Fiat Voluntas Tua

Kuasa Setan Menurut P. Gabrielle Amorth

| 2 Comments

“Ingat, ketika kita menertawakan setan dan mengatakan pada diri kita sendiri bahwa ia tidak ada, saat itulah setan paling berbahagia.” ~ P. Gabriele Amorth – pakar eksorsisme Gereja Katolik

Pastor Gabriele Amorth membagikan pengalamannya dalam sebuah buku yang menjadi best seller, dan yang telah dicetak ulang 17 kali di Italia, “An Exorcist Tells His Story” dan juga “An Exorcist: More Stories”. Kutipan berikut diambil dari buku “An Exorcist Tells His Story”:

Sekarang kita akan melanjutkan dengan Kristus, pusat dari alam semesta. Segala sesuatu diciptakan bagi-Nya dan demi Kedatangan-Nya, baik di surga (para malaikat) dan di bumi (dunia yang nyata, terutama manusia). Sungguh amat menyenangkan berbicara mengenai Kristus saja, tetapi hal itu tidak akan selaras dengan segala pengajaran dan karya-Nya, dan kita tidak akan pernah mampu memahami-Nya. Kitab Suci berbicara kepada kita mengenai Kerajaan Allah, namun juga mengenai kerajaan setan; mengenai kuasa Allah, Pencipta dan Tuhan semesta alam, namun juga mengenai kuasa kegelapan; mengenai anak-anak Allah, namun juga anak-anak setan. Mustahil memahami karya keselamatan oleh Kristus jika kita mengabaikan karya kebinasaan oleh setan.

Setan adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan oleh tangan-tangan Allah. Kuasa dan superioritas yang diberikan Allah kepadanya atas para malaikat yang lain telah dimaklumi oleh semuanya, sebab itu ia beranggapan bahwa ia memiliki kuasa yang sama atas segala sesuatu yang diciptakan Tuhan. Setan berusaha memahami segenap ciptaan, namun gagal, sebab segala rancangan penciptaan ditujukan pada Kristus. Hingga Kristus datang ke dalam dunia, rancangan Tuhan tak akan dapat disingkapkan sepenuhnya. Itulah pemberontakan setan. Ia ingin terus menjadi yang mutlak utama, pusat dari segala ciptaan, bahkan jika itu berarti menentang rancangan Tuhan. Sebab itulah mengapa setan terus-menerus berusaha menguasai dunia (“seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”, 1 Yoh 5:19). Sejak dari leluhur kita, setan berusaha memperbudak manusia dengan menjadikannya taat pada dirinya sendiri dan melawan Allah. Ia berhasil dengan leluhur kita, Adam dan Hawa, dan ia bermaksud melanjutkannya dengan segenap umat manusia, dengan bantuan “sepertiga dari para malaikat”, yang, menurut Kitab Wahyu, mengikutinya dalam memberontak melawan Allah.

Tuhan tidak pernah menolak makhluk ciptaan-Nya. Karenanya, walau mereka melawan Allah, setan dan para malaikatnya tetap memiliki kuasa dan kedudukan (takhta, penguasa, keutamaan, kekuatan, dstnya) walau mereka mempergunakannya untuk maksud-maksud jahat. St Agustinus tidaklah berlebihan ketika ia mengatakan bahwa, jika Tuhan memberikan kepada setan tangan yang bebas, maka “tak satu manusia pun akan dibiarkannya hidup.” Karena setan tak dapat membunuh kita, ia berusaha “menjadikan kita pengikutnya dalam melawan Tuhan, seperti ia sendiri melawan Tuhan.”

Kebenaran dari keselamatan adalah ini: Yesus datang “supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yoh 3:8), supaya Ia membebaskan manusia dari perbudakan setan, dan supaya Ia mendirikan Kerajaan Allah setelah menghancurkan kuasa setan. Namun demikian, antara kedatangan Kristus yang pertama dengan Parousia (kedatangan Kristus yang kedua kalinya dengan jaya sebagai hakim), iblis berusaha membujuk sebanyak mungkin orang untuk berada di pihaknya. Inilah peperangan yang diperjuangkannya dengan keputusasaan dari ia yang tahu bahwa ia telah dikalahkan, tahu “bahwa waktunya sudah singkat” (Why 12:12). Sebab itu, Paulus dengan berterus-terang mengatakan kepada kita bahwa “perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara” (Ef 6:12).

