Fiat Voluntas Tua

Bertemu Hantu … eh Tuhan

| 0 comments

“Aku ini jangan takut!”

Gonjang-ganjing kehidupan di sekitar kita memang begitu menakutkan. Mau cari sekolah untuk anak, adakah yang bebas tawuran dan bebas dari kekerasan atau bullying? Ada tapi mesti rogoh kantong dalam-dalam dulu, biasanya mahal banget. Mau cari universitas dan tempat kost untuk anak, tapi adakah kampus yang bebas narkoba dan jauh dari seks bebas? Ada tapi bukan kampus papan atas. Mau naik kendaraan umum atau sepeda motor ditengah traffic yang luar biasa padat, apa bisa dijamin aman? Baca berita di media penuh bukannya tambah tenang, bisa-bisa bikin parno. Sedikit sekali dapat dijumpai ‘kabar baik’ dan menyenangkan.

Kalau melihat ini semua, mungkin lebih baik tidak keluar rumah en malah jadi parno, tidak berbuat apa-apa malah justru tenggelam dalam ketakutan. Tapi dengan tetap percaya bahwa Sang Immanuel ada bersama kita, dengan mata iman kita terus memandang Dia yang senantiasa mengulurkan tanganNya walaupun gelap sekalipun minim harapan. Pasti ada sapaan dan pertolongan yang datang untuk meneguhkan hati kita lewat orang-orang disekitar kita. Selalu ada penyelenggaraan Ilahi bagi orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Tuhan tidak pernah terlambat bagi siapapun yang berharap kepadaNya. Buktinya Yesus yang diseberang danau ditengah kegelapan malam saja bisa tahu kalau para murid sedang ketakutan di atas kapalnya.

Maka tidak heran kita bisa menemukan orang-orang yang tetap tenang di saat menghadapi kesulitan, seperti para pastor, suster di berbagai kisah di daerah konflik dan bencana. Mereka berani memilih tinggal disana daripada mengungsi mencari tempat yang lebih aman. Bagi mereka hidup untuk Tuhan, matipun untuk Tuhan. Sehingga apapun yang dihadapi semua dipakai untuk memuliakan Tuhan. Mereka memiliki kedamaian dan ketenangan karena percaya pada penyertaan Tuhan – providentia Devina – sehingga mereka justru dimampukan untuk menolong orang lain terlebih dulu. Memang di saat menghadapi krisis sering tampak wajah asli orang-orang yang panik dan akhirnya menjadi egois dan tamak karena ingin menyelamatkan diri sendiri tanpa peduli orang lain, bahkan bisa menghalalkan segala cara agar mereka aman. Mereka tidak lagi melihat Tuhan dalam ‘badai’ kehidupan, malah kesempatan pertolongan yang ditawarkan dikira hantu.

Iman percaya ternyata berlawanan dengan kebimbangan dan ketakutan. Semakin beriman dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan, semakin tenang lah kita. Di saat badai kehidupan melanda, ketergantungan kita pada Tuhan membuat kita mampu membedakan dan menjauhkan diri dari ketakutan. Kita tidak ijinkan ketakutan menguasai hati kita. Bahkan justru di saat sulit inilah kita mampu menemukan kehadiran Tuhan yang menyelamatkan melalui perjumpaan dengan siapapun yang Tuhan utus.

Semoga kita tidak menjadi bibit ketakutan sehingga meng’hantu’i kehidupan orang lain, tetapi justru orang mengenali kehadiran Tuhan lewat kasih, lewat compassion yg kita tunjukkan.

Hidup adalah petualangan…beranilah.

Hidup adalah misteri…..kuaklah.

Hidup adalah permainan… mainkanlah.

Hidup adalah perjuangan…hadapilah “ (Dr.Anthony D’Souza SJ: Proactive Visioner).

==============================================================================================
Bacaan Injil Mrk 6:45-52

“Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil”

Leave a Reply

Required fields are marked *.