Fiat Voluntas Tua

Jauh Jadi Dekat, Dekat Jadi Jauh

| 0 comments

Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka – HR Pesta Keluarga Kudus

Bukan masalah mudah membesarkan anak dalam keluarga di jaman  teknologi seperti ini. Kita hidup diantara generasi Y yang masa remajanya berkisar di tahun 1976 dan 2001 yaitu generasi yang melek dan sudah terbiasa  bersentuhan dengan teknologi “terbaru“, terutama di bidang teknologi  komunikasi mulai dari internet sampai handphone. Atau mereka yang hidupnya tidak lepas dari berbagai gadget-gadget terbaru dan tercanggih. Bukan lagi ‘mahal’ dan ‘aneh’ kalau bertemu tukang ojek di ujung jalan saja juga memakai HP untuk melancarkan ‘bisnis’nya. Bayangkan pada tahun 70an dimana HP belum dikenal, tapi Mobile Phone bener-bener portable dan beratnya setara dengan 3 batu bata. Harganya berkisar diatas 10 juta. Apa yang terjadi disekitar kita?

Generasi X adalah mereka yang remaja ditahun 1961 – 1980, mereka ini adalah generasi yang gemar mempertanyakan segala sesuatu, karena baru melek akan teknologi, sekaligus juga generasi yang mendobrak kemapanan, radikal. Maka pada generasi ini munculnya model atau gaya hidup yang aneh aneh, perkembangan dunia mode (rok mini, rambut kribo, celana jeans, T-shirt), seni (kontemporer) dan musik (Jazz, rock n roll, pop), politik yang revolusioner. Generasi X ini adalah lanjutan dari generasi Baby Boomer.

Sedangkan sebelumnya dalah generasi Baby boomer 1943 – 1968), generasi yang tidak puas akan kehidupan apa adanya, selalu mencari dan mencari, hingga menemukan sesuatu, maka generasi ini adalah generasi yang paling mengubah wajah dunia, tetapi generasi ini tidak berani mendobrak dunia tanpa bisa menunjukan hasil yang cemerlang, maka disinilah dimulainya era industri dan kapitalis. Generasi ini juga adalah generasi yang coba-coba, karena masih trauma akan perang dunia. 

Setelah generasi X, masih ada generasi milenial (1981-1990), yaitu sebelum generasi Y (1990 – 2000), kemudian saat ini adalah generasi Me (mulai tahun 2001). Generasi milenial disebut juga generasi Why, adalah mereka yang haus akan jatidiri, mulai bangga dengan penggunaan teknologi. Senang akan sesuatu yang berbau teknologi, tetapi selalu bertanya-tanya mengenai kehidupan moderen dan primadona mereka adalah tokoh atau artis dunia. Generasi ini mulai melupakan politik, budaya tradisional dan hidup seenaknya.
Generasi Y, adalah generasi yang mulai teknology minded, hidup mereka sangat tergantung dengan internet, dan lebih ingin dihargai sebagi pribadi yang hitech, selalu mobile. Hubungan sosial mereka selalu lewat internet, memnafaatkan intenet sebagai basis kehidupan sosial bahkan bisnis.

Generasi saat ini adalah generasi Me, adalah generasi Gue Banget, semua dapat diselesaikan oleh mereka sendiri, dimana generasi ini sangat mendewakan Internet, hidup mereka tidak bisa jauh dari internet, bahkan dalam hal ilmu pengetahuan, mereka tidak lagi membutuhkan orang tua atau buku, karena semua didapat dari Internet. Perlombaan mereka adalah penguasaan Teknologi, bahkan lebih baik tidak makan daripada tidak bisa berhubungan dengan dunia maya. Banyak orang tua tidak menyadari hal ini, tetapi mereka tidak menarik mundur anaknya dari hal demikian, karena akan membuat anak tersebut disingkirkan dari komunitasnya. Demikian sumbangan pemikiran saya.

Bisa dibayangkan kalau orang tua yang disebut generasi X, itupun kalau masuk kategori di atas,  berhadapan dengan generasi Y; maka bisa-bisa hanya kekecewaan yang terjadi, karena merasa gagal sebagai orang tua yang tentu saja  segalanya tidak bisa instant seperti maunya waktu muda, apalagi tidak bisa disamakan dengan cara orang tua mereka generasi baby boomer mendidik generasi X.

Nah kalau kita tidak masuk di kedua kategori ini, duuuh.. alangkah besarnya kesenjangan yang ada dalam satu ‘keluarga’. Akibat teknologi saja sudah membuat hubungan dekat menjadi jauh, dan kita malah diam-diam menjadi dekat dengan orang lain yang ‘jauh’ secara fisik. Coba kita perhatikan jam makan di mall saat weekend.  Satu meja ada bapak-ibu dan anak-anak. Dekat tapi jauh, jauh tapi dekat. Masing-masing duduk semeja, tapi menatap gadget didepannya dan asyik berkomunikasi dengan orang-orang atau pihak lain diluar mereka. Bisa main games, bisa juga main BB or FB. Lihat juga jam makan di foodcourt hari biasa, duduk ber enam saja masing-masing sibuk dengan gadgetnya.

Hari ini H+2 kita merayakan Pesta Keluarga Kudus. Saya bisa membayangkan sulitnya menjadi orang tua untuk dapat memahami pikiran anak, dan juga anak remaja kesulitan memahami, bahkan bisa frustrasi, menghadapi jalan pikiran orang tuanya akibat adanya kesenjangan teknologi (plus usia) yang ada. Walhasil salah satu pihak harus mengalah agar yang dekat tetap memelihara ‘kedekatannya’ dan yang jauh pun juga harus dikenal batas-batasnya… rasanya  sulit, karena yang membatasi hanya lah ‘jam tidur’ semata. Saat mata terlelap, saat itulah dunia ‘maya’ itu berhenti. Begitu mata terbuka, mereka mencari ‘dunia’nya kembali.