Kitab Suci mengatakan bahwa para malaikat dan roh-roh jahat (secara khusus saya hendak menyebut setan) adalah makhluk-makluk rohani, tetapi mereka juga adalah pribadi-pribadi dengan inteligensi, kehendak, kebebasan dan inisiatif. Para teolog modern yang mengidentifikasikan setan dengan gagasan kejahatan yang abstrak sungguh sama sekali keliru. Gagasan mereka itu sesat; yaitu, terang-terangan berlawanan dengan Kitab Suci, para Bapa dan Magisterium Gereja. Kebenaran tentang setan tidak pernah diragukan di masa lampau; sebab itu, tak ada definisi dogmatis mengenainya, terkecuali pernyataan berikut dari Konsili Lateran Keempat, “Setan dan roh-roh jahat lain menurut kodrat memang diciptakan baik oleh Allah, tetapi mereka menjadi jahat karena kesalahan sendiri.” Barangsiapa mengingkari setan juga berarti mengingkari dosa dan tak lagi memahami karya-karya Kristus.

Marilah kita perjelas hal ini: Yesus menaklukkan setan melalui Kurban-Nya. Namun demikian, Yesus juga menaklukkan setan sebelum wafat-Nya, yaitu melalui ajaran-ajarannya, “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Luk 11:20). Yesus adalah Ia yang terkuat, yang mengikat setan (Mrk 3:27), yang merampasinya dan yang membagi-bagi kerajaannya, yang adalah kesudahannya (Mrk 3:26). Yesus pertama-tama memberikan kuasa untuk mengusir roh-roh jahat kepada para rasul-Nya; kemudian Ia memperluas kuasa itu kepada ketujuhpuluh dua murid, dan akhirnya Ia memberikannya kepada mereka semua yang percaya kepada-Nya.

Kisah Para Rasul menceritakan kepada kita bahwa setelah turunnya Roh Kudus, para rasul terus melanjutkan pengusiran roh-roh jahat, dan segenap umat Kristiani melakukannya seturut teladan mereka. Para Bapa Gereja awali, seperti Yustinus dan Irenaeus, dengan jelas menyatakan pemikiran Kristiani mengenai setan dan mengenai kuasa untuk mengusirnya. Para Bapa yang lain, teristimewa Tertulianus dan Origen, sependapat dengan mereka. Keempat Bapa Gereja ini saja dapat mematahkan pemikiran banyak teolog modern yang, dengan segala tujuan, entah tidak percaya akan iblis atau sepenuhnya mengabaikannya.

Konsili Vatikan Kedua dengan berwibawa mengingatkan kita akan ajaran Gereja yang lestari ini, “Sebab seluruh sejarah manusia sarat dengan perjuangan sengit melawan kekuasaan kegelapan. Pergulatan itu mulai sejak awal dunia” (Gaudium et Spes, no. 37). “Akan tetapi manusia, yang diciptakan oleh Allah dalam kebenaran, sejak awal mula sejarah, atas bujukan si Jahat, telah menyalahgunakan kebebasannya. Ia memberontak melawan Allah, dan ingin mencapai tujuannya di luar Allah. Meskipun orang-orang mengenal Allah, mereka tidak memuliakan-Nya sebagai Allah; melainkan hati mereka yang bodoh diliputi kegelapan, dan mereka memilih mengabdi makhluk dari pada Sang Pencipta” (no. 13). “Allah telah memutuskan untuk secara baru dan definitif memasuki sejarah bangsa manusia dengan mengutus PuteraNya dalam daging kita. Allah bermaksud merebut manusia dari kuasa kegelapan dan setan” (Ad Gentes, no. 3). Bagaimana mungkin mereka yang menyangkal keberadaan dan karya-karya setan dapat memahami karya keselamatan Kristus? Bagaimanakah mereka dapat memahami nilai dari wafat Kristus yang menyelamatkan? Berdasarkan Kitab Suci, Konsili Vatikan Kedua menegaskan bahwa “Putra Allah dengan wafat dan kebangkitan-Nya telah membebaskan kita dari kuasa setan” (Sacrosanctum Concilium, no. 6). Dan “dunia, yang memang berada dalam perbudakan dosa, tetapi telah dibebaskan oleh Kristus yang disalibkan dan bangkit, sesudah kuasa si jahat dihancurkan” (Gaudium et Spes, no. 2).

