Fiat Voluntas Tua

Ja’Im: Jaga Nama Baik Dong

| 0 comments

“Seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum”

Perempuan dalam suku bangsa paternalistik seperti Indonesia adalah warga negara kedua, karenanya usaha persamaan hak sering dinilai menghindari kodrat perempuan sebagai ‘konco wingking’ yang tempatnya harus dibelakang laki-laki. Melihat perjuangan rekan-rekan aktivis persamaan hak memang berat, bukan hanya dari perundang-undangan yang ada, sarana dan prasarana bagi kaum perempuan untuk mendapatkan pelayanan atas kesehatan reproduksi dan masa kehamilan bukanlah perjuangan mudah.  Bila kemiskinan menjerat, maka sudah pasti anak perempuan dikorbankan untuk tidak bersekolah bahkan dikawinkan di usia muda agar tidak menjadi beban orangtua. Btw diantara para relawan  ini bukan hanya perempuan, tapi ada juga laki-laki pembela hak perempuan.

Saya tidak hendak mengajak kita semua menjadi pejuang hak perempuan, tapi kalau saja semua orang mengajarkan hal yang paling mendasar sejak masa anak-anak didalam keluarga, bahwa Allah menciptakan perempuan dan laki-laki sama berharganya dihadapan Allah, sungguh suatu investasi masa depan luar biasa bagi bangsa Indonesia. Kenapa anak laki tidak boleh menangis hanya dengan alasan seperti perempuan? Apa salahnya dengan menangis, karena justru hasil riset prikolog menunjukkan wanita lebih berdaya tahan saat menghadapi stress karena mereka bisa menangis kapanpun mereka mau.  Mengapa anak perempuan tidak boleh panjat pohon dengan alasan nanti seperti laki-laki? Anak-anak perempuan kreatif bisa melampiaskan ekspresi diri mereka asal kita mendampingi dan memastikan keamanan mereka. Paling-paling kalau tidak hati-hati jatuh dan menangis kan? Biarlah anak-anak perempuan dan laki-laki tumbuh dibesarkan para orang tua dengan kasih Allah yang menghargai semua martabat manusia : laki-laki dan perempuan.

Satu nama yang jarang muncul dan hanya keluar di kisah Natal adalah Yusuf, sang penerus janji Allah pada Abraham dan juga keturunan  ‘trah’ raja Daud. Rupanya ditengah kuatnya paternalistik kaum Yahudi, Yusuf ini termasuk laki-laki pejuang hak perempuan. Bukan perempuan lain yang dibelanya, tapi ia perjuangkan hak istrinya. Ia melindungi istrinya sendiri, ia tidak mau merusak nama baik istrinya. Hukum Yahudi bisa membuat calon istrinya yang mengandung sebelum menikah, dihukum rajam sampai mati. Yusuf yang sempat terpikir untuk menceraikannya diam-diam, akhirnya tunduk pada pimpinan Tuhan melalui pesan malaikat dalam mimpi. Mungkin kalau laki-laki lain mendapati tunangannya hamil sebelum menikah, akan menjadi berang dan mempublikasikannya justru demi menjaga nama baik sang laki-laki; bahkan kalau perlu diarak dan dibawa ke polisi karena berzinah. Laki-laki berzinah biasa, tapi tidak untuk perempuan.

Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Memang mudah bagi kita membicarakan kejelekan orang lain, apalagi pasangan kita yang  mengecewakan bahkan menyakitkan hati kita. Inilah bahayanya. Dalam penuturan romo Maryo berbagai kasus menunjukkan  beberapa laki-laki/suami dengan mudah menceriterakan isterinya yang kurang melayani dengan baik kepada rekan kerjanya di kantor; jika diceriterakan kepada rekan laki-laki pasti akan menjadi bahan rekreasi murahan, sedangkan diceriterakan kepada rekan perempuan ada bahaya ke perselingkuhan.

Hal sebaliknya juga dapat terjadi bagi para wanita, manakala mereka menceritakan keburukan pasangannya, maka hanya akan menjadi gossip murahan yang tidak ada artinya kecuali kepuasan diri. Tapi kalau diceritakan kepada lawan jenis… wah bisa menyulut api perselingkuhan juga. Marilah meneladan Yusuf, yang “berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan”, berarti setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan atau melaksanakan dengan setia aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan kewajiban kita masing-masing termasuk janji pernikahan.

Salah satu penjelasan tentang KASIH dalam 1 Korintus 13:4-7 menyatakan Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Memang tidak mudah mengasihi saat orang-orang yang kita kasihi mengecewakan kita… but that is what we need from God. Kita perlu kekuatan Tuhan untuk lebih mengasihi mereka yang menyakiti hati kita. Santo Yusuf sudah menunjukkan ketaatannya, dan ia terpilih menjadi orang istimewa dalam proses sejarah kelahiran Sang Juru Selamat. Kalau kita ingin menjaga nama baik kita, tentulah kita juga memeliharanya dengan baik. Demikian juga kalau kita tidak ingin orang merusak nama baik kita, jangan juga merusak nama baik orang lain. Marilah kita saling “Ja’Im” saling menjaga image, bukan dalam arti negatif, tapi saling memelihara nama baik satu sama lain dengan tidak menceritakan keburukan/kekurangan orang lain.  Think positif on others.

Bayangkan saja kalau ia menolak seperti umumnya laki-laki, maka sudah pasti jalan cerita akan menjadi lain. Tapi Yesus tetap akan lahir, rencana Allah tetap harus terjadi karena Ia dapat memilih manusia lain yang bersedia menjadi perwujudan rencana keselamatannya. Maukah kita menjadi sarana keselamatan bagi orang lain? Tidak perlu pusing dengan bagaimana menjadi pewarta Kabar Baik seperti para evangelis, tapi kalau saja kita cukup tidak membicarakan keburukan pasangan kita, itu sudah menjadi tanda bahwa kita mengasihinya. Kalau saja kita bisa mencegah seseorang anggota keluarga atau teman kita melakukan aborsi, wah… kita sudah menjadi penyelamat bagi sang jabang bayi. Kalau saja kita bisa membantu perempuan agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat, anda menyelamatkan dua orang yang berharga bagi Tuhan: ibunya dan bayinya. Anda juga bisa dipakai Tuhan sebagai sarana keselamatan dan pembawa damai bagi banyak orang, betapapun kelamnya masa lalu kita. Trust me… well, if you don’t trust me than trust Him, Immanuel, our saviour.

===============================================================================================

Bacaan Injil Matius 1:18-24

“Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” — yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,”

Leave a Reply

Required fields are marked *.