Fiat Voluntas Tua

Pewarta: Penabur Benih

| 0 comments

“Adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Uskup Agung Merauke Mgr Niko Adi, merupakan Uskup termuda yang ditahbiskan di Indonesia, berkesempatan memberikan pengajaran dalam temu pewarta mimbar se KAJ hari ini di Shekinah. Dihadapan lebih dari 250 pewarta yang hadir hari ini beliau mengingatkan para pewarta untuk senantiasa kembali menggali Injil dan Firman Tuhan, bukan untuk kebutuhan para umat yang akan dilayani, tapi juga bagi diri sendiri. Dalam kehidupan seorang pewarta mimbar, sering sekali kita dituntut harus mempersiapkan renungan dengan membolak-balik Alkitab dan berdoa agar pewartaan yang disampaikan bisa berkenan bagi umat yang hadir.  Hal ini memang harus dilakukan sebagai bagian dari persiapan dalam membawakan renungan yang telah dijadualkan. Tetap perlu refleksi pribadi dimana  kita setiap harinya menyediakan diri untuk berdoa dengan senantiasa bertanya apa yang Tuhan maksud dengan sabdaNya hari ini bagi saya pribadi ?

Panggilan sebagai pewarta bagi seorang awam adalah panggilan yang diperlukan untuk memastikan iman itu seperti benih yang senantiasa ditaburkan dimana-mana, tetapi juga perlu ditumbuhkan dan dipastikan bisa bertahan diantara segala godaan dan ilalang dunia. Apapun profesi kita sebagai pewarta, dimanapun kita berada, benih iman senantiasa ditebarkan. Tetapi diluar itu kesaksian iman akan kehidupan pribadi justru menjadi pupuk yang menyuburkan iman itu sendiri. Maka seorang pewarta harus sungguh-sungguh menghidupi Sabda yang diwartakannya.  Maka panggilan sebagai pewarta adalah panggilan yang disertai pengorbanan karena senantiasa dituntut untuk selalu menyangkal diri dan memikul salib seperti Kristus.

Disisi lain walau kehidupan para pewarta penuh dengan pengorbanan, bahkan dengan segala kesederhanaan duniawi, umumnya pewarta memiliki banyak sahabat seiman dan bahkan tidak seiman.  Banyak pewarta yang mengalami kejadian hal tak terduga yang tidak dapat diukur dengan uang,  justru karena mereka hidup dengan ketulusan dan kepasrahan pada Allah Bapa.  Pewarta dituntut untuk senantiasa lebih sabar dan akhirnya kesaksian hidupnya menjadi tanda kehadiran Allah yang hidup bagi sesamanya.  Maka setiap pewarta diharapkan menghidupi semangat : communio – sanctifica – anzio; senantiasa memiliki komunitas yang saling mendukung dalam bertumbuh, saling mendoakan saat mengalami cobaan dan tantangan hidup. Pewarta juga senantiasa memelihara pengudusan diri senantiasa. Dan akhirnya selalu sadar bahwa tugas perutusan mereka adalah menebarkan benih dan menumbuhkan iman disekitarnya melalui kesaksian hidupnya.

===============================================================================================

Bacaan Luk 18:1-8

“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Leave a Reply

Required fields are marked *.