Setan, yang ditaklukkan Kristus, bangkit melawan para pengikut-Nya. “Pergulatan itu [antara manusia melawan roh-roh jahat] mulai sejak awal dunia, dan menurut amanat Tuhan akan tetap berlangsung hingga hari kiamat” (no. 37). Sepanjang masa itu, setiap orang ada dalam keadaan siaga bertempur sebab hidup di dunia merupakan pencobaan kesetiaan terhadap Tuhan. “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya” (2 Kor 5:9). Kita mengenakan perlengkapan perang Tuhan agar kita mampu bertahan menghadapi tipu muslihat setan dan bertahan pada hari penganiayaan …. “Sebab, sebelum memerintah bersama Kristus dalam kemuliaan-Nya, kita semua akan menghadapi `tahta pengadilan Kristus, supaya masing-masing menerima ganjaran bagi apa yang dijalankannya dalam hidup ini, entah itu baik atau jahat’ (2 Kor 5:10)” (Lumen Gentium, no. 48).

Bahkan jika pertempuran melawan setan ini menyangkut segenap manusia dan segenap masa, tak diragukan lagi bahwa kuasa setan terasa semakin dahsyat dalam periode-periode sejarah ketika kejahatan masyarakat semakin nyata. Sebagai contoh, ketika saya melihat dekadensi Kekaisaran Romawi, saya dapat melihat adanya kemerosotan moral pada periode itu dalam sejarah. Sekarang kita berada pada tingkat dekadensi yang sama, sebagian sebagai akibat dari penyalahgunaan media massa (media itu sendiri tidaklah jahat) dan sebagian karena konsumerisme dan materialisme Barat, yang telah meracuni masyarakat kita.

Saya yakin bahwa Paus Leo XIII, dalam suatu penglihatan menerima suatu nubuat peringatan mengenai serangan iblis ini pada masa kita. Bagaimanakah iblis melawan Tuhan dan Juruselamat kita? Dengan menuntut bagi dirinya sendiri sembah sujud yang diperuntukkan bagi Tuhan dan dengan mengolok-olok lembaga-lembaga Kristiani. Sebab itu, setan adalah anti-Kristus dan anti-Gereja. Setan mempergunakan kemesuman seks, yang memerosotkan nilai tubuh manusia menjadi suatu sarana dosa, melawan Inkarnasi Sabda yang menebus umat manusia dengan menjadi manusia. Setan mempergunakan gereja-gereja setan, pemujaan-pemujaan setan, penyembahan-penyembahan setan (kerapkali `dikuduskan’ dengan perjanjian darah), para pemujanya, mereka yang terikat perjanjian dengannya, untuk memperolok sembah sujud kepada Tuhan. Sama seperti Kristus memberikan kepada para rasul-Nya dan para pengikut-Nya kuasa-kuasa istimewa demi kebajikan tubuh dan jiwa, demikian pula setan memberikan kuasa-kuasa istimewa kepada para pengikutnya demi kebinasaan tubuh dan jiwa.

Saya akan menyebutkan satu hal lagi dalam masalah ini. Sama seperti adalah salah menyangkal keberadaan setan, demikian pula adalah salah menerima pendapat umum bahwa ada makhluk-makhluk rohani lain yang tidak disebutkan dalam Kitab Suci. Makhluk-makhluk rohani ini adalah ciptaan para dukun spiritisme, para pengikut ilmu-ilmu gaib, mereka yang mendukung reinkarnasi, atau mereka yang percaya akan “jiwa-jiwa yang gentayangan”. Tak ada makhluk rohani baik yang lain selain dari para malaikat; tak ada makhluk rohani jahat yang lain selain roh-roh jahat. Dua Konsili Gereja (Lyons dan Florence) mengajarkan kepada kita bahwa jiwa-jiwa mereka yang meninggal akan segera menuju surga atau neraka atau api penyucian. Jiwa-jiwa orang mati yang muncul pada saat pemanggilan arwah atau jiwa-jiwa orang mati yang masuk ke dalam tubuh orang-orang hidup untuk menyiksa mereka tak lain dan tak bukan adalah roh-roh jahat. Tuhan mengijinkan suatu jiwa kembali ke dunia hanya dalam kesempatan-kesempatan khusus yang sangat langka saja, tetapi kita tahu bahwa masalah ini masih diliputi misteri.

