Fiat Voluntas Tua

Berdamai dengan Alam

| 0 comments

“Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya.”

Sungguh sifat manusia pada umumnya yang selalu ingin mencoba dan bermain-main, bahkan cenderung tidak peduli, sebelum ada berakibat fatal yang kiranya merengut korban manusia. Tapi khusus manusia Indonesia seperti punya syndrome amnesia, begitu mudah melupakan musibah, bencana maupun malapetaka dan tidak mau belajar. Akhir-akhir ini kita sering kali mengalami bencana alam, dan kebanyakan bencana alam yang terjadi akibat sikap yang mengabaikan tanda-tanda alam, bukan hanya itu saja, demi keserakahan akan sejumlah materi kita merusak alam, contoh kasus yang paling baru terjadi adalah jebolnya tanggul air di Situ Gintung peninggalan Belanda. Dulu tanggul ini dibuat dengan perhitungan yang matang dan dipelihara dengan baik, bahkan lahan disekitarnya harus aman dari manusia, tetapi sejak jaman orde baru hal tersebut menjadi berubah menjadi lahan tinggal sehingga alur air dari tanggul menjadi tertutup dan berbalik menjadi bencana.

Yesus mengingatkan kita, bahwa kita tidak perlu takut terhadap alam bahkan bisa menguasainya, jika kita bersahabat dengan alam. Akhir-akhir ini cuaca semakin tidak bersahabat, angin ribut beberapa kali merusak rumah-rumah tinggal, padahal dahulu tidak pernah terjadi, hal ini karena banyaknya hutan yang digunduli demi kepentingan segelintir orang. Hutan selain berfungsi sebagai paru-paru dunia juga sebagai pelindung agar tanah tidak erosi, selain itu juga sebagai benteng penahan serbuan badai angin yang umumnya datang dari lautan.

Kesadaran akan tanggung jawab kepada lingkungan yang sudah rusak bukan lagi merupakan tanggung jawab negara atau orang lain, tetapi adalah tanggung jawab setiap umat manusia, jika tidak mau berubah, maka kiamat akan segera datang karena ulah kita sendiri, berakibat bumi sudah tidak mampu menanggung beban yang semakin berat.

Sekarang kita harus melakukan sesuatu agar terhindar dari kemarahan alam, maka mengembalikan fungsi hutan, tidak membuang sampah sembarangan serta bersahabat dengan alam merupakan hal yang sungguh mendesak. Semua ini menyangkut ekosistem yang stabil, mungkin apa yang kita lakukan tidak berpengaruh langsung, tetapi cepat atau lambat kita akan merasakannya. Mari kita bangkitkan kesadaran global untuk menyanyangi bumi sebagai umat yang beriman.[Samsi Darmawan]

================================================================

Bacaan Yoh 8:21-30

“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: “Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.” Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya”

Leave a Reply

Required fields are marked *.