Fiat Voluntas Tua

Sayang Anak

| 0 comments

Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!”

Seberapa besar rasa sayang kita terhadap anak? Hal ini tampak mudah dijawab, namun sulit untuk diterapkan. Karena sebagai seorang ayah, bapak atau papa, pastilah sayang terhadap anak, selalu ingin membahagiakannya dan kita bekerja mencari nafkah pun bagian dari tanggung jawab memelihara mereka, tetapi tanpa disadari kerap kita sebagai orang tua, terutama ayah, bertingkah laku mengecewakan mereka.

Saat ini saya sungguh menyadari, agak sulit mencari waktu yang pas untuk ngobrol dengan Theo – anak sulung saya, yang sejak dulu bangga sekali dan selalu mengatakan ingin seperti “papa yang hebat” katanya, tetapi ketika itu saya kerap meninggalkannya dengan kesibukan sendiri, akibatnya hubungan kami tidak terlalu dekat, kecuali dia dengan ibunya.

Ketika dia membutuhkan, selalu saja ada kesibukan atau halangan yang harus didahulukan, kadang saya sendiri memilihnya kesibukan itu, karena lebih menyenangkan dan memang demi kepentingan diri sendiri. Setiap kali Theo meminta saya untuk menemani, selalu saya katakan “Sabar ya tatu Nanti ya, papa atur waktunya dulu” seolah-olah anak harus mengerti akan kesibukan orang tua, kecuali kalau dia sakit.

Memang Theo akhirnya mengerti dan menyesuaikan diri, dan benar saja dia mulai seperti saya yang sibuk dengan teman-temannya, sehingga untuk pergi bersamanya mencari sesuatu atau makan bersama, mulai kesulitan mencari waktu yang pas. Untunglah kesadaran ini muncul sebelum terlambat lebih dalam lagi, dan saya terus memperbaiki hubungan tersebut, minimal tidak menular pada adik-adiknya.

Kemarin Theo minta ditemani kesalah satu Mal besar untuk mencari sepatu, tetapi saya tahu bahwa tujuan utamanya bukan hanya mencari sepatu, karena ketika sepatu yang dicari itu tidak ada rona wajahnya biasa saja, ternyata dia ingin bertemu temannya dan minta diantar, walau ada rasa malas dan janji untuk rapat dengan paroki, saya merelakan diri untuk menemaninya ke mal tersebut hingga 4 jam, ketika pulang ada raut bahagia di wajahnya, saya hanya mengucapkan syukur kepada Tuhan, karena bisa mengutamakan keluarga.

Ada cerita seorang teman, bahwa anaknya yang lebih berbahagia ketika sakit, karena pada saat itulah kedua orangtuanya selalu ada disisinya secara bergantian atau bersama, bahkan ketika itu pula kedua orangtuanya segera hadir ketika dia memanggil, bahkan berdoa bersama untuk kesembuhannya, seperti pegawai istana yang mengharapkan mukjizat dari Yesus agar anaknya tidak mati. Marilah memperbaiki diri sebelum terlambat. [Samsi Darmawan]

===============================================================================

Bacaan Yohanes 4:43-54

Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah ia tiba di Galilea, orang-orang Galileapun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiripun turut ke pesta itu.

Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.”

Pegawai istana itu berkata kepada-Nya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.”

Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup.

Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.”

Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.


Leave a Reply

Required fields are marked *.