Fiat Voluntas Tua

Menjadi Pelita

| 0 comments

“Ia menempatkannya di atas kaki dian”

Pagi ini saya dikirimin renungan singkat dari mas Jeffrey tentang Pater Beek SJ. Otobiografinya telah terbit dalam rangka mengenang 25 tahun wafatnya, dengan judul Larut tapi tidak hanyut. Saya memang tidak mengenal beliau secara pribadi. Tapi kisah tentang didikan dan ajaran beliau banyak diceritakan alm bapak pada kami anak-anaknya. Pesannya yang paling sering disebut adalah jangan takut menjadi katolik yang nasionalis. 100 % katolik dan 100 % Indonesia. Bapak memang pernah mengalami masa sulit saat didakwa korupsi. Tapi bila mengisahkan peristiwa traumatik bagi keluarga kami tersebut, ia selalu mengingatkan untuk terus berani berbicara tentang kebenaran. Jadilah pelita yang tetap menyala diantara kegelapan disekitarmu. Jangan takut untuk berbicara tentang kebenaran.“ Menjadi Kader berarti sesuatu yang lain dari yang lan:keranjingan dalam menjalankan apa yang dipikirkan dalam batas2 yang ditentukan moral dan etika (Pater Beek, SJ).

Injil hari ini mengingatkan kita untuk berani menjadi pembawa kebenaran dan kebaikan ditengah kegelapan dan suramnya harapan. Yesus mengatakan tidak ada orang yang memasang pelita dan menutupinya dengan tempayan, menaruhnya dikolong tempat tidur. Pelita memang digunakan untuk memberikan terang ditengah kegelapan malam. Tetapi ada dua kejadian dalam tradisi masyarakat Yahudi tentang pelita ini dalam perjanjian lama.

Kisah pelita yang ditutupi tempayan hanya ada dalam perang melawan bangsa Midian yang dipimpin Gideon (Hak 7:16-20). Hanya dengan 300 orang bangsa Israel mampu mengalahkan bangsa Midian. Pelita disimpan didalam tempayan agar pasukan tersebut tidak terlihat berjalan didalam gelap malam. Sehingga saat aba-aba terdengar untuk menyerbu, barulah tempayan2 tersebut dipecahkan sehingga mengejutkan pasukan Midian yang tidak siap menerima penyerbuan tersebut.Mereka memenangkan peperangan ini karena mengandalkan Tuhan bukan pada kemampuan dan senjata yang mereka miliki.

Kisah kedua adalah kebiasaan bangsa Yahudi yang menyalakan pelita menjelang hari Sabat. Sabat adalah hari yang dikuduskan, dimana mereka dilarang melakukan pekerjaan termasuk memasak, menyalakan dan mematikan api dan pelita. Maka untuk menghindari kegelapan malam, dan tetap mentaati aturan sabat, orang Yahudi tetap menyalakan pelitanya sepanjang hari sabat. Tidak mematikannya saat tidur, tetapi supaya tidak silau, mereka menaruhnya di bawah tempat tidur. Baru dimatikan setelah hari sabat sudah lewat.

Berangkat dari kedua kebiasaan ini apa yang bisa kita simpulkan? Menjadi pengikut Kristus memang harus berani menjadi teladan dalam berbagai hal sehingga seperti memberikan terang ditengah kegelapan dunia, memberikan harapan ditengah kecemasan. Tetapi ini hanya bisa kalau kita menghancurkan manusia lama kita, seperti Gideon dan pasukannya memecahkan tempayan. Kebiasaan dan manusia lama kita bisa menghalangi terang yang ada dalam diri kita. Hal kedua, terang yang kita bawa bisa tidak bermanfaat bagi banyak orang bila hanya disimpan untuk diri sendiri, disimpan di kolong tempat tidur. Tapi harus dibagikan dan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkannya.

Semoga apapun yang diberikan Tuhan pada kita, berbagai kemampuan dan talenta, dan dengan meninggalkan manusia lama kita, kita mau berkorban untuk banyak orang. Bonum Commune, demi terciptanya kesejahteraan bersama. Menjadi pelita bagi orang lain sama artinya seperti lilin yang membakar dirinya demi kegelapan; mengorbankan kebutuhan dan kepentingan pribadi bagi kebutuhan orang banyak yang lebih utam. Lalu bagaimana dengan kebutuhan kita pribadi? Don’t worry , be happy kita punya Allah yang maha pemurah. Dia lebih murah hati dari yang kita pikirkan.

======================================================================

Bacaan Luk 8:16-18

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”

Leave a Reply

Required fields are marked *.