Di banyak milis beredar kisah cinta segitiga berjudul ” me, my wife and her BB” or ada lagi ” me, my wife and her FB”. Maka  tidak heran kalau ‘orang ketiga’ itulah yang telah memisahkan pasutri dan akhirnya memisahkan mereka pula dengan anak-anaknya. Yang jauh menjadi dekat, bahkan pasangannya juga tidak tahu dengan siapa belahan jiwa mereka berhubungan. Bisa lawan jenis, bisa juga sejenis….its on his/her hand. Yang dekat pelan-pelan menjadi jauh, dan akhirnya merasa tersingkir dan (semoga tidak) mencari dunia kesibukan yang lain.

Maka dalam long weekend liburan natal kali ini kami memilih untuk meninggalkan semua teknologi baik HP dan BB, untuk meluangkan waktu bersama mereka yang terdekat , ya .. siapa lagi kalau bukan anak-anak. Aturan yang kami sepakati no BB, no email no laptop no internet… hiks…HP pun hanya untuk menghubungi satu sama lain, seandainya diperlukan. Jangan tanya sengsaranya gak bawa HP dan BB berhari-hari, untung saja di wordpress bisa disiapkan renungan harian yang bisa di ‘scheduled’ untuk di published pada saat offline seperti ini. Well, berhubung prioritas telah ditentukan dan komitmen harus ditunjukkan, maka mau tidak mau harus mulai dengan yang ‘tua’ lah. Bisa gak sih memberi contoh betapa sulitnya mendobrak ‘tembok-tembok’  teknologi yang tadinya dianggap suatu kemajuan justru bisa menjadi penghalang ‘kedekatan’ hubungan darah? Rupanya selama liburan, kehilangan kontak dengan ‘yang jauh’ membuat tersiksa anak-anak kami sang generasi Y. Akhirnya terpaksa lah kompromi lintas generasi dengan membelikan SIM card lokal biar irit selama BBnya ON, daripada bayar ‘roaming’ kan? Juga daripada melihat muka-muka BT disekitar kita yang tidak bisa menikmati panorama negri jiran… hehehe…Untung juga BB saya di-lock jadi ‘terpaksa’  diistirahatkan sementara liburan. Disinilah teknologi tidak bisa menggantikan tatapan mata, sentuhan dan pelukan serta kehangatan yang timbul ditengah nikmatnya makan malam ditengah jalan. Bener-bener kami bisa tertawa lepas mentertawakan kebodohan diri dan berbagai keanehan disekitar kami.

Tidak mudah memang untuk memilih antara pergi merayakan natal bersama keluarga ‘lain’  bahkan sibuk wira-wiri jadi panitya natal di paroki seperti tahun-tahun lalu, atau memilih   tidak merayakan misa natal, jauh sementara dari urusan ‘paroki’ tapi bisa bersama dengan Gereja mini yaitu keluarga ‘sendiri’. Ya kali ini kami ‘terpaksa’ memilih tidak mengikuti misa natal seperti layaknya keluarga katolik lainnya. Pasti ada yang bisa menggantikan saya sebagai prodiakon di misa malam natal, tapi tentu saja tidak ada yang bisa menggantikan saya sebagai ibu-nya anak-anak kan?

Pesawat kami berangkat pas menjelang malam natal karena tertunda 3 jam. Sesampai tujuan masih harus beberapa jam di bis lalu pindah ke monorail. Masih harus keliling putar-putar bawa koper jalan kaki mencari alamat hotel. Boro-boro mau cari katedral, lha nyari hotel saja belum ketemu. Maklum baru pertama kali ke negeri jiran. Tapi satu hal yang pasti,  dalam liburan singkat ini kami  belajar memahami kembali satu sama lain dalam arti sesungguhnya. Tidak mudah menghadapi anak-anak  yang satu sama lain  beda usianya cukup jauh, tidak mudah juga mengatasi kesenjangan komunikasi dan usia. Tapi diatas itu semua, satu sama lain belajar untuk tetap saling mengasihi dan saling memperhatikan yang dekat, ya mereka yang terdekat dengan kita. After all, God knows what is best for us. Keutuhan keluarga tetap di atas segalanya, walaupun harus mengorbankan misa malam natal yang agung sekalipun manakala kesempatan itu datang. Kesempatan itu harus dicari dan diusahakan sebelum kita menyesal karenanya.  Kesempatan untuk menunjukkan kasih, kesempatan untuk mengatakan bahwa mereka lah yang terpenting dalam hidup kita. Kesempatan untuk mengatakan ” you are my everything”.

Selamat Natal semuanya, semoga semangat keluarga kudus tetap kita pelihara di jaman apapun kita hidup, karena itulah “Gereja” persekutuan umat Allah yang terkecil yang harus kita pertanggungjawabkan. Semoga semangat Bunda Maria dan Bapa Yusuf mempersatukan keluarga kudusnya tetap mengikat seluruh anggota keluarga kita, sampai saatnya tiba, saat dimana masing-masing anggota keluarga melangkah keluar meninggalkan keluarga inti menjawab panggilan Tuhan dalam kehidupan masing-masing.

===============================================================================================

Bacaan Injil Lukas 2: 41-52

Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.

Leave a Reply

Required fields are marked *.