Fiat Voluntas Tua

Mendadak Seleb

| 0 comments

Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.

Adalah manusiawi sekali saat kita berubah dari “nobody” to “somebody”, ada kenikmatan tersendiri. Saat tidak ada orang tahu siapa kita lalu berubah menjadi seseorang yang disebut-sebut karena dikenal memiliki sesuatu yang spesial, yang membedakan kita dari orang biasa. Saat kita hanya seorang “nobody” mungkin orang lain cuma bilang “eh, siapa sih dia?”. Atau mungkin juga tidak ada yang peduli bahkan memberi perhatian pada keberadaan kita. Begitu pentingnya menjadi bagian dari suatu komunitas, sehingga orang-orang yang ‘nobody’ dan tersingkirkan sering merasa hopeless, tidak ada artinya karena tidak dianggap keberadaannya, bahkan saat depresi berat sering mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.

Di ekstrim yang lain, bila kita mulai dikenal sebagai ‘somebody’, punya titel atau identitas, maka orang memang bertanya “eh, siapa sih dia?”. Tapi begitu disebut titel, identitas dan karyanya, maka sambutannya pun berubah menjadi “Ooo… si itu ya? Pantesan. Seleb tha?” Maksudnya orang terkenal lah, serupa selebritis, yang banyak dikenal orang tapi tidak mengenal orang pribadi lepas pribadi. Banyak media akibat kecanggihan teknologi memungkinkan itu terjadi, orang banyak melihat apa yang dilakukan, apakah kegiatan, tulisan, ucapannya dsb. Mendadak seleb pun menjadi impian banyak orang, karena ada kenikmatan disana, ada pengakuan disana sebagai orang yang lebih di atas sedikit dari orang banyak pada umumnya. Maka acara TV seperti AFI, Idola cilik dan berbagai ajang acara membuat seleb instan menjadi incaran banyak orang, khususnya orang muda bahkan sampai anak-anak. Yang penting jadi selebnya, dengan cara apapun, agar hidupnya berubah menjadi ‘somebody’. Demikian juga para blogger, berusaha memuat apapun agar traffic  dan hitsnya naik terus. Dengan kunjungan orang maka siapa tahu sen demi sen dan dollar dollar mengalir kedalamnya, ‘message’ atau konten blognya sudah gak penting lagi. Yang penting ia dikenal dan blognya ramai lah, maka gak heran kalau rata-rata blogger jadi narsis, menceritakan dirinya sendiri. Lha pemrednya dia-dia juga, terserah dia lah mau menulis apa kan?

Inilah bahayanya juga kalau ikut Tuhan, menjadi murid Kristus, yang juga mendadak ikut beken. Para murid pun menjadi ikutan ‘nebeng beken’, dicari orang untuk ditanya-tanya. Apa program Yesus seminggu ini, ada dimana, sampai jam berapa, dan kalau bisa minta urutan pertama. Jangan-jangan juga ada uang pelicin supaya gak perlu antri. Siapa tahu kan? Orang banyak pun sudah gak melihat lagi mengapa Yesus datang, yang penting aku atau anakku itu sembuh. Ada godaan disana, mereka berharap Yesus pun melayani permintaan orang banyak sehingga mereka juga dianggap sebagai dewa penolong para orang sakit. Para murid mulai lupa apa misi awalnya Yesus sebenarnya dan agak-agak enggan diajak meninggalkan kerumunan dan pergi ke desa dan kota lainnya. Wah.. taruhan nama nih,  karena sudah keburu tebar janji dan tebar pesona; mungkin begitu pikiran sementara murid Yesus ya?

Padahal Yesus benar-benar datang untuk memberitakan Kerajaan Allah, mempertobatkan orang bahwa sekarang mereka memiliki kesempatan untuk langsung berjumpa dan menerima rahmat Allah. Ia menyembuhkan mertua Petrus karena Ia mengenalnya secara pribadi, menjadi ikut sedih dan peduli seperti layaknya ibunya sendiri yang menderita sakit. Relasi yang dekat seperti itulah yang menggerakkanNya untuk menjamah dan menyembuhkan mertua Petrus. Rupanya kabar dari mulut ke mulut paling efektif, dulu belum ada kecanggihan teknologi seperti sekarang. Kalau Yesus hidup sekarang ini, mungkin kemana-mana sudah diikuti wartawan dan kameraman dari 7-10 stasiun TV yang meliput kegiatannya dari hari ke hari. Itulah yang dijual media agar buanyak orang melihat dan mengikuti acara di TV nya. Bisa terbayang kalau kita jadi murid Yesus, kelabakan mendapat serbuan orang banyak yang ingin dilayani dan didahulukan. Akibatnya sudah pasti : no privacy at all. Apapun yang Yesus lakukan semua orang ingin mengetahuinya, tapi belum tentu mengikutiNya.

Privasi itulah yang dicari Yesus, agar Ia  tidak kehilangan relasi akrab dengan BapaNya. Saat Ia sibuk karena dicari orang banyak yang ingin sembuh, Ia pun kehilangan waktu untuk menjalin hubungan, tidak hanya dengan Bapa tapi juga dengan orang-orang yang dilayaniNya. Tidak banyak waktu tersisa untuk mengenal orang-orang yang dilayaninya seperti Ia mengenal mertua Petrus. Demikian juga manakala kita terjebak pada kesibukan, terjebak ritual keagamaan, terjebak dengan kegiatan menggereja, kita pun kehilangan relasi akrab dengan Bapa karena waktu untuk berdoa menjadi minim dan badanpun sudah lelah. Kita kehilangan kesempatan membangun relasi akrab juga dengan sesama pekerja Kristus, sesama umat yang dilayani bahkan umat selingkungan kita tinggal. Kenikmatan sebagai ‘somebody’ seperti pengurus DP, penginjil bahkan song leader, menjadi godaan tersendiri. Aku menjadi semakin semakin dikenal, ke-aku-an kita terdongkrak menjadi lebih besar daripada Kerajaan Surga yang harus diberitakan.

Maka kita harus kembali seperti Yesus, adakalaya perlu sering-sering menyingkir meninggalkan kerumunan dan menjauhkan keinginan menjadi seleb, agar bisa kembali kepada visi semula. Visi utama kita adalah memberitakan Kerajaan Surga ke seluruh dunia, ke berbagai tempat dan pelosok jauh dari tempat kita berkarya. Misinya bisa berbagai cara, ada yang lewat panggilan sebagai pengusaha, karyawan, seniman bahkan pelajar dan ibu rumah tangga sekalipun. Sekali kita tenggelam dalam kesibukan maka mudah sekali kita tergoda dalam ajakan menjadi seleb serta melupakan visi dan misi utama kita sebagai pengikut Kristus. Semoga terang rahmat Allah selalu menuntun kita untuk menjaga dan membangun relasi dengan Bapa dan juga dengan orang-orang yang kita layani. Semoga kita selalu memiliki keinginan untuk menyingkir sejenak merenungkan kembali tujuan utama dan misi perutusan Allah bagi kita melalui talenta, profesi dan apapun yang ada pada kita.

==============================================================================================

Bacaan Markus (1:29-39)

Sekeluarnya dari rumah ibadat di Kapernaum, Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Yesus pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Yesus membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Keesokan harinya, waktu hari masih gelap, Yesus bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi, dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Yesus. Waktu menemukan Yesus, mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau.” Jawab Yesus,
“Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.” Lalu pergilah Yesus ke seluruh Galilea, memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.

Leave a Reply

Required fields are marked *.