Fiat Voluntas Tua

A Friend in Need is A Friend Indeed

| 1 Comment

“Siapakah sesamaku manusia?”

Rasanya pepatah berbahasa Inggris ini paling pas untuk menjawab pertanyaan “Siapakah sesamaku manusia”: A friend in need is a Friend indeed – Teman yang sesungguhnya adalah teman yang hadir disaat kita membutuhkannya.   Kita mungkin sulit membayangkan perumpamaan Yesus melalui bacaan hari ini dalam kehidupan keseharian kita. Tapi mungkin kisah ini menarik untuk disimak sebagai refleksi pribadi ,dan mungkin ada banyak kisah serupa disekitar kita.

Seorang kaya raya bergelimang harta, selalu dikelilingi teman-teman menikmati kehidupan hura-huranya. Suatu hari jatuh bangkrut karena terlibat korupsi dengan pejabat pemda. Hartanya habis, keluarganya terlantar karena ia masuk penjara. Tidak ada teman-temannya yang setia menemaninya berhura-hura mampir datang menjenguk bahkan menelponnya. Rupanya masih tersisa seorang kawan yang sempat menelponnya di saat ia dalam kesusahan, menemaninya dalam menghadapi berbagai persidangan bahkan mencarikan saksi-saki yang meringankannya. Ketika dalam tahanan ia datang mengunjungi, bahkan saat anaknya sakit ialah yang membiayai ongkos rumah sakitnya. Waktu hukumannya habis ia mendapatkan sedikit modal dari temannya ini untuk menjadi agen minuman ringan agar dapat menopang hidup keluarganya. Disinilah ia tahu, arti teman yang sesungguhnya yaitu mereka yang setia justru disaat ia dalam kesulitan.

Kisah lain, seorang remaja putri karena suatu hal, jatuh dalam pergaulan bebas sehingga hamil. Terpaksa ia harus keluar dari sekolah dan melahirkan disuatu tempat yang dirahasiakan keluarganya. Dalam kesendirian, tidak ada teman yang mencari dan menyapa si bunga sekolah ini. Tidak ada lagi sanjungan dan perhatian teman-temannya kecuali seorang teman yang tidak pernah diperhatikannya saat ia masih bersekolah. Dengan setia ia menanyakan kebutuhannya, bahkan bersedia menempuh perjalanan jauh hanya untuk menyapanya. Saat anaknya lahir, temannya hadir mengucapkan selamat dan membawakan sedikit peralatan bayi.  Saat inilah ia sadar, siapa teman yang sesungguhnya, teman sejati yang setia menemani dan mengajaknya bangkit justru saat ia merasa dijauhkan dan ditinggalkan.

Kita mungkin sulit untuk menjadi teman bagi semua orang, apalagi berusaha menyenangkan semua orang dengan keterbatasan waktu, kesempatan dan uang. Tetapi bila kita memiliki kepedulian, kita tahu pasti siapa yang paling membutuhkan teman, yaitu mereka yang ditinggalkan banyak orang, mereka yang dijauhi banyak orang karena suatu hal. Bisa jadi salah satu kawan kita dalam kesendirian menghadapi kesulitan, bisa jadi mereka juga adalah orang-orang yang tidak kita kenal sebelumnya. Walaupun demikian saat kita menolong dan menemani mereka dengan tulus, dengan menganggap mereka adalah bagian dari ‘keluarga’ kita, kitapun akan mendapatkan seorang teman yang pasti setia nantinya. Teman yang memberikan apa arti kehidupan sesungguhnya, bukan teman yang artifisial.

Semoga dengan banyaknya bencana, kesulitan ekonomi, tantangan kehidupan disekitar kita, tidak membuat kita menjadi orang yang menghakimi dan ikut menyisihkan mereka tetapi tidak berbuat apapun untuk menolong. Tetapi justru membuat hati kita semakin terbuka untuk melihat siapakah diantara sekian banyak orang yang paling membutuhkan teman. Dan kita bersedia menemani serta mendampingi nya mengarungi lembah kehidupan untuk membangkitkan semangat dan harapan  akan kehidupan yang lebih baik .

==============================================================================================
Bacaan Luk 10:25-37

“Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”

Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”

Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

One Comment

  1. kita sedang ada diskusi efisiesni kertas untuk menyelamatkan hutan dan pohon di http://ahnku.wordpress.com/2009/10/11/cintai-lingkungan-dengan-efisisensi-kertas/ berikan masukan ya…(Bahasa Indonesia)

Leave a Reply

Required fields are marked *.