Fiat Voluntas Tua

Rahasia Muna-nya Farisi

| 0 comments

“Bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu maka sebelah luarnya juga akan bersih”

Orang yang paling taat aturan Jahudi adalah orang Farisi, mereka tidak akan lupa segala aturan tetek bengek sampai hal yang sekecil-kecilnya. Tidak hanya itu, mereka dengan sengaja menyerang dan membanding-bandingkan orang lain yang tidak menjalankannya. Mereka bisa mengamat-amati apa saja yang dilakukan orang lain dan sangat senang menemukan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Dan dengan menggunakan ‘corong’ posisi keagamaan mereka, bisa saja mengumumkan siapa dan apa saja pelanggaran yang telah dibuat setiap orang. Intinya, saya tahu siapa saja yang tidak taat aturan…. kecuali saya. Senang menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain, tapi lupa bahwa dengan satu jari menunjuk ada tiga jari mengarah pada diri kita kembali.

Bukankah kita juga sering tanpa sadar melakukannya? Tanpa sadar kita menggunjingkan kelemahan orang-orang lain, apakah pengurus lingkungan, Dewan Paroki bahkan romonya sekalipun. Terjadi juga diantara obrolan makan siang,  mentertawakan kelemahan  atasan dan bahkan para pemimpin negara kita. Menjadi sumber berita ‘grapevine’ atau berita miring yang tidak jelas kebenarannya seperti infotainment, sudah menjadi kebiasaan dan keseharian kita. Karena memang itulah yang laku di jual di media elektronik.

Kita lupa bahwa dengan melakukannya kita menggunakan topeng kemunafikan. Kita telah memberi makanan negatif pada pikiran kita, sehingga yang diucapkan pun menjadi negatif, soal keburukan orang lain, dan akhirnya kita tidak melihat bahwa diri kita sebenarnya ‘tidak lebih baik’. Makanan pikiran negatif inilah yang membutakan kita terhadap hal yang lebih penting yang diingatkan Jesus. Keadilan, belas kasihan dan kesetiaan harus terus dipelihara dalam hati kita. Tidak mungkin kita memiliki kepedulian akan keadilan disekitar kita, tidak mungkin memelihara belas kasihan dan terus menerus setia saat pikiran kita dipenuhi pikiran-pikiran negatif tentang orang lain.

Janganlah kita menjadi sumber pembicaraan tentang kelemahan orang lain, tetapi justru disaat terjadi hal demikian dimana kita berada diantara mereka yang membicarakannya, kita memelihara belas kasihan kepadanya.  Kita perlu menyadari bahwa kita tidak lebih baik daripadanya, kitapun memiliki kelemahan. Peliharalah ketulusan hati untuk mengakuinya, bersihkanlah hati dan pikiran kita. Maka yang keluar dari perkataan kita adalah kata-kata yang positif, kata-kata yang meneguhkan dan memberikan harapan. Perkataan yang menunjukkan keadilan, belas kasihan dan kesetiaan kita untuk tetap berfikir positif. Setia pada hal yang kecil memang sulit, karena kita sudah menjadikannya kebiasaan buruk. Tetapi bila senantiasa dilakukan, pasti berubah menjadi kebiasaan yang baik. Semoga kita tidak lebih muna dari orang Farisi.

==============================================================================================

Bacaan Mat 23:23-26

“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih”

Leave a Reply

Required fields are marked *.