Fiat Voluntas Tua

Kesempatan Kedua

| 0 comments

“Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

Beberapa kali saat ditelpon untuk meminta membawakan renungan, sang penelpon sering berkata ” Bu Ratna, sebelumnya minta maaf ya, anggota PD kami sedikit, gak seperti PD besar lainnya. Kita cuma PD ‘kecil’ lho.” Saya suka jengkel mendengar penjelasan seperti ini, apalagi kalau yang bicara adalah pengurus PDKK. Tidakkah ia tahu bahwa bagi Tuhan seorang yang bertobat harganya jauh lebih mahal dan sangat berarti? Ia meninggalkan 99 dombaNya untuk mencari satu yang terhilang. Saya selalu menjawab,  tidak apa  berapapun yang datang Firman Tuhan harus diberitakan. Bahkan kalau yang datang satu orang pun akan tetap saya layani. Siapa tahu ia bakal menjadi rasul besar seperti Matius kan?

Kisah pertobatan Matius merupakan salah satu kisah fenomenal yang menarik. Jarang penulis menyebut nama seorang pendosa, artinya kisah inipun juga bisa berulang bagi kita atau bagi siapapun kerabat kita yang belum bertobat. Ini merupakan kesaksian pribadi yang dituliskan Rasul Matius sendiri. Bisa dibayangkan kalau saja Yesus tidak memanggilnya, Injil Matius bisa berganti cerita, doa Bapa Kamipun mungkin tidak dituliskan disini. Matius yang pemungut cukai, disisihkan diantara bangsanya sendiri. Ia merasa terbuang, merasa tak berharga. Pekerjaan yang bergelimang uang, tapi dinilai nista dihadapan bangsanya karena ia memungut cukai dari bangsanya sendiri untuk disetorkan bagi bangsa Rumawi sang penjajah. Saat ia termenung, ia melihat rombongan Yesus melewati rumah pajak. Yesus disertai rombongan besar merupakan selebriti waktu itu. Mungkin dalam hati kecilnya ia berkata orang seperti apakah Yesus itu, pastinya orang baik sehingga bisa menarik perhatian begitu banyak orang.

Yesus tahu ada kerinduan didalam hati Matius, kerinduan untuk disapa, kerinduan untuk dihargai sebagaimana manusia, karena ia merasa sebagai manusia tidak berharga… apalagi dibandingkan Yesus saat itu. Kepekaan Yesus akan kebutuhan Matius membuat ia peduli dan melangkahkan kaki ke rumah cukai. Yesus menatap mata Matius tajam dan mengajaknya untuk ikut serta. Tentu saja Matius kaget setengah mati, kok Yesus bisa tahu keinginannya? Ia tidak menunggu kesempatan kedua, inilah kesempatan yang ia tunggu. Hanya Yesus orang Yahudi yang mau menyapanya, apalagi mengajaknya ikut serta. Ia tinggalkan semua nya dan mulai mengikuti Yesus.

Kita selalu diberikan kesempatan untuk bertobat, justru saat kita merasa tidak layak menerima kehadiran Tuhan. Ambillah kesempatan itu, tanpa keraguan tanpa pertimbangan untung rugi. Karena disaat itulah Roh Kudus sendiri yang telah kita terima saat kita dibaptis, mengingatkan kita “hei… ayo bertindak sekarang” – persis seperti saat Matius disapa Yesus sendiri. Tapi kebanyakan dari kita memilih lebih mendengarkan pertimbangan pribadi, daripada mendengarkan suara Tuhan yang memanggil kita. Kita mungkin pernah bertanya-tanya “bagaimana caranya mendengar suara Tuhan?” tapi sering kita menolak mendengar suara Tuhan mengajak kita untuk kembali kepadaNya dan bergabung serta ikut denganNya. Itulah panggilan yang paling lembut dari Nya, begitu lembutnya sehingga kita sering tidak memperdulikannya.

Semoga kita selalu mengasah kepekaan hati kita juga untuk selalu mendengar ajakan Tuhan untuk kembali bergabung denganNya. Semoga juga kita semakin peka dan peduli melihat saudara-saudara kita yang membutuhkan ‘sapaan’ dan pelukan untuk kembali kepadaNya. Jangan lah kita menjadi bagian kelompok yang senantiasa menghakimi ‘orang-orang pendosa’ karena kita pun adalah pendosa yang telah diberikan kesempatan bertobat. Jadi berikanlah juga kesempatan kedua bagi mereka semuanya. Bila matahari terbit setiap pagi, berarti selalu ada kesempatan kedua bagi siapapun untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan. BerkatNya selalu baru setiap pagi termasuk rahmat pertobatan bagi kita, bagi semua orang. Maka satu orang bertobat jauh lebih berharga bagi Tuhan dibandingkan orang-orang sehat yang ada.

==============================================================================================

Bacaan  Mat 9:9-13

“Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid- Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: “Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.