan,

Bandung, 03 April 2010 – Uskup Pujasumarta

Leave a Reply

Required fields are marked *.