Sebagian orang terheran-heran akan kemampuan roh-roh jahat untuk mencobai manusia dan bahkan menguasai tubuh manusia (tetapi roh-roh jahat tak akan pernah dapat menguasai jiwa manusia, terkecuali jika manusia secara sukarela memberikannya) melalui fenomena kerasukan setan (= possessio diabolica) dan penindasan setan (= oppressio diabolica). Kita patut ingat akan apa yang ditulis dalam Kitab Wahyu (12:7 dst), “Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya…. Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu [yaitu “perempuan berselubungkan matahari” yang daripadanya Yesus dilahirkan; sangat jelas bahwa kita sedang berbicara tentang Santa Perawan Maria yang Tersuci].” Ketika setan menyadari bahwa segala upayanya telah gagal, “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus.”

Pada tanggal 24 Mei 1987, saat kunjungannya ke Kapel Malaikat Agung St Mikhael, Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Pertempuran melawan setan, yang merupakan tugas utama Malaikat Agung Santo Mikhael, masih terus berlangsung hingga hari ini, karena setan masih hidup dan aktif dalam dunia. Kejahatan yang mengepung kita pada masa kini, kekacauan yang menimpa masyarakat kita, kebimbangan serta kehancuran manusia, bukan hanya diakibatkan oleh dosa asal semata, melainkan juga hasil campur tangan dan perbuatan jahat setan.”

Dalam Kitab Kejadian dikisahkan secara jelas kutukan Tuhan terhadap si ular, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kej 3:15). Apakah setan sudah berada di neraka? Bilamanakah pertempuran antara para malaikat dan para iblis ini terjadi? Kita tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini; perlu kita camkan dalam akal budi kita bahwa neraka lebih merupakan keadaan daripada tempat.

Kitab Wahyu menceritakan bahwa roh-roh jahat dilemparkan ke bumi; sebab itu kebinasaan akhir mereka belum terjadi, meski tak dapat dibatalkan. Artinya, mereka masih memliki kuasa yang diberikan Tuhan kepada mereka, walau “waktunya sudah singkat”. Sebab itulah mereka bertanya kepada Yesus, “Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” (Mat 8:29). Kristus adalah satu-satunya Hakim; Ia akan mempersatukan Tubuh MistikNya dengan Dirinya. Maka, beginilah seharusnya kita menafsirkan pernyataan Paulus kepada umat di Korintus, “Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat?” (1 Kor 6:3). Ketika “legion” roh-roh jahat yang merasuki laki-laki dari Gerasa itu memohon kepada Kristus untuk “jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut” (Luk 8:31-32), mereka sedang berusaha mempertahankan kuasa mereka. Bagi roh jahat, meninggalkan tubuh orang yang mereka rasuki dan masuk ke dalam neraka merupakan hukuman mati yang tak dapat dibatalkan kembali; sebab itulah mengapa roh-roh jahat berjuang mempertahankannya hingga titik terakhir. Namun demikian, siksa abadinya akan bertambah hebat sesuai dengan aniaya yang ia timbulkan di dunia. St Petrus mengatakan kepada kita bahwa roh-roh jahat belum dihukum secara definitif, “Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman” (2 Pet 2:4). Kemuliaan para malaikat juga akan semakin bertambah seturut perbuatan-perbuatan baik mereka; sebab itu, sungguh amat berguna memnohon bantuan mereka.

Malapetaka apakah yang dapat ditimbulkan setan kepada mereka yang hidup?

Aktivitas Biasa. Ini adalah “pencobaan” yang merupakan aktivitas roh-roh jahat yang paling umum dan diarahkan kepada segenap manusia. Ketika Yesus membiarkan setan mencobai Diri-Nya, Ia menerima keadaan manusiawi kita. Saya tak hendak membahas usaha-usaha setan yang umum ini, melainkan membahas “aktivitas luar biasa” setan, yang hanya dapat terjadi jika Tuhan mengijinkannya.

Aktivitas Luar Biasa Setan dapat dibagi dalam enam bentuk:

1. Sakit fisik eksternal yang diakibatkan oleh setan. Kita tahu akan bentuk ini dari riwayat hidup banyak santa dan santo. Kita tahu bahwa St Paulus dari Salib, St Yohanes Maria Vianney, St Padre Pio, dan banyak lagi yang lainnya dihajar, didera, dan ditinju oleh roh-roh jahat. Bentuk aniaya eksternal ini tidak mempengaruhi jiwa; sebab itu dalam bentuk aniaya ini tak dibutuhkan eksorsisme, hanya doa.

