Fiat Voluntas Tua

Hidup Diantara Pilihan

| 0 comments

“Setiap orang yang mau mengikut Aku harus memikul salibnya setiap hari”

Tidak ada saat dalam kehidupan kita yang kita lewati tanpa membuat keputusan. Dari hal sepele sekalipun kita harus senantiasa membuat keputusan. Kapan mau makan, kapan mau berangkat, memilih alat transportasi bahkan memilih antara menghubungi seseorang lewat telpon atau mau SMS saja. Dan akhirnya sampai juga pada saat pengambilan keputusan sulit dalam hidup seperti memilih pasangan, memilih pekerjaan, memilih rumah tinggal dsb. Semua pilihanpun akan diikuti konsekwensi, ada akibat yang harus dipertimbangkan sebelum kita memilih keputusan yang akan diambil.

Kesengsaraan bahkan sampai kematian yang dihadapi Yesus diakhir hidupnya adalah konsekwensi dari pilihanNya. Ia memilih untuk konsisten setiap hari, dan puncak dari kesetiaanNya itulah yang harus dibayar sangat mahal, dengan darahNya sendiri. Tapi apa yang telah dikorbankanNya justru menjadi rahmat yang manis yang bisa dinikmati semua orang. Inipun adalah konsekwensi dari mereka yang memilih menjadi pengikutNya.

Suatu kesempatan ada seorang suster  diundang sebagai pewarta dalam sebuah persekutuan doa di sebuah kantor. Ia diminta bersaksi bagaimana  prosesnya sampai ia memutuskan pilihan hidupnya yang selibat dan menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan. Pertanyaan kedua adalah bagaimana kiatnya agar kita, yang tidak selibat ini, sudah terlanjur menikah, juga bisa memelihara kehidupan dengan menjaga kekudusan.

Sang suster menjawab dengan mengisahkan kehidupannya kesehariannya. “Saat ibadah pagi, saya akan memulainya dengan membuat tanda salib dan berdoa – Allah Bapa terkasih, hari ini saya akan memulai karyaMu dalam berbagai kegiatan, Sertailah aku dengan rahmat kebijaksanaan dan kasihMu. – Setelah itu saya mulai dengan kegiatan rutin dan tugas yang diberikan kepada saya.” Seorang bapak bertanya dengan kritis :” lho suster kan katolik, bukannya kalau kita berdoa membuat tanda salib dua kali, disaat awal dan penutup doa? Saya lihat suster hanya sekali saja membuat tanda salib.”

Dengan tersenyum sang suster menjawab:” Cerita saya memang belum selesai pak. Diakhir hari setelah semua tugas selesai dan saya siap untuk istirahat, saya meneruskan doa saya lagi:” Terimakasih Bapa untuk penyertaanMu sepanjang hari ini. Engkau ada bersamaku saat aku bertemu si anu, saat aku menyeberang jalan di depan sekolah,,, dst,,,dst. Ijinkan hambaMu beristirahat dalam sukacita. Kemuliaan kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus, Amin. Barulah saya menutup kegiatan hari itu dengan tanda salib.”

Memang tidak mudah untuk setia saat salib itu terasa berat dalam kehidupan kita. Sulit membayangkan kita bisa setia dalam waktu 30-40 tahun lagi. Tetapi kalau saja kita memaksa diri kita untuk belajar setia dalam satu hari saja, seperti apa yang diuraikan sang suster, setia setiap saat dan senantiasa menjaga relasi dengan Allah setiap waktu bahkan ditengah kita berkarya, rasanya sulit kita akan terjatuh. Kalaupun jatuh, kita langsung tersadar dan siap untuk bangkit lagi, tidak akan jatuh sampai tergeletak.

Marilah kita senantiasa melatih diri kita untuk setia pada komitmen sebagai pengikut Kristus, setia dan berani mengambil keputusan-keputusan yang sejalan dengan pikiran Kristus. Dan akhirnya siap menanggung segala akibat dari keputusan yang telah kita buat. Dengan demikian kita melatih diri menjadi setia dari hari ke hari, dari pagi sampai malam, sampai nanti pada akhirnya tugas besar tuntas dilaksanakan.

===============================================================================================

Bacaan Injil Luk 9:22-25

“Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri”

Leave a Reply

Required fields are marked *.