Fiat Voluntas Tua

Unconditional Love

| 0 comments

Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Tiga hari ini memang betul-betul padat sampai rasanya mesti lari wira wiri kemana-mana sebelum saya tinggal ke semarang tiga hari. Tidur pun sampai terngimpi-ngimpi, maka sejak hari jumat pun jadwal penuh sesak sampai minggu. Jadi maaf kalau blog gak sempat terupdate. Sembari menunggu sekar yang ikutan lomba fashion show, saya merenungkan arti perikop hari ini. Persiapan dimulai dari mencari baju princess Belle (karena memang mau ikut lomba ‘princess-look-alike’ ke mangga dua hari jumat. Setelah bermacet-macetan malamnya sekar masih mempersiapkan bandonya dengan rangkaian bunga dari pita kuning. Sabtu pagi jam 6 sudah pergi ke salon untuk membuat rambut model belle. Jam 8 siap di sekolah menunggu  untuk tampil jam 11. Sambil menunggu, dia memperhatikan piala-piala yang disediakan panitya, tentunya berharap untuk bisa membawanya pulang. Dia masih tidak mau ganti baju sampai pengumuman  jam 2 siang. Duuh… praktis saya tidak bisa kemana-mana dari jam 6 pagi. Mungkin semua orang tua yang mengantarkan anaknya berlomba hari ini sama senewennya dengan saya ya?  Tapi namanya perlombaan pasti ada yang menang dan ada yang kalah,  walaupun kita sebagai orang tua berusaha sebaik mungkin kadang kita tidak siap juga menerima hasilnya. Maunya anak kita menang, lha kalau semua ortu begitu apa mungkin ?

Maka saat pengumuman pemenang dibacakan, sekar nampak komat kamit berdoa walaupun saya sudah mengatakan apapun yang terjadi, lakukan yang terbaik dan terimalah hasilnya. Sedih juga waktu mendengar namanya tidak disebut sebagai pemenang. Tampak sekali kekecewaannya, bahkan ia sempat menangis di kamar ganti pakaian. Sebagai orang tua tentu saya juga kecewa, saya punya pilihan seperti beberapa orang tua lain untuk menyalahkan dewan juri yang (menurut saya) tidak adil. Pilihan lain adalah fokus pada si anak dan menemaninya saat sedang kecewa serta menghiburnya. Akhirnya saya lupakan yang pertama dan memilih mendampinginya sampai ia bisa tersenyum lagi malam harinya.Its ok honey you are still my princess.

Sebenarnya ikut perlombaan memang memacu adrenalin untuk menjadi pemenang, tapi anak juga harus dipersiapkan untuk menerima kekalahan. Maka nyata sekali anak-anak yang siap dan bahkan sering mengikuti perlombaan, sering menang dan juga mengalami kalah, mereka memiliki mental juara. Mental yang berani maju untuk mencoba lagi. Pelan tapi pasti rasa percaya diri itu bisa dilatih dan dibentuk. Tidak hanya itu, orang tua pun ikut terpacu untuk terus mendampingi anaknya dalam situasi apapun.Saya pikir disinilah EQ juga dibentuk, anak belajar mengendalikan emosinya. Ada yang menangis kecewa seperti sekar, tapi ada juga yang santai aja tuh.

Akhirnya saya melihat diri saya sendiri, apakah kita masih mencintai orang lain saat ia tidak lagi memiliki prestasi. Apakah kita setia menemani saat orang-orang yang kita kasihi sedang ‘down’ bahkan mengecewakan kita ? Apakah kita masih mengasihi saat orang yang kita cintai tidak memenuhi harapan kita ? Atau kita hanya mengasihi Tuhan kalau keinginan kita terpenuhi dan menyalahkan Tuhan saat keadaan tidak seperti yang kita inginkan? Kita sendiri saat sedang kecewa tentu membutuhkan kehadiran orang-orang yang siap menemani dan memberikan harapan senantiasa.

Maka kalau hari ini kita diingatkan bahwa Tuhan mengasihi kita tanpa syarat, kita perlu melatih ketahanan cinta kita dalam berbagai situasi. Kasih Tuhan sungguh tanpa syarat – Unconditional Love. Tantangannya adalah bisa kah kita membalas cintaNya yang telah terbukti tanpa batas, bahkan sehabis-habisnya sampai sengsara dan wafat di kayu salib. KasihNya telah dibuktikan dengan kebangkitanNya. Kasih kita lah yang belum terbukti, baik tetap setia pada Allah sang sumber kasih ataupun hanya mampu mengasihi orang-orang yang mengasihi kita. Apakah kta bisa mengasihi bahkan mendampingi orang-orang yang mengecewakan kita? Semua membutuhkan latihan, maka sering-seringlah ikut pertandingan iman agar kita pun terlatih untuk terus punya iman yang teguh terutama saat keadaan tidak seperti yang diharapkan.

======================================================================

Bacaan Mat 22:34-40

22:34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
22:35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:
22:36 “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”
22:37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Leave a Reply

Required fields are marked *.