2. Kerasukan setan (= possessio diabolica). Hal ini terjadi ketika setan mengendalikan sepenuhnya tubuh manusia (bukan jiwa); setan berbicara dan bertindak tanpa sepengetahuan ataupun sepersetujuan kurban, yang karena itu secara moral tak bersalah. Bentuk ini merupakan bentuk aniaya setan yang paling mengerikan dan paling spektakuler, yang menarik perhatian para produser film seperti The Exorcist. Menurut Ritual Eksorsisme, beberapa tanda kerasukan setan meliputi: memperlihatkan daya kekuatan yang di luar batas normal, dan menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi. Orang Gerasa yang kerasukan setan merupakan contoh jelas kerasukan setan dalam Injil. Menetapkan suatu “model” yang baku bagi kasus kerasukan setan merupakan suatu kesalahan serius; aniaya ini menyangkut keseluruhan gejala dan kedahsyatannya. Sebagai contoh, saya menangani dua orang kerasukan yang tetap diam dan tenang sama sekali sepanjang eksorsisme. Saya dapat menyebutkan banyak contoh lain dengan berbagai macam gejala yang berbeda.

3. Penindasan setan (= oppressio diabolica). Gejala-gejalanya berbeda dari kemalangan yang sangat serius hingga ke yang ringan. Tak ada kerasukan, kehilangan kesadaran ataupun berbicara dan bertindak di luar kehendak. Kitab Suci memberikan banyak contoh penindasan setan; salah satu di antaranya adalah Ayub. Ia tidak dirasuki, tetapi ia kehilangan seluruh anak-anaknya laki-laki dan perempuan, harta bendanya, juga kesehatannya. Perempuan yang bongkok dan laki-laki yang bisu tuli yang disembuhkan Yesus tidak ditindas sepenuhnya, tetapi ada kehadiran setan yang menyebabkan gangguan fisik. St Paulus sudah pasti tidak kerasukan roh jahat, tetapi ia mengalami penindasan setan yang mengakibatkan aniaya atasnya, “Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku” (2 Kor 12:7). Tak diragukan lagi bahwa iblislah yang menjadi sumber aniayanya itu.

Walau kasus kerasukan setan relatif jarang terjadi pada masa kini, kami, para eksorsis, menangani sejumlah besar orang yang diserang iblis melalui kesehatan, pekerjaan atau hubungan pribadi mereka. Perlu kita perjelas bahwa mendiagnosa dan menyembuhkan penyakit akibat penindasan setan tidak lebih mudah dari mendiagnosa dan menyembuhkan orang yang sepenuhnya kerasukan setan. Tingkat keparahannya mungkin berbeda, tetapi kesulitannya dalam mendiagnosis dan banyaknya waktu yang tercurah demi penyembuhannya adalah sama.

4. Penghambatan setan (= obsessio diabolica). Gejalanya meliputi serangan mendadak, terkadang terus-menerus, akan pikiran-pikiran obsesi, terkadang bahkan secara logika tak masuk akal, tetapi begitu rupa hingga kurban tak dapat membebaskan diri. Orang yang mengalami fenomena ini hidup terus-menerus dalam keadaan tak berdaya, putus asa, dan berusaha melakukan bunuh diri. Hampir selalu obsesi ini mempengaruhi mimpi. Sebagian orang akan mengatakan bahwa hal ini merupakan bukti sakit mental, karenanya membutuhkan penanganan psikiatris atau psikolog. Hal yang sama dapat dikatakan dalam fenomena-fenomena gangguan setan lainnya. Namun demikian, beberapa gejala begitu tidak konsisten dengan penyakit yang dapat dikenali hingga gangguan tersebut secara pasti menunjuk pada asal-usulnya yang jahat. Hanya mata yang berpengalaman serta terlatih baik yang dapat mengenali perbedaan-perbedaannya yang paling mendasar.

5. Pendudukan setan (= infestatio diabolica). Pendudukan terhadap rumah, barang atau binatang. Saya hanya ingin menegaskan bahwa saya tidak pernah mempergunakan istilah ini apabila menyangkut manusia. Mengenai manusia, saya akan selalu berbicara mengenai kerasukan, penindasan dan obsessio.

