Fiat Voluntas Tua

Suatu saat, Tuhan menjumpaiku. Dia menyapaku, …

| 0 comments

Sahabatku, Saat engkau sedang cemberut dan bermuka muram karena engkau tidak sanggup menyelesaikan masalahmu sendiri. Tuhan bertanya kepadamu, “Siapakah Aku ini bagimu? Mengapa engkau enggan mengundang-Ku terlibat dalam masalahmu?” Saat engkau tidak mampu mendidik anakmu, bahkan putus asa, karena kenakalan anakmu yang sulit diatasi. Tuhan berbisik di telingamu, “Kenapa engkau diam, tidak bertanya pada-Ku? Aku mau mengajarimu mendidik anakmu!”

Saat engkau tidak lagi mampu mencintai suami, isteri, dan anak-anakmu, saudaramu serumah, karena masa lalu yang begitu pahit, traumatis dan menyakitkan hati, jiwa dan ragamu, Aku tidak tahan untuk meyakinkanmu, “Aku menyertaimu”! Namun, suara-Ku tidak engkau dengarkan, engkau malah berpaling daripada-Ku dan sibuk kesana kemari, jalan-jalan di supermarket untuk melepaskan kejenuhan & rasa sakitmu! Padahal, aku mau menolongmu, memberikan kasih-Ku kepadamu agar engkau mampu mengasihi saudaramu serumah!Namun, Aku berharap engkaulah yang meminta kasih-Ku itu, karena Aku tidak mau memaksakan kehendak-Ku padamu, agar engkau tulus menerima kasih-Ku!

Saat engkau merasa disaingi oleh teman-temanmu, bahkan pendapatmu tidak lagi diterima, sebagai pendapat yang bermutu, engkau begitu murung dan kecewa pada temanmu. Mengapa engkau membiarkan dirimu kecewa karena pendapatmu ditolak, bukankah Aku jauh lebih menerima dirimu seutuhnya tanpa syarat apapun. Berpalinglah pada-Ku, lihatlah tangan-Ku, Kurentangkan agar engkau datang berlari menemui-Ku. Ku-katakan padamu, “Aku menerima engkau seluruhnya, pikiran, perasaan, bahkan luka-lukamu! Kuganti hatimu yang terluka dengan hati-Ku yang sudah lebih dulu terluka, agar engkau hidup dalam pengharapan, sehingga engkau sanggup kehilangan harga diri dan gengsimu!

Saat engkau merasa tidak disapa oleh saudaramu serumah: suami, isteri, anak-anakmu, bahkan juga sahabatmu yang katanya dekat sekalipun, Aku sudah selalu menyapamu. Engkau tidak mendengarkan sapaanku setiap saat, karena engkau selalu berharap disapa manusia. Engkau merasa sapaanku kurang engkau mengerti! Mungkinkah sapaan-Ku engkau mengerti, bila engkau mencari kepastian sapaan yang menyenangkan, sementara engkau menghindari sapaan yang menegur dan memperingatkanmu? Sapaan-Ku kerap kali menegurmu, agar engkau tumbuh dewasa sebagai anak-anak Terang…namun engkau lebih suka menjadi anak-anak kegelapan. Tidaklah mungkin kakimu, satu melangkah dalam Terang, yang satu lagi melangkah di dalam Gelap. Pilihlah yang paling Kukehendaki, agar engkau hidup dalam Terang!

Akhirnya, bolehkah Ku-bertanya padamu, “Siapakah Aku sebenarnya, dalam hidupmu? Bolehkah Aku menjadi Tuhan-mu dalam perjalanan hidupmu?” Aku pun menjawab, “Tuhan, Engkau boleh tinggal dalam hidupku! Maafkan aku seringkali membiarkan Engkau tinggal di teras rumahku, tapi Engkau jarang kuajak masuk di kamar hatiku!”

Have a nice and blessed weekend! Blasius Slamet Lasmunadi Pr

Leave a Reply

Required fields are marked *.