Fiat Voluntas Tua

Jadi Nabi Bagi Orang Lain

| 0 comments

“Imanmu menyelamatkan engkau”

P8170029Saya kadang suka heran dengan perilaku beberapa orang yang hobbynya (maaf) menjamu para ulama, tokoh masyarakat termasuk para romo. Masalahnya bukan karena saya tidak bisa melakukannya, tapi terkadang ada kemunafikan disana. Betulkah mereka akan melakukannya lagi bila ybs sudah tidak menjabat lagi sebagai romo paroki atau pejabat keuskupan? Yang bikin gemes adalah sumber pemecah belah umat akibat adanya berita miring itu terjadi justru di kalangan seperti itu. Yang lain merasa iri hati karena romo anu pergi dengan si ini, akhirnya tersebar berita si romo begini dan begitu. Padahal pastilah sang romo tadi pun kalau diundang keluar masuk gang dan kampung untuk duduk makan bersama di Amigos (agak minggir got sedikit) juga tidak akan menolak. Tapi stigma ‘makan’ dengan romo itu harus berkelas dan mahal justru membuat kasta tersendiri dalam umat. Maka yang terjadi masing-masing merasa berhak jadi nabi yang menghakimi orang lain, termasuk menghakimi sang romo. Mungkin ini ‘berkah’nya jadi pengurus Dewan Paroki harus menghadapi berbagai kelompok umat yang saling tarik ulur berebut ‘pengaruh’. Duuuh…

Injil hari ini mengingatkan kita untuk menerima siapapun dalam ‘rumah’ hati kita. Entah dia pendosa, entah dia romo atau siapapun, biarlah kita bukakan pintu hati dan mengajaknya makan seperti keluarga sendiri. Tanpa penghakiman tanpa penilaian, tanpa menunggu hari Lebaran pintu maaf terbuka setiap saat. Karena justru disitulah esensi kasih, seseorang yang diterima utuh dengan segala kelemahannya justru merasa dihargai dan diterima sebagaimana Tuhan kita menerima kita manusia apa adanya. Kita sendiri merasakan bagaimana bedanya perlakuan tuan rumah bilamana menerima kita sebagai tamu, duduk di teras dan di ruang makan keluarga. Kita memang satu dalam keluarga … keluarga Allah yang saling mengasihi (seharusnya).

==============================================================================================
Bacaan Luk 7:36-50

“Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”……Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?” Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”

Leave a Reply

Required fields are marked *.