6. Takluk pada setan. Orang akan terjerumus dalam fenomena ini apabila mereka secara sukarela menyerahkan diri kepada setan. Dua bentuk penyerahan diri yang paling umum adalah perjanjian darah dengan setan dan mempersembahkan diri kepada setan.

Bagaimanakah kita dapat menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan ini? Pada pokoknya, apabila tidak didapati fenomena gangguan setan, kita dapat menggunakan sarana-sarana biasa yang mendatangkan rahmat Tuhan, yakni doa, sakramen-sakramen, amal kasih, mengamalkan hidup Kristiani, mengampuni, memohon pertolongan dari Tuhan kita, Bunda Maria, para kudus, serta para malaikat.

Sekarang saya akan membahas sedikit mengenai para malaikat. Dengan gembira saya mengakhiri bab mengenai setan ini, musuh bebuyutan Kristus, dengan berbicara mengenai para malaikat. Malaikat adalah sekutu kita yang hebat. Kita berhutang banyak pada mereka, dan sungguh keliru begitu jarang membicarakan mereka seperti yang kita lakukan. Masing-masing kita mempunyai seorang malaikat pelindung, sahabat paling setia yang menyertai kita duapuluh empat jam sehari, sejak dari saat kita dikandung hingga wafat. Tak henti-hentinya ia melindungi kita, tubuh dan jiwa, sementara kita, sebagian besar dari kita, tak pernah mengindahkannya. Kita juga tahu bahwa setiap negara mempunyai seorang malaikat pelindung tertentu, dan mungkin, setiap komunitas dan keluarga, walau kita tak yakin akan dua hal yang terakhir ini. Namun demikian, kita tahu bahwa malaikat sangat banyak jumlahnya, dan kerinduan mereka untuk menolong kita lebih hebat dari kerinduan setan untuk membinasakan kita.

Kitab Suci seringkali mengisahkan kepada kita tentang perutusan-perutusan yang Tuhan percayakan kepada para malaikat-Nya. Kita tahu nama pemimpin para malaikat, yaitu St Mikhael. Ada hierarki di antara para malaikat berdasarkan kasih, yang dibimbing oleh akal budi ilahi “yang dalam kehendak-Nya kita beroleh damai,” seperti dikatakan Dante. Kita juga tahu nama-nama dari dua malaikat agung yang lain:

Gabriel dan Rafael. Apokrif menambahkan nama keempat, Uriel. Para malaikat dibedakan ke dalam sembilan paduan suara: serafim, kerubim, takhta, penguasa, keutamaan, kekuatan, kerajaan, malaikat agung dan malaikat. Orang percaya yang hidup di hadirat Tritunggal Mahakudus dan yakin bahwa hidupnya dalam Dia, tahu bahwa ia juga mempunyai seorang bunda, Bunda Allah Sendiri, yang tak kunjung henti menolongnya. Ia tahu bahwa ia senantiasa dapat mengandalkan pertolongan para malaikat dan para kudus; sebab itu, bagaimana mungkin ia dapat merasa sebatang kara, ditinggalkan atau ditindas oleh iblis? Dalam hidup orang percaya ada penderitaan, sebab itulah Jalan Salib yang menyelamatkan kita, namun tak ada ruang bagi kesedihan. Ia yang percaya senantiasa siap untuk memberikan kesaksian kepada mereka yang bertanya kepadanya mengenai pengharapan yang menopangnya (lih 1 Pet 3:15)

Jelas pula bahwa orang percaya wajib setia kepada Allah dan takut akan dosa. Inilah dasar kekuatan kita, seperti dikatakan St Yohanes, “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya” (1 Yoh 5:18). Jika terkadang kelemahan-kelemahan kita menyebabkan kita jatuh, kita harus segera bangkit dengan anugerah belas kasih Allah yang luar biasa itu: tobat dan pengakuan dosa.

Sumber:  “An Exorcist Tells His Story”; www.ignatiusinsight.com

2 Comments

  1. Terima kasih sudah membagi bahan yg sangat bagus ini bu Ariani. Semoga banyak pembaca yg mendapatkan manfaatnya dan ibu beserta keluarga selalu diberkati Tuhan. Petrus.

  2. sebuah artikel yang sangat bagus dan menambah wawasan. semoga ibu nggak bosan untuk selalu berbagi kami-kami di APIK. salam dan terima kasih

Leave a Reply

Required fields are marked *.