Fiat Voluntas Tua

Siapakah Sesamaku?

| 0 comments

Dan siapakah sesamaku manusia?”

Kemarin, saya bertemu dengan Clara, adik sepupu yang sudah beberapa tahun tidak pernah bertemu. Anaknya sudah tiga! Hampir saya melupakan dia, tetapi ketika mobil yang saya tumpangi memasuki kota Semarang, saya baru ingat bahwa ada adik yang tinggal di sana. Untung, nomor teleponnya tidak saya hapus di HP. Dia mengatakan bahwa saat ini sedang ada di Jogja mengunjungi bapak dan ibunya. Tetapi, ia akan mampir karena sore sudah harus kembali ke Semarang lagi. Jadilah kami ketemuan di rumah pusat SJ di
Jalan Argopuro.
Saya memperhatikan dia yang dulu ketika masih kecil sering saya gendong. Dia sering manja kepada saya, meskipun saya ini kakak sepupunya. Kadang-kadang, ia minta dipijit karena lelah kuliah seharian. Sekarang, di wajahnya sudah kelihatan nuansa ketuaan dan tidak berani manja lagi seperti dulu. Ada perubahan cara berrelasi antara saya dengan Clara. Namun, perubahan ini merupakan hal yang membahagiakan.

Menurut Analysis Transaksional, ada berbagai macam transaksi relasi antara kita dan sesama, yang tertama adalah hubungan parent-child. Ini adalah relasi antara orangtua dengan anak. Relasi ini tidak sempit hanya orangtua dan anak, melainkan juga relasi antarorang dewasa yang senang bergaya sebagai yang dituakan dengan orang dewasa yang kekanak-kanakan. Yang kedua adalah adult-adult, yakni suatu relasi antar orang dewasa. Bagi orangtua yang terbuka dan rendah hati, ia bisa berelasi dengan anak-anaknya dan menganggap mereka sebagai orang dewasa. Saya hanya mau mengemukakan dua ini saja, karena saya melihat relasi saya dengan Clara bukan lagi sebagai kakak dan adik. Saya dan Clara berrelasi sebagai orang yang sudah sama-sama dewasa meskipun umur kami jauh berbeda. Perubahan ini juga pasti membahagiakan Clara karena tidak didikte lagi oleh kakaknya. Bahkan dalam pembicaraan terselip nasihat untuk saya yang lebih tua darinya.
Kalau ahli kitab dalam bacaan Injil hari ini (Luk 10:25-37), bertanya kepada Yesus,”Siapakah sesamaku manusia?” Relasi adult-adult ini mungkin bisa menambah wawasan kita. Kita akui saja, kalau kita berhadapan dengan sesama tanpa kita sadari muncul pertanyaan “siapa aku, siapa kamu!”

Apalagi kalau berhadapan dengan saudara-saudari yang levelnya lebih rendah, entah dalam usia, entah dalam pendidikan, entah dalam status ekonomi, entah …. entah … entah…! Kalau kita menyebut orang lain di sekitar kita sebagai “sesama” itu berarti memang sama. Kesamaan tidak mesti secara lahiriah. Analysis Transaksional menolong kita agar kita memperlakukan orang lain sebagai “yang sama” dalam taraf kedewasaan. Adult – adult! Kalau ada relasi seperti ini, tanpa memberi apa pun kepada saudara kita, kasih itu sudah tercurah. Relasi ini akan membahagiakan orang lain. Seperti Clara yang berbinar-binar karena saya tidak lagi menganggapnya sebagai adik kecil yang dulu selalu saya gendong. Bukankah orang merasa tersiksa bila selalu masih dianggap sebagai kanak-kanak dan tidak diberi kepercayaan?
Orang Samaria menolong orang yang disamun dengan harta bendanya (uang dua dinar) tetapi juga menolong dengan hati yang tergerak oleh belaskasih. Ini takkan terjadi bila ia tidak memandang orang yang disamun itu sebagai “yang sama”.

Siapakah sesamaku? Sesamaku adalah diriku yang di luar
(Kahlil Gibran, Jesus the Son of Man). [R. Maryono, SJ]

====================================================================

Bacaan : Lukas 10: 25-37
10:25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
10:26 Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
10:27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
10:28 Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”
10:29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?”
10:30 Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
10:35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
10:36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
10:37 Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Leave a Reply

Required fields are marked *.